Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 19) - Macan Sombong, Monyet Usil


JEJAKMISTERI - Suatu hari, tepatnya malam Jumat Kliwon, aku diajak kakekku untuk pulang ke daerah asalku yang perjalanan menaiki bis cuman 1,5 jam saja. Aku sih seneng saja, karena bakal ketemu bapak dan ibuku... hehe. Tapi ga pernah berharap ketemu cewe, karena rata-rata pemuda/i di daerahku merantau setamat sekolah.

Jadi desaku terbilang sepi dan jarang terdapat orang muda. Yang ada hanya orang tua, keluarga muda dan anak-anak saja. Jadi gimana mau ketemu cewek sebaya coba? Seperti biasa, setiap malam Selasa kliwon dan malam Jumat Kliwon, kakekku pulang ke kampungku untuk merawat wesi aji (keris) milik beliau yang jumlahnya sekitar 6 buah kalau ga salah.

Pernah saat aku kecil, aku tertarik pada keris yang paling panjang. Saat ingin kuhunus keris itu, eh... ketahuan mbah kakung (kakek). Aku dimarahin... dibilang kalau keris itu paling galak. Aku yang masih kecil sih cuman cengar-cengir aja, karena ga paham...

Nah, kami sampai di kota tempat tinggalku saat masih siang. Mbah Kakung menyempatkan membeli bunga dan kemenyan, serta minyak untuk merawat kerisnya. Aku sih, lebih seneng makan bakso aja... hehe.

Dilanjutkan naik angkudes menuju desa kami. Perjalanan setengah jam kami tempuh hingga sampai di desa kami. Sesampainya di rumah, kebetulan bapak dan ibu sedang di rumah, sehingga kami langsung makan saja.

Ba'da Ashar... mbah Kakung mengajakku untuk Ziarah kubur. Masih kuingat betul, waktu itu mbah kakung membakar kemenyan di kuburan mbah buyut. Dari pemakaman umum, kami melanjutkan ke makam eyang. Eyang di sini adalah cikal bakal/leluhur desa kami. Makamnya terpisah jauh dari makam umum. Ada di pojok desa. Ada banyak makam tua yang diziarahi, sampai aku tak ingat siapa-siapa saja namanya...

Menjelang maghrib, kami pulang dan setelah maghrib, mbah kakung mulai melaksanakan ritualnya merawat keris-keris miliknya.

Fyi : mbah kakungku itu penganut kejawen, sama seperti mbah buyutku.

Aku ga terlalu memperhatikannya. Aku malah bengong melihat banyaknya, makhluk ghaib yang berada di dekat rumah mbah kakung. Ada 3 makhluk yang jelas aku lihat. Yang satu berbentuk manusia, dengan celana komprang, tanpa baju, dan ikat kepala wulung (kehitaman). Sosok satunya adalah seekor harimau yang sangat besar, nampak garang. Satu sosok lagi adalah seekor kera besar, seperti monyet pada umumnya, hanya saja bentuknya jauh lebih besar.

Saat mbah kakung selesai dengan ritualnya, kutanyakan saja siapa sih makhluk-makhluk itu?

"Oh... kamu diweruhi to (ditampakin)? Yang sosok manusia itu khodam keris ini." kata mbah kakung sambil menunjukkan keris paling panjang yang katanya galak itu. Hmmm... khodamnya aja serem gitu kok.., pantesan galak.

"Kalau harimau itu, khodam keris ini...!" kata mbah kakung menunjukkan keris yang warangkanya (sarung keris), pada pangkalnya berbentuk agak bulat, bukan lancip. Aku mengangguk-angguk dan menatap harimau itu... Harimau itu balas menatapku dan melengos... Huh... harimau sombong...pikirku.

"Nah, kalau yang monyet itu, khodam keris ini...!" kata mbah kakung menunjukkan keris yang warangkanya sudah agak rusak.

"Ini sudah rusak kok ga diganti Mbah?" tanyaku.

"Susah le... untuk mengganti ini, harus menggunakan kayu khusus, dan juga laku yang khusus. Sudah berkali-kali coba diganti, tapi ga ada yang cocok..!" kata mbah kakung.

"Lha, yang lainnya khodamnya apa mbah?"

"Wah... mbah juga lupa, khodamnya apa... Dulu mbah buyutmu pernah menerangkan, tapi mbah lupa...!"

"Trus, mbah kakung bisa lihat khodamnya juga ya mbah?"

"Nggak bisa le... Cuman kadang datang aja dalam mimpi...!" jawab mbah kakung.

