Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JEJAK GHAIB ALAM MERAPI (Part 1)


JEJAKMISTERI - Di cerita ini saya mencoba mengangkat mitos desa ghaib di gunung merapi yang sering menjadi perbincangan para pendaki.

*****

Gunung Merapi... Sebuah mahakarya dari sang maha pencipta yang berdiri kokoh dengan keangkuhanya.
Ini kedua kalinya aku mencoba menakhlukan gunung ini, setelah sebelumnya aku gagal karna sebuah gangguan yang membuatku tersesat ke sebuah desa.

Ketika mendengar rencanaku untuk mendaki gunung merapi sekali lagi, Rama dan Yanto memaksa untuk ikut menemaniku. Mereka merasa bertanggung jawab membawaku ke puncak gunung ini.

“Danan.. nih pegang“ Sebuah HT dan handphone satelit diserahkan oleh Rama kepadaku.

“Opo to iki? niat banget kalian” tanyaku yang sedikit heran.

“Wis pegang wae, kamu kan sensitif... jadi kalo amit-amit terjadi apa-apa kita kita ga akan kehilangan kamu lagi. Liat nih, aku sama Rama juga pengang” Ucap Rama meyakinkanku.

“Wah.. perhatian banget kalian, tenang aja.. aku udah semakin memperdalam ilmu batin, harusnya kali ini tidak ada halangan yang berarti.” Balasku mencoba menenangkan mereka berdua.

“Iyo.. kita percaya kok, tapi dari kejadian dulu kami belajar, tidak satupun gunung yang bisa diremehkan, semudah apapun pendakianya kita harus bersiap sesuai prosedur” Jelas Yanto.

Kami tidak memperpanjang perbincangan kami lagi dan segera melakukan registrasi di pos dan mulai memasuki jalur pendakian. Terlihat juga beberapa pendaki juga sudah memulai pendakian mendahului kami.

Sepanjang awal pendakian kami membicarakan tentang masa lalu semasa kuliah. Ternyata walaupun sudah berpisah mereka masih sering janjian untuk melakukan pendakian, namun sudah tidak se extreme dulu.

Selangkah demi selangkah kami lalui, kondisi jalur pendakian gunung merapi memang didominasi dengan jalan menanjak dan bebatuan. Kami sampai di shelter pertama saat maghrib.

Walupun belum terlalu lelah, kami tetap berhenti untuk menyempatkan waktu untuk beristirahat dan menunaikan kewajiban kami sebagai makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa.
Matahari mulai terbenam, langitpun mulai terlihat gelap kami melanjutkan perjalanan dengan penerangan dari lampu senter.

Selama perjalanan tidak ada halangan yang berarti sampai setelah melewati pos pertama Rama yang berjalan di depanku terlihat terhenti.
Memang daritadi aku merasa ada yang aneh, entah mengapa sepanjang perjalanan terasa sepi.

Tidak ada suara jangkrik atau binatang malam maupun pendaki lain.

“Rama, Kenapa berhenti?” Tanya Yanto memastikan keadaan Rama di depan..

“I...itu apa Danan?” Ucap Rama dengan suara yang bergetar.

Aku berlari menyusul Rama... rupanya dihadapan Rama berdiri sesosok makhluk hitam besar membelakangi kami. Ia menoleh dan memamerkan matanya yang merah dan taring yang keluar dari mulutnya.

Segera aku mengambil posisi terdepan dan mendahului Rama dan mendekat ke arah makhluk itu, namun makhluk itu menghilang tanpa jejak seperti asap.

“Danan... gimana?“ Rama menanyakan kondisi di depan padaku.

“Nggak.. ga papa, mungkin Cuma penunggu hutan ini..” Jawabku yang memang belum tahu persis tentang apa yang aku lihat.

Kami melanjutkan perjalanan, namun entah mengapa aku merasa setelah kejadian tadi jalur yang kami lewati semakin gelap, Lebih gelap dari biasanya. Bahkan senter kamipun tidak dapat menerangi seluruh jalan.

“Danan... Bener ini jalanya?” Tanya Rama yang masih mengikuti dari belakang.

“Harusnya bener.. toh dari tadi ga ada jalan lain...” Jawabku.

Walaupun jalan yang kami lewati sudah sesuai rute, namun entah mengapa kami terhenti di hadapan sebuah hutan tanpa ada jalan setapak seperti biasanya.

