Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KIJANG KENCONO (Part 3 END)


JEJAKMISTERI - Setelah kopi sudah habis mereka bergerak menuju kerumahnya Bambang untuk melihat keadaannya sekalian mengembalikan motornya.

Sesampai dirumahnya Bambang terlihat ia kini sudah sadar tapi badannya masih lemas karena mungkin selama berada di hutan itu dia tidak makan sama sekali.

Mereka duduk di ruang tamu bersama Bambang dan kedua orang tuanya, lalu Bambang menceritakan pada mereka tentang kenapa dia 2 hari tidak bisa pulang.

Menurut Bambang...
Pas dia sedang menunggu Wawan yang katanya akan menyusul ke dasar lembah tiba-tiba dia melihat keberadaan kijang itu sedang makan.
Karena hasrat ingin segera menangkap dia segera memompa senapan anginnya dan akan menembak kaki kijang itu tapi tembakannya itu meleset dan kijang itu lari.

Dengan cekatan Bambang langsung lari mengejarnya dan kijang itu larinya sangat cepat hingga akhirnya Bambang kehilangan jejak.

Karena sudah tidak menemukan keberadaan kijang itu Bambang berinisiatif untuk kembali ke tempatnya tadi untuk menunggu Wawan, tapi setelah cukup jauh berjalan ke tempat tersebut dia tidak kunjung sampai malahan jalan yang dilewatinya ini mengarahkannya kedalam hutan yang sangat lebat dan hutan itu belum pernah dia jamah sebelumnya.

Karena bingung dan tidak tau harus kemana dia berinisiatif untuk berjalan balik tapi jalannya ini hanya berputar-putar di sekitar situ saja.

Dia mengambil HT untuk menghubungi Wawan tapi frekuensi ke Wawan terputus begitupun dengan Karim.

Disini dia bingung harus kemana, disisi lain hutan ini sangat gelap dan rimbun, tidak ada pencahayaan sama sekali selain dari senter yang dia pegang.
Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu pagi agar dia bisa melihat jalan dengan mudah.

Dia membuat bivak darurat dengan beberapa ranting pohon yang dikumpulkan untuk dibuat tidur.
Keesokan harinya dia bangun dan kondisi hutannya ini masih sama seperti semalam, rimbun, redup tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.

Dia meninggalkan bivak dan berjalan menerabas kearah atas bukit.
Nah ketika sedang berjalan dia ini melihat lagi ada seekor kijang yang sedang makan tumbuhan, sepertinya ini adalah kijang yang semalam gagal ditangkap.

Bambang kembali memburu kijang itu tapi meleset lagi dan kijang itu berlari keatas dan lagi-lagi larinya Bambang ini kalah cepat dengan kijang itu dan dia kehilangan jejak. Wajar sih karena kondisi jalannya itu cukup menanjak.

Karena sudah kehilangan jejak akhirnya dia terus berjalan keatas hingga menjumpai area datar.

Sesampai disini dia lebih bingung lagi karena tidak tau harus kemana, terlihat di sekitar tempat ini hanya hutan belantara.

Bambang mencoba teriak sekencang-kencangnya memanggil Wawan dan Karim, berharap mereka bisa mendengar, tapi tidak ada hasil hingga akhirnya dia memutuskan untuk naik ketas pohon siapa tau dari atas pohon dia bisa melihat pemukiman warga tapi tetap saja tidak ada hasil.

Lama kelamaan perut terasa lapar, Bambang turun dari pohon untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan tapi tumbuhan itu tidak bisa membuat perutnya kenyang.
Dia terus mencari jalan keluar dengan menyusuri jalanan yang bisa dilewati hingga semakin jauh.

Perut yang tidak bisa diajak kompromi membuatnya terduduk bersandar dibawah pohon pinus.
Seluruh badannya sudah gemeteran karena lapar, disisi lain di area sini tidak ada tumbuhan yang bisa dimakan.

Sambil duduk itu dia merenung..

“Apa aku ini tersesat? Apa aku akan mati di hutan ini?”

Dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mencari jalan keluar sebelum malam tiba.
Pas lagi jalan terlihat di depan ada beberapa bangunan kayu yang berdiri, seperti gubuk milik seseorang.
Melihat itu Bambang merasa sedikit lega, dia segera berjalan ke bangunan kayu itu dan berharap semoga disitu dia bertemu dengan orang lain.

Sesampai disitu terlihat sangat sepi, tidak ada orang satupun dan sepertinya bangunan-bangunan kayu ini adalah kandang hewan tapi tidak ada hewannya alias kosong.

Bambang mikirnya mungkin tempat ini pernah dijadikan kandang hewan oleh orang.
Dia berjalan menyusuri tempat itu dan di depan terlihat lagi ada sebuah tanah yang sangat luas.

Bambang mendatangi tempat itu dan terlihat tempat ini sangat bersih, tidak ditumbuhi dan dikotori apapun, hanya tanah berpasir.

Melihat tanah yang seluas itu Bambang heran "ini tempat apa? Apa mungkin ini lapangan? Tapi kalau lapangan nggak mungkin seluas ini?" ucapnya dalam hati.

Bambang terus berjalan hingga sampai di ujung tempat ini, sesampai di ujung tempat itu terlihat ada sebuah Telaga yang juga sangat luas, airnya jernih, suasananya sejuk dan baunya sangat wangi.
Saking wanginya sampai-sampai Bambang ini tidak kuat mencium aromanya, semakin didekati bau wanginya semakin menyengat.
Karena saking wanginya, Bambang merasa pusing hingga akhirnya dia tergeletak dengan keadaan lemas dan menahan pusing.

Sambil tergeletak itu Bambang masih bisa melihat keadaan sekitar, terlihat banyak sekali hewan kijang berwarna kuning keemasan yang berdatangan dan minum air di Telaga itu.
Melihat Kijang yang sebanyak itu Bambang semakin pusing, seringkali para Kijang itu berjalan melewati tambang yang sedang tergeletak bahkan ada juga yang melompati tubuhnya.
Karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa Bambang hanya diam dan membiarkan para Kijang itu melewatinya hingga lama-kelamaan dia ini tidak sadarkan diri, sadar-sadar bau wangi yang sempat tercium tadi tiba-tiba berubah aroma seperti minyak kayu putih dan dia sudah berada di ruang tamu rumahnya, bersama kedua orang tuanya yang sedang sibuk mengoleskan daun minyak kayu putih di hidungnya.

Setelah menceritakan semua itu Wawan dan Karim sangat heran, karena tempat dia menemukan Bambang itu tidak ada Telaga sama sekali ataupun kandang hewan. Tempat ditemukannya Bambang itu di hutan yang cukup lebat.

Lalu bapaknya Bambang menjelaskan sesuatu.

"Oalah le.. le.., ndek alas iku ancen sengit, bapak ae gak wani rono dewean. Nang kunu iku pancen ono sing jenenge kidang emas utowo kidang kencono lan kidang iku jarena ono sing angon ning sing angon iku bongso alus dudu menungso, jare mbahmu sopo sing wani nguber utowo nyekel kidang iku bakal nemoni ciloko" (Oalah nak nak.. Di hutan itu emang mistis, bapak saja gak berani kesana sendirian. Disitu emang ada yang namanya kijang emas atau biasa dibilang kijang kencana dan itu katanya ada yang mnggembala tapi yang menggembala itu bangsa lelembut, kata mbahmu, siapa yang berani mengejar atau menangkap kijang itu akan celaka)

Mendengar penjelasan dari bapaknya Bambang itu Wawan dan Karim merinding, untungnya tidak terjadi sesuatu pada mereka berdua.

Wawan juga mengatakan tentang sosok pria berjubah putih yang sempat dilihanya itu pada bapaknya Bambang yang mungkin sosok itulah yang menggembala kijang emas itu.

Semenjak kejadian di hutan itu mereka bertiga tidak ada yang berani berburu di hutan itu lagi, mereka memilih untuk mencari hutan lain yang menurut mereka tempatnya tidak singit atau angker.

-SEKIAN-

close