Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUMUR WAHIYANG


CeritaRakyat - Desa Monle, adalah desa yang makmur, para penduduk yang mempunyai rasa toleransi yang tinggi untuk tolong menolong dan menghormati setiap perbedaan.

Desa yang masih sangat asri, yang ditempati oleh penduduk yang sangat beragam, para penduduk yang sangat akur dan saling tolong menolong.

Pagi ini Slamet disuruh Ibunya untuk memetik daun sendo untuk menu berbuka puasa nanti.

Tak ingin sendiri mengambil, segeralah Slamet mengajak teman-temannya, yaitu Wayan dan Ucup untuk mengambil bersama-sama, kebetulan rumah mereka bertiga memang berdekatan.

Saat dalam perjalanan, mereka bertiga bertemu dengan Minggus, Memey dan Togar. Wajah mereka terlihat sangat sedih dan putus asa.

"Minggus, ada apa denganmu? mukamu sangat muram dan sedih". tanya Slamet pada minggus

" ..... "

Tak ada jawaban dari Minggus, namun Memey lah yang menjawab pertanyaan Slamet.

"Kami sangat sedih, kondisi kakek kami semakin memburuk" ucap Memey dengan raut wajah yang semakin sedih

Minggus dan Memey adalah saudara kandung, mereka tinggal bersama dengan Kakeknya sejak kecil, orang tua mereka meninggal saat perjalanan mencari rempah-rempah untuk dijadikan obat.

Kakek Minggus dan Memey adalah seorang tabib, karena kakek saat itu sedang mengobati seorang di luar Desa, sehingga tidak bisa mencari rempah-rempah, akhirnya digantikan oleh orangtua Minggus dan Memey. Namun musibah menimpa kedua orangtua mereka hingga merenggut nyawa mereka.

Minggus dan Memey sekarang hanya mempunyai Kakek satu-satunya anggota keluarga mereka yang tersisa. Namun sang Kakek sekarang hanya bisa terbaring lemah dirumah.

"Apa persediaan rempah-rempah dirumah sudah habis, kalau sudah mari kita cari bersama-sama" tanya Slamet kepada memey.

"Rempah-rempah itu sudah tidak mempan, tidak ada perubahan sama sekali pada kakek ku Met" jawab memey putus asa.

Suasan menjadi hening karena bingung harus berbuat apa, namun Minggus yang sejak tadi terdiam kini berbicara.

"Namun kakek pernah bilang, kalau ada tumbuhan yang sangat sakti bisa menyembuhkan segala macam penyakit, namun untuk mengambilnya sangatlah tidak mudah" ucap Minggus

Serentak kami berlima menjawab.

"Bagaimana?!"

Minggus terdiam sebentar, seperti ragu-ragu untuk mengatakannya. Namun dengan beberapa pertimbangan akhirnya Minggus memilih mengatakannya.

"Tumbuhan itu ada di sumur Wahiyang"

Kami berlima terkejut mendengar perkataan Minggus, bagaimana tidak terkejut, sumur itu sudah sangat terkenal di desa Monle karena dihuni naga putih yang terkenal sangat jahat.

"Namun sudah kuputuskan, aku akan pergi kesana untuk mengambil tumbuhan itu, hanya itu satu-satunya yang bisa membuat kakek sehat kembali" ucap Minggus dengan sangat percaya diri .

"Jangan Minggus, itu sangat berbahaya, Kakek juga sudah melarang kita untuk kesana" ucap Togar.

Togar adalah teman terdekat Minggus saat Kakek pulang sesudah mengobati seorang diluar desa, Kakek menemukan Togar yang masih kecil sedang menangis di tepi sungai, alhasil kakek segera membawanya kerumah dan merawatnya.

Sungguh Kakek Minggus adalah orang baik sehingga mereka semua sangat ingin membantu agara Kakek sehat kembali.

Slamet, Wayan, Ucup, dan Togar terdiam. Mereka tidak bisa membiarkan Minggus pergi seorang diri. Lalu mereka memutuskan untuk ikut pergi bersama Minggus.

"Minggus, aku akan ikut denganmu" ucap Ucup dengan sangat yakin atas keputusannya.

"Akupun akan menemani perjalanan kamu Gus, kalau bersama-sama hal yang sangat sulit tidak akan terlalu sulit" ucap Slamet tersenyum dan merangkul bahu Minggus

"Teman-teman aku juga ingin ikut, namun aku takut dengan Naga putih itu... Tapi demi temanku dan kesembuhan Kakek aku siap ikut" ucap Wayan dengan perasaan yang sedikit ragu dengan keputusannya

Wayan memang sedikit penakut namun dia adalah orang yang selalu bersedia membantu siapapun yang sedang membutuhkan bantuan, apalagi membantu temanya.