“Rama.. jalan setapaknya habis di sini, berarti kita harus masuk hutan itu?” Tanyaku pada Rama.

“Iya Danan.. dulu kita emang lewat hutan sedikit, tapi kok kayaknya beda sama yang sebelumnya ya?” Jawab Rama kepadaku.

“Ya sudah gantian aku di depan, mungkin aja aku inget” Yanto menawarkan diri untuk berjalan di depan memandu kami.

Semenjak memasuki hutan suasana menjadi sangat berbeda, cahaya bulan hampir tidak bisa masuk ke hutan ini. Hanya penerangan dari senter kamilah yang membantu kami untuk mencari jalan.

Kami berjalan menelusuri gelapnya hutan, tapi entah mengapa perjalanan kami terasa lama sekali tanpa ada tanda-tanda ujung dari hutan ini..

“Danan... kamu ga merasa ada yang aneh?” Tanya Rama padaku.

“Iya.. kita udah jalan lama, tapi kenapa ga ketemu ujung dari hutan ini ya?” aku setuju dengan Rama.

“Emang kamu tau kita diisengin apa ngga?” Kali ini Yanto mencoba memastikan padaku.

“Kalau ada yang iseng kita aku pasti sudah sadar.. tapi memang aneh, di Gunung yang biasanya banyak makhluk ghaib, di hutan ini malah tidak ada sama sekali” Ceritaku pada kedua temanku itu.

Kami menyudahi perbincangan kami dan mulai berjalan lagi, entah berapa jam perjalanan hingga lampu senter kami mulai meredup.
Saat diselimuti rasa lelah kami mulai merasa gelisah, angin dingin yang berhembus merubah suasana hening ini menjadi semakin mencekam.

“Api... itu ada api Danan” Ucap Yanto yang melihat sepercik cahaya dari dalam hutan yang masih cukup jauh.

Kami merespon ucapan Rama dan mempercepat langkah kami.

“Yanto.. tunggu” semakin dekat dengan nyala api itu, perlahan aku mencium bau yang cukup aneh.

“Ke.. Kenapa Danan“ Tanya Rama.

“Bau melati... hati-hati” Jawabku dengan singkat.

Terlihat mereka memahami maksudku dan mulai melangkah dengan hati-hati.
Saat kami sudah mulai dekat aroma melati itu semakin pekat, cahaya api yang kami lihat semakin dekat.

Namun bukanya berasal dari api unggun rupanya api itu berasal dari beberapa batang lilin yang ditengahnya terdapa bunga dan kemenya yang di susun seperti sesajen.

“Danan... Danan... Apaan ini?” Yanto merasa takut dan terjatuh ke tanah.

“Ini Ritual klenik.. Berarti seharusnya ada pelakunya di sini.” Aku menoleh ke sekeliling, namun hutan ini terlalu gelap.
Sebelum sempat menemukan sesuatu, terdengar langkah kaki mendekat dari balik cahaya lilin tersebut.

Dari dalam kegelapan terlihat sesosok makhluk kurus berambut panjang merayap menjilati bunga-bunga yang disajikan di sana. Seolah menyadari kehadiran kami, ia menengadahkan kepalanya dan melirik kami dengan matanya yang hitam.

“A...Apaan itu Danan!” Teriak Yanto yang ketakutan.

“Demit Alas To... tapi pasti ada yang manggil makhluk itu ke sini, lebih baik kita pergi” Ucapku pada Rama.

Belum sempat melangkah, terdengar suara seseorang dari belakang makhluk itu.

“Sampeyan ora iso lungo...” (kalian tidak bisa pergi)

Saat ini aku mulai merasakan bahaya, Demit-demit yang aku lihat sepanjang jalan dan bahkan yang memakan sesaji ini belum ada yang membuatku gentar.
Namun saat suara itu terdengar, situasi di hutan ini berubah semakin mengerikan.

(Dukk…) Suara sebuah benda jatuh di dekat Yanto.
Ia menoleh kearah benda yang jatuh tak jauh dari tempat ia terduduk. Tanganya mencoba meraihnya namun iya mengenali tekstur yang ia pegang.

Penyesalanya sudah terlambat, saat ini sebuah kepala manusia tergenggam dikepalanya dan mulai menoleh ke arah Yano.