Aku melihat sosok monyet itu yang sedang berloncatan kesana kemari... Mirip dengan kebiasaan monyet-monyet yang kita lihat. Sementara harimau sombong itu mendekam di pojokan sambil menjilati cakarnya yang mengkilap. Sesekali dia melirik ke arahku. Sosok manusia itu, lebih sombong lagi, dia segera berjalan keluar rumah, dan berdiri diam di pojokan belakang rumah yang gelap. Mau main petak umpet emangnya?

"Kamu tahu le? Keris ini pernah dibawa adikku ke Jakarta lho..!"

"Oh... mbah Karyo itu po mbah?"

"Iya... dia bawa keris dengan khodam harimau ini ke rumahnya di jakarta. Katanya mau digunakan untuk meningkatkan kewibawaannya sebagai aparat hukum. Tapi di Jakarta sana, keris ini ga dirawat dan hanya diletakkan begitu saja di atas almari. Nah, saat dia pulang kerja, saat hendak berganti pakaian, dia mendengar suara geraman yang keras di atas almari. Saat dia melihat ke atas almari, katanya ada sosok harimau yanh sangat besar sedang mendekam di atas almari, dan memandangnya dengan marah.
Sebagai seorang aparat, reflek tangannya meraih revolver dan hendak menembakkan ke arah harimau itu, tapi harimau itu menghilang, dan ada cahaya melesat ke angkasa, menembus genteng. Barulah dia ingat keberadaan keris itu di atas almari. Dia cari keris itu, tapi sudah ga ada lagi...!"
"Kok sekarang bisa ada di tangan mbah kakung lagi?" tanyaku.

"Yah... esok harinya, aku menemukan keris ini masih dibungkus kain mori, sudah terletak di tempat penyimpanan ini...!" kata mbah kakung sambil menunjuk sebuah peti tempat beliau menyimpan keris-keris itu.

"Oh... kerisnya pulang sendiri ya mbah?" tanyaku takjub.

"Ya begitulah adanya...!"

GRRR ...!!

Suara geraman harimau terdengar. Aku memandang harimau itu sedang menyeringai, seolah tersenyum dan berkata...

"Gue...gitu loch ..!!!" Dasar sombong....!!!!

"Kalau yang keris galak itu mbah?" tanyaku 

"Ada ceritanya nggak?"

Haha... kok aku jadi kayak anak kecil yang penasaran dengan hal baru sih?

"Kalau ini ga pernah dibawa kemana-mana. Boleh dibilang, dia itu buat jaga rumah. Tempat favoritnya ya di pojokan belakang rumah itu. Dulu pak Paijo, pernah tuh lewat situ malam-malam. Dia bawa senter, jalan dari arah belakang rumah. Pas dia menyorotkan senternya ke pojokan rumah, dia melihat sosok orang tinggi besar itu, dan mendadak senternya mati. Nah, saat dia berjalan sampai di samping rumahmu, senternya hidup lagi... !"

Aku mengangguk-angguk... pasti gemeter tuh pak paijo... ahahaha.

"Kalau yang khodamnya monyet mbah...?"

"Ga ada cerita khusus yang berhubungan dengan keris ini. Cuman dia suka usil, bikin berantakan barang-barang di almari penyimpanan...!"

NGUK...NGUK..NGUK...

Kuperhatikan monyet itu, dia nampak melompat-lompat seolah tahu bahwa dia sedang dibicarakan.

Nastiti ketawa geli melihat perilaku monyet itu. Memang dari tampang monyet itu, sudah ketahuan bahwa monyet itu termasuk makhluk yang suka iseng dan usil... Bakal repot kalau diikuti makhluk seperti itu.

Yah... aku memang tertarik dengan cerita yang menyelimuti keris-keris itu, tapi sama sekali ga pernah punya keinginan untuk memiliki wesi aji. Ribet ngurusnya... dan konon katanya, kalau kita kurang baik dalam merawatnya, maka khodam itu akan marah pada kita... entahlah. Jadinya, seolah kita terikat oleh kewajiban untuk merawat dan "memberi makan" mereka para khodam itu... Ribet.. Malah ga bebas....!

Setelah mbah kakung meninggal, aku ga tahu... kemana jejak keris-keris itu berada. Ada yang mengatakan bahwa sudah dilarung... ada yang bilang, dibawa oleh paklik... dsb. Entah mana yang benar, tapi itu bukan urusanku.... Toh, dari awal aku ga pernah diberi amanah untuk menjaga pusaka itu, dan aku juga ga tertarik sama sekali.

Hanya saja, di kemudian hari... harimau sombong dan monyet usil itu akan hadir dalam perjalanan hidupku.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close