"Lalu bagaimana dengan Memey, Apa memey boleh ikut ?" Tanya Memey kepada Minggus dengan harapan ia di ijinkan ikut.

"Kalau kamu ikut, kasihan kakek dirumah sendiri, lebih baik memey jaga kakek dirumah ya, dan Togar kamu juga jaga adikku dan Kakek, Do'akan kami pulang dengan selamat dan membawa tumbuhan itu" ucap Minggus.

"Siap.." ucap Togar dan Memey

"Oh iya Gus, ini bawa tasku, didalamnya ada pisau, dan golok, mungkin saja kamu nanti membutuhkannya, kamu juga bisa taro kain mu di dalam tas ini biar kamu ga ribet bawa-bawa kain itu terus" ucpa Togar sambil memberikan tasnya yang terbuat dari anyaman bambu.

[B] "Siap, makasih ya Gar, ini sangat membantu" ucap Minggus

Singkat cerita sebelum mereka menuju Sumur Wahiyang, mereka terlebih dahulu memetik daun sendo yang sudah diperintahkan Ibu Slamet, bersama-sama mereka memetik daun sendo itu agar cepat terkumpul banyak .

Setelah sudah terkumpul banyak, mereka berlima pergi menuju rumah Slamet, namun Memey dan Togar langsung pulang kerumah untuk menjaga sang kakek.

Sesampainya dirumah mereka berempat segera memberikan daun sendo kepada Ibu Slamet, sekalian untuk meminta ijin pergi ke Sumur Wahiyan.

Slamet pun menceritakan niatnya untuk pergi bersama mencari tumbuhan sakti itu, awalnya ibu Slamet sangat terkejut mendengar perkataan anaknya. Namun setelah di bantu Ucup untuk bercerita tentang Kakek Minggus yang semakin memburuk keadaanya, ibu Slamet pun mengerti dan memberikan mereka ijin untuk pergi.

"Baiklah nak, ibu ijinkan kalian pergi mengambil tumbuhan itu, ibu do'a kan juga untuk keselamatan kalian, dan kelancaran kalian nanti. Ucup dan Wayan kalian juga minta ijinlah ke orang tua kalian masing-masing ya.." ucap Ibu Slamet.

"Siap bu.." ucap Wayan dan Ucup berbarengan.

Saat hendak pergi, ibu Slamet berbicara kembali.

"Kalian bertiga sebisa mungkin tetap puasa ya, dan jangan lupa Sholat dimanapun kalian berada, jika ada apa-apa mintalah pertolongan sama Allah" Ucap ibu Slamet dengan wajah yang terlihat cemas.

Mereka bertigapun menjawab serentak

"Siap bu.."

Wayan dan Ucup segera pergi kerumah mereka masing-masing untuk meminta izin kepada orangtua mereka, sedangkan Slamet dan Minggus menunggu di bale (tempat duduk) yang ada di bawah pohon dekat rumah Slamet.

Minggus merasa tidak enak hati setelah mendengar ucapan ibu Slamet, ia baru sadar bahwasan temanya sedang menjalankan ibadah berpuasa.

"Kamu yakin Met tidak keberatan menemani perjalananku, kamu sedang berpuasa, aku takut perjalanan ini membuat kalian lelah" Ucap Minggus merasa tidak enak.

"Tenang saja Gus, teman-temanmu ini laki-laki kuat ko, perjalanan kita nanti tidak akan mengganggu ibadah puasa kami" ucap Slamet sambil tersenyum.

***

Singkat cerita mereka sudah siap menuju sumur Wahiyang, Izin dan Doa sudah mereka miliki.

Sumur Wahiyang tidak terlalu jauh dari Desa mereka, namun perjalanannya harus menggunakan sampan untuk menyebrangi sungai. Namun tidak satupun dari mereka yang memiliki sampan.

Baru saja ingin memulai tapi mereka sudah kebingungan, bagaimana cara menyebrangi sungai Surunda yang lumayan luas ini.

Namun dengan cepatnya Wayan menyuruh Slamet, Ucup dan Minggus untuk mengambil beberapa pohon bambu yang akan dijadikan sebagai kendaraan untuk menyebrangi sungai.

Merekapun bergegas menebang beberapa batang pohon bambu. Dan dengan cepatnya menyatukan setiap batang pohon bambu menggunakan tali yang terbuat dari akar-akar tanaman yang ada disekitar mereka.

Mereka sangat bersyukur mempunyai Desa yang kaya akan sumber daya alamnya.

Akhirnya setelah bersusah payah menebang dan menyatukan bambu-bambu, jadilah kendaraan yang mereka sebut getek.

Perjalananpun berlanjut, saat diperjalanan mereka sangat menikmati keindahan alam desa yang mereka cintai.

Tak terasa sampailah mereka disebrang sungai.