“to..long....”.. Suara itu terdengar dari kepala dengan wajah yang penuh luka yang sudah membusuk, matanya yang bolong sudah dipenuhi oleh banyak sekali belatung.

“Danan... Kepala Danan... ini kepala” ucap Rama yang refleks melempar benda itu.

Namun rupanya semua tidak berhenti sampai disitu. Yanto menunjuk pada sesuatu di atas pohon dekat kami.

Aku melihatnya dan memperhatikan sekeliling.
Hutan yang tadi kami lewati dengan hening, kali ini dipenuhi dengan mayat-mayat yang tergantung terbalik di atas pohon.. tidak hanya satu, namun hampir di seluruh pohon di sini tergantung mayat dengan tubuh yang tidak utuh lagi.

“Gila.. hutan apa ini”

Aku berusaha tetap tenang sambil mencoba membacakan ayat-ayat suci dan mantra pelindung untuk melindungi kami dari niat jahat makhluk di sekitar kami.

“Keluar kamu! Tunjukan wujudmu...“ Tantangku kepada makhluk yang berbicara tadi.

Bukanya menampakan diri bayangan makhluk itu malah terlihat menjauh..

“Ora perlu... aku wis entuk siji…” (tidak perlu.. aku sudah dapat satu) Samar-samar terdengar suara makhluk itu meninggalkan kami.

“Rama... Rama dimana ?” Tanyaku pada Yanto yang masih panik.

Kami mencari ke sekeliling.

“Tadi dia di sini, ga jauh dari kita...“

Kali ini ia semakin panik dan segera menghubungi dengn HT yang ia bawa, namun tetap tidak ada jawaban.
Tak sedikitpun petunjuk keberadaan Rama terlihat di dekat kami.

Sebaliknya mayat-mayat yang tadi tergantung di atas pohon mulai berjatuhan dan merayap ke arah kami.

“To..long... Tolong”
Aku mencoba membacakan doa-doa penenang untuk menenangkan demit wanita yang merayap ke arahku. Namun Yanto terlihat panik.

Puluhan mayat mulai merayap ke tubuhnya.

“Tolong Danan...“ Teriak Yanto.

Aku membatalakan niatku dan berdiri menarik Yanto untuk berlari, namun Mayat-mayat itu terus berjatuhan dari atas pohon dan bermunculan dari gelapnya malam.

“Ssst... Kesini” Suara seorang wanita terdengar dari salah satu sisi hutan.

Kami menoleh, Terlihat seorang perempuan bersembunyi di balik pohon memanggil kami.
Tak ada pilihan kami berlari ke arahnya, Namun sebelum sempat sampai, Wanita itu berlari menjauh seolah meminta kami mengikutinya.

Benar saja, jalur yang ia tunjukan sama sekali tidak diganggu oleh mayat-mayat itu.
Kami berlari dan terus berlari hingga akhirnya kami sampai di mulut hutan. Kami berhenti namun terlihat wanita itu terus berlari.

Kami mengikuti arah larinya dengan perlahan dan disana terlihat sebuah desa kecil.

“Danan.. Yanto... Kesini!”
Seseorang memanggil kami, itu adalah suara Rama.
Kami segera menghampirinya dan mengecek keadaanya.

“Rama.. kamu ga papa? Gimana kamu bisa sampai sini?” Tanyaku pada Rama.

“Itu.. waktu terpisah dari kalian aku ketemu mbak itu, dan dia ngajak aku ke sini” Jelas Rama.

Kami memperhatikan desa itu, nampak rumah-rumah kayu jaman dulu mendominasi bangunan di desa ini.

“Mas... mau ke puncak ya? “ tiba-tiba terdengar suara seorang bapak menghampiri kami.

“I...iya pak, bener lewat sini jalurnya pak?” Aku menjawab pertanyakaan bapak itu.

“Biasanya jarang ada yang lewat sini, tapi saya juga heran.. kenapa malam ini jadi banyak yang lewat desa ini ya?” Bapak itu bertanya kembali.

Aku menceritakan semua yang terjadi termasuk mengenai makhluk yang kami lihat di hutan tadi.

Bapak itu hanya mengerutkan dahi menunjukan rasa simpatiknya.

“Ya sudah.. mas-masnya istirahat dulu aja di sini, bahaya kalau kemaleman... lagipula kemungkinan mas-masnya juga sudah diincar” Ucap bapak itu.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya
close