Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 65) - Aku Ingin Punya Anak


Si gadis sama sekali tidak melawan atau berontak sedikitpun, dibiarkannya pemuda berkepala harimau itu melakukan apapun atas tubuhnya sesuka hatinya, hanya dalam waktu singkat pemuda berkepala harimau telah memperkosanya dengan kasar dan buas.

Tapi anehnya setelah melakukan hubungan intim, justru manusia berkepala harimau yang menjerit ngeri, lalu mati seketika dalam keadaan tengkurap di atas tubuh si gadis.

Tubuh manusia berkepala harimau juga menyusut hingga tinggal tulang terbungkus kulit.

Hanya dengan satu sentakan ringan dari lengan si gadis, pemuda berkepala harimau sudah terlempar dalam jarak ratusan meter kedalam hutan.

Jaka Indi langsung menyadari kalau gadis cantik ini adalah Dewi Rheena, walau awalnya sempat tidak mengenali, karena Dewi Rheena yang sekarang memiliki tubuh lebih padat berisi dari sebelumnya, serta memiliki kulit yang juga lebih cerah, hingga membuatnya lebih cantik dari Dewi Rheena yang dikenal sebelumnya.

Berikutnya Dewi Rheena juga melakukan hal yang sama pada keenam pemuda yang tersisa.

Tidak tampak sama sekali rasa sakit atau keletihan sedikitpun setelah dirinya diperkosa secara berturut-turut oleh tujuh orang pemuda yang rata-rata berbadan kekar dan tegap serta berwatak sangat buas.

Mereka yang awalnya ingin memangsa sang gadis cantik, justru berbalik dimangsa oleh sang gadis.

Setelah semua kejadian tersebut, terlihat wajah Dewi Rheena yang cerah berseri, kulit tubuhnya semakin berkilau serta terlihat senyum puas pada wajahnya yang cantik jelita.

Rupanya tenaga dan hawa murni dari ke tujuh pemuda tersebut telah terhisap oleh Dewi Rheena, yang membuat tenaga dalamnya semakin bertambah kuat.

Sungguh Jaka Indi tidak menyangka, setelah beberapa waktu tidak bertemu, ternyata tenaga dalam Dewi Rheena dan kecepatan gerak tubuhnya telah meningkat dengan pesat, bahkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya juga semakin mempesona.

Masih dalam keadaan tubuh terlentang polos tanpa busana, Seperti sengaja atau tidak sengaja mata Dewi Rheena melirik kearah tempat persembunyian Jaka Indi, dan ucapnya... "'Apa kamu hanya akan menonton saja, tidak inginkah kamu ikut mencicipi tubuhku...?"

Sungguh terkejut Jaka Indi bahwa Dewi Rheena bisa mengetahui keberadaannya.

Padahal saat ini ia sedang mengenakan kalung Mustika Tasbih Citra Ghaib, yang membuat dirinya tidak tampak terlihat oleh siapapun, bahkan ia juga sudah menahan pernafasannya.

Sejak berlatih dibawah bimbingan eyang Ageng Wicaksono, dan terus berlatih sendiri dengan meditasi dibawah permukaan air, saat ini Jaka Indi sudah dapat bernafas dengan menggunakan pori-pori tubuhnya, hingga alunan nafasnya tidak terdengar oleh siapapun.

Tapi ada yang Jaka Indi tidak ketahui, bahwa Dewi Rheena yang sekarang dapat merasakan kehadiran pria sekalipun dalam jangkauan seratus meter.

Penciumannya dan indra perasanya semakin tajam dalam mendeteksi keberadaan seorang pria, seperti seekor serigala yang dapat mengetahui keberadaan mangsanya.

Sesungguhnya kedatangan Jaka Indi saat ini tidak sedang berminat untuk bertarung dengan siapapun, ataupun mencampuri urusan apapun, kedatangannya saat ini yang pertama-tama ingin menemui Dewi Yuna istrinya di paviliun istana.

