JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 41) - Cupu Aji
"Oh iya.... terima kasih banyak atas pemberianmu ini, tapi karena aku tidak pernah menerima pemberian secara cuma-cuma, silahkan Mas Jaka pilih pusaka mana saja yang mas Jaka kehendaki.
Didalam lemari besar yang tertutup itu, banyak terdapat benda pusaka ambillah tiga buah pusaka yang mas Jaka inginkan."
"Tidak usah eyang... aku tidak mengharap imbalan, aku ikhlas kok. terlebih eyang juga sudah mengajarkan banyak ilmu kepadaku."
"Ambillah... anggap ini perintahku, kata eyang Ageng Wicaksono dengan nada memaksa."
Dengan setengah hati Jaka Indi melangkah menuju lemari besar yang saat dibuka, ternyata didalamnya ada rak besar bertingkat yang tersusun rapi, yang berisi berbagai macam barang, dari yang berupa keris, pedang, tombak, batu cincin, sepatu kulit, rompi dari benang emas, dan lain lain. Bahkan adapula kecapi tua dan suling bambu kuning seperti yang dimiliki Jaka Indi,
"Maaf sebelumnya eyang... Eyang, untuk apakah eyang menyimpan benda-benda pusaka sebanyak ini? Apa eyang tidak khawatir kalau dibilang syirik !?"
"Hahaha.... ! Eyang Ageng Wicaksono mendadak tertawa.... Kalau syirik itu menyekutukan Tuhan, kalau menyimpan keris, tombak atau benda pusaka, masa disamakan dengan menyekutukan Tuhan."
"Setiap benda pusaka ada memiliki energi dan kegunaannya masing-masing, energi pada benda pusaka tersebut dihasilkan dari bendanya ataupun dari sang empu pembuat benda pusakanya.
Dalam membuat keris misalnya, Pertama, dalam memulai penciptaan keris. Seorang empu tulen pasti mengawali penempaan-nya dengan menghaturkan terlebih dahulu niat membuat kerisnya pada kehadirat yang Mahakuasa. Ia memohon perkenan, restu dan bimbinganNya.
Kedua, Sang empu juga bertirakat dengan cara berpuasa, berzikir selama proses pembuatannya dengan harapan, agar isi hatinya dan isi pikirannya menjauhi sikap dan sifat dari kualitas buruknya. Dengan begitu, isi hati dan pikirannya betul-betul tercurah dalam kondisi sehat dan jernih yang akan memberikan energi positif bagi keris tempaannya.
Ketiga, prosesi sang empu yang demikian, pada akhirnya menjadikan hati si empu benar-benar 'terlibat' dalam proses demi proses penempaan, dimana hati yang terlibat dapat memunculkan citarasa yang tinggi."
"Ouh..... begitu ya....! Terima kasih Eyang atas pencerahannya."
Saat melihat ke sisi kanan rak, Jaka Indi merasa tertarik dengan sebuah pedang melengkung, yang ujung pedangnya bercabang (bermata dua).
"Eyang pedang apakah ini ?" Tanya Jaka Indi pada Eyang Ageng Wicaksono.
"itu pedang Zulfikar! Apa kamu mau mengambil pedang itu ?"
"Oh... tidak eyang.., aku sekedar bertanya saja, kata Jaka Indi," sembari meletakkan kembali pedang Zulfikar ditempatnya semula.
"Kalau yang ini apa eyang ?" Sambil Jaka Indi menunjukkan sebuah cupu atau buli-buli kecil terbuat dari batok tempurung kelapa berwarna coklat kehitaman dengan tutup gabus diatasnya, yang pada bagian luarnya terdapat ukiran kaligrafi kuno, seperti tulisan kaligrafi bahasa aramaik, bahasa aramaik adalah bahasa kuno, yang digunakan disekitar negeri Syam, sebelum adanya bahasa Ibrani.
"Itu tidak ada namanya, tapi aku sendiri menyebutnya cupu aji, kegunaannya untuk menangkap makhluk astral tertentu."
"Maksudnya makhluk astral tertentu itu apa eyang ?"
"Begini, makhluk astral itu banyak macam dan jenisnya, diantaranya ada yang berupa badan halus, berupa kabut asap, kumpulan energi, kumpulan partikel, berkas cahaya, dan sebagainya.
Nah..., cupu aji tersebut gunanya untuk menangkap dan mengurung makhluk astral yang hanya berupa badan halus."
"Wow.... seperti lampu aladin, batin Jaka Indi dalam hati.
Aku mau yang ini saja eyang!" Ujar Jaka Indi!
"Mantap. Pilihlah dua buah lagi, kamu boleh mengambil tiga buah pusaka yang kamu inginkan."
"Tidak Eyang cukup satu ini saja," kata Jaka Indi.
"Kalau begitu bawa kesini cupu aji tersebut, aku akan mengajarkan cara menggunakannya."
Jaka Indi kembali duduk dihadapan eyang wicaksono dengan menyerahkan cupu yang diambilnya dari rak pusaka.
"Caranya panjenengan (kamu) buka tutupnya kemudian arahkan mulut cupu atau buli-buli ke makhluk astral yang ingin jenengan tangkap, lalu baca mantra suci sambil mengusap usap badan cupu yang ada tulisan kaligrafinya.
Mengusapnya secara berputar berlawanan dengan arah jarum jam.
Sedang kalau mau melepaskan isi didalamnya mengusapnya dengan cara memutar searah dengan jarum jam."
"Apa yang saya baca eyang ?"
"Kesini mendekatlah..., eyang bisikan saja ditelinga jenengan mantra suci yang harus dibaca, baik saat menangkap ataupun saat akan melepaskannya."