"Sumurnya ada di dalam hutan ini, letaknya ada dipertengahan hutan" Ucap Minggus yang terlihat sangat senang dan bersemangat karena sudah semakin dekat dengan tumbuhan sakti itu.

"Baiklah mari kita masuk" ucap Slamet yang tidak kalah senang dan semangat.

Namun saat hendak memasuki hutan, Minggus bertanya.

"Teman-teman jika dilihat dari matahari, bukankah ini sudah masuk waktunya kalian beribadah?" tanya Minggus.

Slamet, Wayan, dan Ucup langsung melihat kearah matahari.

"Wah kamu benar Gus, ini sudah masuk Sholat Zuhur, terimakasih sudah mengingatkan" ucap Wayan tersenyum

"Untung kamu ingetin loh, kami hampir lupa" ucap Ucup.

Minggus mengeluarkan kain dari tas yang ia bawa.

"Kalian pakailah kainku untuk alas kalian Sholat" ucap Minggus tersenyum sambil memberikan kainya kepada kawannya.

Kain itu Milik Ibu Minggus, ia sering sekali merasa rindu akan ibunya, sehingga kemanapun Minggus pergi, kain itu akan selalu ia bawa.

"Terimakasih Gus, kami hendak bersuci dulu, untung saja air sungai ini bersih dan jernih" ucap Ucup sambil berjalan kepinggir sungai.

Slamet, Wayan, dan Ucup pun menjalankan Sholat Zuhur. Minggus hanya terduduk dibatu besar yang berada ditepi sungai sambil menunggu ketiga temannya selesai beribadah.

Ya, kepercayaan Minggus dan teman-temannya memang berbeda, tapi tidak menutup kemungkinan mereka untuk berkawan, ini adalah persahabatan yang tak terhalang suatu perbedaan, hal ini yang selalu diajarkan oleh penduduk terdahulu bawasanya kita semua ini adalah manusia yang sama.

Selesai Slamet, Wayan, dan Ucup Sholat Zuhur, mereka segera bergegas masuk kehutan dengan hati-hati.

Hutan ini sangat jarang dikunjungi oleh penduduk desa monle atau desa-desa lainya, sehingga hutan ini menjadi sangat lembab.

Pepohonan yang amat besar dan rapat, menghalangi masuknya sinar matahari, yang membuat hutan ini menjadi cukup gelap.

Sekitar 2 jam kami berjalan, tiba-tiba minggus berhenti.

"Teman-teman, itu sumurnya, dan itu dia tumbuhan yang dimaksud kakek" ucap Minggus dengan berbisik-bisik sambil menunjuk kearah tumbuhan itu.

Slamet, Wayan, dan Ucup pun terdiam sambil mengamati sumur Wahiyang. Mereka terheran, karena tidak seperti yang para penduduk desa bilang bahwa ada Naga Putih yang selalu menjaga sumur itu, yang mereka lihat sekarang hanya sumur tua, dan tak ada apapun disekelilingnya.

"Gus naganya dimana?" Tanya Slamet terheran.

"Aku juga bingung Met, sumurnya tidak ada yang jaga" ucap Minggus sambil melirik ke segala arah.

Karena melihat situasi yang aman, Slamet dan Minggus berjalan perlahan mendekati tumbuhan sakti itu, Ucup dan Wayan bertugas mengamati keadaan sekitar.

Slamet dan Minggus berhasil mendekati tumbuhan kecil yang sangat bersinar dipinggiran Sumur tua. Akhirnya dicabutlah 3 tangkai tumbuhan itu oleh Minggus.

"Ini sudah cukup untuk obat kakek ku Met, ayo kita pulang" ucap Minggus dengan sangat bahagia karena sudah berhasil mendapatkan tumbuhan sakit itu dengan selamat.

"Baiklah, yu pulang" ucap slamet dengan perasaan yang begitu lega karena tidak ada kejadian yang membahayakan dirinya dan kawan-kawanya.

Namun baru saja berbalik untuk pulang, Slamet dan Minggus merasakan hawa panas tepat dibelakang mereka.

Saat melihat ekspresi Ucup dan Wayan, mereka berdua hanya terlihat ketakutan dan tidak bisa berkata apapun percis seperti batu.

Slamet pun merasa ada yang tidak baik-baik saja dibelakangnya, namun Slamet tidak berani menoleh kebelakang, begitupun dengan Minggus. Mereka berdua hanya bisa terdiam seperti dua kawannya.

Tiba-tiba mereka mendengar suara yang cukup berat dari belakang.

"Kalian mencuri tumbuhanku... Kalian mencuri tumbuhanku.. kalian pencuriii!!!."

Akhirnya Slamet dan Mingguspun memberanikan diri untuk melihat kearah suara itu berada.

