Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cinta Putri Khodam Merah Delima (Part 4)


JEJAKMISTERI - Eyang bunito terpental hampir lima meter ke belakang, sontak dua pengikutnya bergegas menolong.

"Guru, mohon lebih waspada! Mereka punya kekuatan yang hebat!" seru salah satu dari pengikutnya.

Eyang Bunito tidak nampak gentar. Dia hanya mengangguk sambil membersihkan bajunya yang kotor.

Dan tak lama...

Terdengar suara gemuruh. Pusaran angin mendadak datang menyerbu, berputar-putar kencang diiringi suara lengkingan dan jeritan wanita. Sebentuk gumpalan asap putih muncul dari atas, melayang perlahan, turun ke tanah.

Dari gumpalan asap putih misterius itu, keluarlah sesosok makhluk berwujud wanita menyeramkan dengan gigi taring dan mata juling. Awalnya hanya satu, namun seakan tak ada habisnya, asap putih itu terus memuntahkan keluar berbagai makhluk dengan aneka rupa wajah menyeramkan yang tak mampu dibayangkan sebelumnya oleh manusia. Jumlah mereka terus bertambah, mungkin puluhan, menyesaki areal perkuburan.

Semua warga yang menyaksikan peristiwa tersebut memilih menjauh dan hanya berani melihat dari jarak 100 meter. Wajah-wajah mereka pucat dan tegang.

"Hihihihi... hai cecunguk! Jangan coba-coba merebut Bahono dari tanganku. Hihihi... Dia bakal menjadi abdiku dan ku nikahkan dengan putriku. Hihihi...." Siluman wanita yang tampaknya menjadi pemimpin rombongan ghaib itu berkata demikian dan langsung menghilang.

Bersama hilangnya para siluman itu, sebuah kilat menyambar salah satu pohon di makam dan membakarnya. Hujan lebat turun tumpah ruah dari langit malam seakaan memaksa pergi semua warga yang berada disana.

Eyang bunito dan kedua orang pengikutnya pun mengakhiri ritual yang berat itu.

Keesokan harinya bada Dzuhur, Eyang Bunito berpamitan kepada warga dan berjanji akan kembali untuk melawan siluman itu, seraya berpesan untuk menyiapkan segala ube rampe yang dibutuhkan untuk ritual selanjutnya.

Warga desa akhirnya hanya bisa pasrah, mengingat kegigihan Eyang Bunito yang sudah maksimal membantunya, meski belum berhasil.

Malam selanjutnya masih terdengar lengkingan suara ghaib dan jeritan Bahono yang memilukan. Hal ini berlangsung setiap jam 12 malam ke atas.

Suatu sore warga desa kedatangan seorang tukang cilok keliling yang baru pertama kali berjualan di desa itu.
Tukang cilok itu terkesan sangat sederhana, tak ada yang istimewa. Namun, tiba-tiba saja, tanpa ditanya, dia berkata kepada pembelinya saat itu, "Sebaiknya Pak, pohon beringin yang ada di kuburan itu di tebang saja, bikin serem desa."

Sumardi yang baru membeli ciloknya mendengkus. "Tahu apa kamu soal lelembut, heh? Orang sakti saja kalah melawan siluman, apalagi kamu? Enggak usah sok tau, lah!"

"Ya, namanya juga usaha. Siapa tahu, ada hikmah setelah pohon beringin itu ditumbangkan," balas Tukang Cilok.

Lain Sumardi, lain pula Sodikin yang nampaknya lebih bijaksana menanggapi Tukang Cilok.
"Kalau kamu memang mau membantu kami, berani enggak nanti malam tidur dibawah pohon beringin itu sendirian?" tantang Sodikin.

"Baiklah Bapak-bapak sekalian, nama saya Somplak. Saya asli Magelang dan sementara ini saya tinggal menumpang di tempat juragan cilok. Nanti malam akan saya coba dekati pohon beringin itu."

Kata-kata Somplak si tukang cilok menyebar ke telinga warga lain. Sekitar pukul 8 malam warga desa berkumpul di perkuburan membuktikan sampai di mana nyali Somplak.

Dan alangkah kaget mereka semua manakala Somplak datang mengenakan jubah ala wali. Dia keluar dari dalam mobil Innova yang cukup mewah untuk ukuran orang-orang kampung. Somplak bahkan dikawal oleh 7 orang yang terlihat sangat patuh kepadanya.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya
Cinta Putri Khodam Merah Delima (Part 5)

*****
Sebelumnya
close