"Baik.... eyang..., terima kasih eyang.. Eyang....maaf eyang, saya mau tanya lagi, tadi di rak benda-benda pusaka, saya lihat ada suling yang terbuat dari bambu kuning, bisakah eyang jelaskan asal usul dan kegunaannya ?" Tanya Jaka Indi lebih lanjut.
"Pernahkah kamu mendengar kisah raja Daud dan Raja Solomon?"
"Tidak banyak pengetahuanku tentang Raja Daud maupun Raja Solomon eyang.
Bisakah eyang ceritakan saja lebih lanjut."
Daud selain dikenal sebagai Raja, juga merupakan seorang nabi dan dikenal pula sebagai pandai besi dan ahli seni yang bisa mengeluarkan suara yang indah serta dapat berkomunikasi dengan berbagai macam hewan.
Kemampuan berkomunikasi dengan hewan juga dikuasai oleh putranya yaitu Raja Solomon (nabi Sulaiman)
Dulu kala ketika Raja Daud membaca Zabur burung-burung, kupu dan kumbang bahkan berkumpul ikut serta bertasbih, karena raja Daud memiliki suara yang sangat merdu.
Selain memilik kemampuan untuk melunakkan besi hanya dengan tangannya guna di buat menjadi baju zirah dan berbagai senjata. Keahlian Raja Daud yang juga luar biasa adalah kemampuannya berkomunikasi pada berbagai jenis hewan.
Raja Daud bisa mengeluarkan berbagai suara merdu guna memanggil berbagai jenis burung hanya dengan suara yang dihasilkan dari mulutnya. Namun tidak semua makhluk bisa memiliki suara merdu seperti Raja Daud, Oleh karenanya mereka yang mewarisi ilmu berkomunikasi dengan hewan dari Raja Daud, dikarenakan tidak memiliki suara semerdu Raja Daud, mereka kemudian menggunakan alat bantu berupa suling, kecapi, dan sebagainya, agar bisa memainkan frekwensi dan irama serta nada yang sama.
"Nah.... ilmu terkait berkomunikasi dengan hewan, termasuk berkomunikasi dengan makhluk astral dan juga khodam, umumnya adalah ilmu yang bersumber dari ajaran Raja Daud atau Raja Solomon yang merupakan putra Raja Daud.
Kegunaan suling dan harpa ini bukan hanya bisa memanggil dan memerintahkan hewan, bahkan juga bisa untuk menghipnotis, serta juga memanggil makhluk astral dan khodam.
Hanya sayang eyang tidak punya buku panduan cara menggunakan dan memainkan irama suling dan harpa tersebut."
"Ohhh.. begitu toh...." Ucap Jaka Indi dengan terkesima.
"Jadi... sangat mungkin leluhur bangsa peri, dahulunya adalah pengikut Raja Daud atau Raja Solomon, hingga mereka bisa memiliki pengetahuan untuk berkomunikasi dan memerintahkan berbagai jenis hewan." Renung Jaka Indi.
"Suling yang kamu tanyakan itu, adalah suling yang digunakan untuk maksud yang telah ku terangkan sebelumnya, tapi memiliki suling tersebut tanpa menguasai nada-nada iramanya, maka tidak akan ada ke gunaanya."
Jaka Indi sengaja tidak menceritakan kalau ia juga memiliki suling bambu kuning tersebut.
"Apakah ada kegunaan yang lainnya eyang ?" Tanya Jaka Indi lebih lanjut.
"Ada..... tapi.... semua penjelasannya ada pada kitab kuno yang telah lama hilang. Pada lain kesempatan saja eyang ceritakan, saat kita punya cukup waktu luang.
Karena sore ini Raden harus berangkat menemani Indrajit ke tujuannya, dan setelah itu Raden juga harus melanjutkan perjalanan ke Istana permata, maka sebaiknya sisa waktu yang ada kita gunakan untuk mempelajari peta perjalananmu ke Istana permata."
"Hmmmm..... eyang Wicaksono ini kadang memanggilku, Mas Jaka, Jenengan, kadang Raden, kumaha euy," Ucap Jaka Indi dalam hati.
Setelah merenung sejenak, "Kenapa saya harus ke Istana Permata eyang !?"
"Bukankah Raden ingin mencari keberadaan Panji Dewantoro, kakak seperguruan Raden,"
"Berdasar kunjungan kakak seperguruan Raden yang meminta dibuatkan peta menuju Istana Permata, dapat diduga kuat bahwa kakakmu melakukan perjalanan menuju istana permata."
"Baik eyang.... Kalau Istana Permata itu seperti apa Eyang ??"
"Aku juga tidak tahu persisnya seperti apa, karena aku belum pernah kesana, tetapi berdasarkan desas desus yang kudengar, istana permata adalah salah satu istana peninggalan raja zaman dulu kala, adapula yang mengatakan istana tersebut merupakan salah satu istana peninggalan raja Solomon, yang didalamnya terdapat banyak harta, benda-benda berharga, obat-obatan berkhasiat, kitab-kitab kuno yang bernilai tinggi, dan berbagai macam pusaka."
"Kalau eyang Wicaksono belum pernah ke Istana Permata, bagaimana eyang bisa menggambarkan petanya dan mengetahui keberadaan istana permata tersebut ?"
"Aku mendapatkannya dari seorang musafir lintas dimensi yang mampir ke Pondokku ini, guna meminta bantuan pengobatan. Sebagai rasa terima kasihnya ia memberikanku peta tersebut."
"Eyang.... apakah eyang tahu, apa yang sebenarnya dicari oleh kakak seperguruanku tersebut ?"
"Saya juga kurang tahu Raden..."
***