Dan saat dilihat, itu adalah Naga Putih yang keluar dari dalam Sumur Wahiyang, sangatlah besar namun yang terlihat hanya kepalanya saja, tubuhnya masih berada didalam sumur.

"Kalian pencuri, kalian membuatku sangat marah!!" Ucap Naga itu dengan wajah yang sangat seram dan napasnya yang mengeluarkan percikkan api.

Akhirnya Minggus pun mencoba menenangkan dirinya agar dapat berfikir dengan baik. Dengan keberaniannya Minggus menghadap kearah sang Naga dan terduduk. Pelan-pelan ia berkata dengan nada yang sedikit bergeetar.

"Sebelumnya saya minta maaf karena tidak ijin terlebih dahulu untuk meminta tumbuhan sakti ini, saya mencari tumbuhan ini untuk obat kakek saya yang sedang sakit dirumah, tolong maafkan kelancangan saya Naga" ucap Minggus sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar ucapan Minggus Seketika Naga itu berubah menjadi wanita cantik yang bersinar, mereka berempatpun terkejut melihat kejadian itu.

"Siapa namamu anak muda ?" Ucap Wanita Naga itu dengan tegas.

"Namaku Minggus, aku kesini bersama ketiga temanku".

Saat mendengar nama Minggus, wanita naga itu terkejut, wajahnya kini tidak terlihat seperti sedang marah.

"Ambilah tanaman sakti itu semau mu. Dan aku sangat berterimakasih atas kebaikan Orangtuamu" Ucap Wanita Naga itu dengan senyum yang sangat cantik dan ramah.

Mereka berempat terheran dengan ucapan sang Wanita Naga barusan, Mereka tak mengerti apa yang dimaksud dari ucapannya.

"Minggus, dahulu orangtuamu pernah menolongku saat aku terluka oleh Naga Hitam, lukaku sangat parah pada saat itu, namun ibumu yang melihat mahluk mengerikan sepertiku sedang terluka tanpa berfikir panjang menghampiriku dan mengobati luka-lukaku dengan rempah-rempah yang ia bawa. Saat tubuhku sudah membaik ibu dan ayah mu akhirnya memutuskan untuk pulang, mereka berdua bilang bahwa mereka sudah rindu dengan anak-anak, yaitu Minggus dan Memey. Akupun marah mendengar perkataan orangtuamu karena ingin meninggalkanku. Sehingga saat mereka pergipun aku sama sekali tak mengantar nya. Penyesalanku adalah, karena aku lalai mengawasi orangtumu saat hendak pulang, saat orangtuamu menyebrang sungai Naga Hitam membalikan sampan mereka sehingga mereka meninggal tenggelam, aku sangat menyesel tidak mengetahui itu" Ucap Wanita Naga itu sambil menangis penuh penyesalan

Minggus mendengar cerita itu sangat terkejut, dan ikut menangis. Tanpa berfikir panjang wanita Naga itu langsung memeluk Minggus.

"Tolong maafkan aku, aku tidak mengawasi orangtuamu dengan benar, sehingga mereka seperti itu" ucap Wanita Naga itu sambil terus menangis.

Slamet, Wayan dan Ucup hanya terdiam menyaksikan Minggus dan wanita naga itu menangis.

"Tidak apa-apa, aku lega sudah mendengar ceritamu Naga, aku bangga memiliki orangtu seperti mereka" ucap Minggus tersenyum sambil mengusap air mata yang ada di pipinya.

Perempuan Naga itupun melepaskan pelukannya dan berkata.

"Bawalah tumbuhan sakti ini semaumu. Ini adalah tumbuhan milikmu" ucap wanita naga

"Tidak, tiga saja sudah cukup untuk obat kakekku, dan aku pamit untuk langsung pulang, takut hari berubah menjadi sore. Terimakasih juga sudah mengijinkanku untuk mengambil tumbuhan sakti ini" ucap Minggus sambil tersenyum

***

Singkat cerita mereka berempat pun pulang dengan selamat dan sukses membawa tumbuhan sakti itu.

Sesampainya di rumah, Minggus segera meracik Tanaman itu dan langsung diminumkan kepada Kakeknya. Keajaiban pun datang, seketika kakek Minggus berubah menjadi sangat muda dan sangat sehat.

Lalu muncullah bayangan Wanita Naga itu dihadapan Mereka semua dan berkata.

"Terimakasih atas kebaikan anak Kakek, sebagai balasan atas kebaikannya saya membuat kakek menjadi muda lagi agar bisa hidup lama dengan cucu-cucu kakek.

Setelah berbicara, Sosok Wanita Naga itu menghilang.

Mereka yang menyaksikan kejadian itu sangat takjub dan merasa bahagia karena kakek Minggus kini sudah tidak sakit, dengan bonus menjadi muda kembali.

---===TAMAT===---
close