KISAH TANAH JAWA - Asal Usul BADARAWUHI dan Desa Penari
CeritaRakyat - Badarawuhi adalah makhluk halus yang berasal dari pantai selatan, namun pada suatu hari dia diusir dan dikeluarkan dari kerajaan pantai selatan dikarenakan merasuki salah satu penari di tanah Jawa Timur.
Cerita ini berawal dari seorang ksatria wanita bernama Ratna Narekh yang menjadi lurah di sebuah desa dan menjadikan pelataran memuja sanghyang menjadi tempat pesta menari dan lainnya.
Desa ini bertempat di tengah alas Daha, Ratna Narekh sendiri merupakan murid dari seorang ksatria yang hidup pada zaman prabu airlangga, ia melarikan diri ketika sang guru ditaklukan oleh Mpu Barada.
Ia dan ke-empat murid lainnya melarikan diri. Ke-empat murid lain tersebut lari ke tanah Bali dan dirinya sebagai murid paling muda lari ke Timur Jawa.
Semuanya memisahkan diri supaya tidak terlacak. Ratna Narekh lari dengan membawa lontar yang berisi ilmu Kadigjayan untuk menaklukan para lelembut di sepanjang hutan Jawa Tengah sampai Timur.
Sejak penaklukan yang dilakukan oleh mpu Barada, Ratna Narekh tidak pernah muncul kembali.
Namun dikarenakan hidupnya terus mempelajari ilmu dari lontar tersebut, akhirnya sebagian cerita menyatakan bahwa Ratna Narekh hidup awet muda.
Dia tidak pernah muncul lagi di tanah Jawa, sampai tiba suatu hari dia singgah di desa Wonokromo, yang kala itu dipimpin oleh seorang lurah yang sangat arogan kepada wanita.
Semua wanita dia goda termasuk para wanita bersuami. Suatu ketika sang lurah mendengar ada seorang wanita pendatang di warung di tengah desa (si Ratna Narekh).
Ki lurah mendatangi wanita tersebut dan menawarkan menginap di rumahnya dan Ratna Narekh menyetujuinya.
Pada malam ketika Ratna Narekh tertidur, Ki lurah dan kedua anak buahnya mencoba mengintip dan berniat cabul.
Namun karena kesaktian Ratna Narekh, begitu pintu dibuka, ki lurah terpental dan mati di tempat. Sedangkan anak buahnya lari, tetapi segera terjatuh dan mati akibat ilmu kanuragan Ratna Narekh.
Sebagian kisah menyatakan Ratna Narekh menjilat darah laki laki yang tercecer di batu, dari situlah dia menjadi pengganti ki lurah memimpin desa tersebut.
Desa tersebut memiliki sebuah kolambyang ternyata pusat Gerbang Halus di utara Jawa, berlokasi di sekitar lereng gunung raung dan berdekatan dengan alas Daha.
Sedangkan gerbang halus Selatan berada di salah satu pantai di selatan Jawa dengan ciri adanya sebuah batu karang besar, namun antara selatan dan utara memiliki hubungan baik.
Kolam air tersebut disebut sebagai tempat persinggahan Ibu Ratu Pantai Selatan jika beliau sedang bertamu ke Utara jawa.
Ketika beliau pulang ke selatan, tempat tersebut dijaga oleh para panglima dan ksatria pantai selatan baik laki laki maupun wanita.
Ratna Narekh sombong atas kekuatan yang ia miliki, ia melanggar adat dari desa tersebut bahwa tidak boleh mengadakan tarian yang diiringi gamelan di desa tersebut.
Karena akan mengundang seluruh gaib penghuni Alas Daha termasuk penghuni Sendang di dalamnya, bahkan dia berteriak "Jika seluruh penghuni Alas Daha hadir aku akan menaklukan mereka satu persatu."
Akibat kesombongannya, semua penduduk musnah termasuk dirinya. Salah satu Makhluk Halus yang merasuki penari adalah wanita utusan Ibu Ratu Pantai Selatan yang menjaga sendang di Alas Daha.
Dia merasuki dan tidak mau keluar dari jasad penari itu, sampai akhirnya jasad penari itu dihancurkan barulah dia keluar, dari saat itulah dia diusir dari pantai selatan dilucuti beberapa kesaktiannya dan di usir.
Wujudnya tetap berbau pantai selatan memakai kebaya dan selendang hijau, cantik, anggun dan kerap jahil, terutama kepada kaum laki laki. Dia disebut bisa beranak pinak jika ada lelaki yang menyentuhnya atau tergoda olehnya.
Namun ketika dia marah akibat ada yang mengotori tempatnya atau melanggar aturan wilayah dia berkuasa, maka wujudnya akan berubah.
Wujudnya berubah menjadi setengah badan atas wanita bermahkota dan bagian tengah ke bawah berbentuk ular.
Dialah yang disebut BADARAWUHI oleh orang Jawa dan mungkin memiliki sebutan lain ditempat Lain.
~SEKIAN~
SEMOGA ALMARHUM BIMA DAN ALMARHUMAH AYU BISA TENANG DISANA, AL-FATIHAH