Sayang Jaka Indi lupa arah mana menuju taman belakang istana dari hutan tempat ia dihantarkan khodam macan putihnya.

Bukannya menuju kolam pemandian yang berada di taman belakang istana, justru langkahnya membawanya kedalam hutan larangan tempat dimana Dewi Rheena sedang mandi di telaga.

Jaka Indi sedang tidak ingin meladeni Dewi Rheena, jadi setelah Jaka Indi merasa Dewi Rheena mengetahui tempat persembunyiannya dengan berlari pesat ditinggalkannya Dewi Rheena yang masih berbaring ditepi telaga.

Kali ini ia berlari balik kearah tempat kedatangannya. Beberapa saat kemudian sampailah Jaka Indi ditempat semula.

Jaka Indi mulai duduk bersila lalu memejamkan mata untuk meditasi dan memusatkan semua panca indranya, guna menangkap peristiwa yang terjadi disekelilingnya.

Lama-lama mulai diciumnya bau aneka bunga, aroma air segar langkah kaki sepatu prajurit kerajaan, suara senda gurau gadis remaja bahkan suara kumbang terbang menghisap madu, dan kupu-kupu terbang memadu kasih juga dapat dirasakan Jaka Indi.

Jaka Indi sungguh tidak menyangka bahwa kemampuan panca indra dan telepatinya sudah sampai sejauh ini. Jaka Indi mulai mencoba fokus hanya pada suara langkah kaki prajurit, aroma air segar, dan bau harum bunga,. Karena pertama kali ia menjumpai Dewi Kirana terdapat ketiga unsur itu, kolam pemandian, taman bunga dan prajurit. Setelah lebih memfokuskan pendengarannya, ternyata itu semua berasal dari arah selatan. Begitu mengetahui arahnya dengan pasti, Jaka Indi mulai berlari ketempat yang dituju.

Benar saja tidak lama kemudian ia sudah sampai di kolam pemandian belakang istana.

Nampak beberapa prajurit berbaris rapi berkeliling menutup kolam pemandian, Jaka Indi hanya mengetahui dan merasakan kalau ada beberapa peri yang mandi bersama dalam kolam pemandian tersebut.

Namun Jaka Indi tidak mau memperdulikan siapa siapa saja peri yang sedang mandi sampai harus dijaga oleh banyak prajurit kerajaan.

Saat ini ia masih menggunakan kalung tasbih citra ghaib, hingga tak satupun dari para peri dan dan prajurit yang dapat melihatnya.

Dengan cepat ia lari menyelinap diantara para prajurit dan langsung menuju paviliun tempat Dewi Yuna tinggal.

Setelah mendekati tempat paviliun Dewi Yuna berada, dilepaskannya kalung Mustika Tasbih Citra Ghaib dan dimasukannya dalam tas pinggang warna hitam miliknya, tatkala Jaka Indi mulai memasuki pintu utama paviliun Dewi Yuna, terlihat seseorang sedang bergegas keluar dan tanpa sengaja menumbuk dirinya yang sedang berlari ke dalam ruangan. Hingga membuat mereka saling berbenturan Jaka Indi dapat memastikan bahwa yang menabrak dirinya adalah seorang wanita. Karena tanpa sengaja tubuh Jaka Indi tepat menumbuk d**a wanita tersebut.

Selagi ingin memastikan siapa wanita tersebut, justru orang yang menabrak dirinya malah memeluknya erat.

"Ouh... mas Jaka... Akhirnya kamu kembali juga," sambil mempererat pelukannya, seolah tak ingin melepasnya, berikutnya wanita ini tidak hanya memeluk dirinya, bahkan menciumi wajahnya dengan mesra, bau harum semerbak langsung tercium oleh Jaka Indi.

Jaka Indi seketika menyadari kalau wanita yang menabraknya adalah Dewi Yuna Istrinya.

Jaka Indi membalas memeluknya lembut seraya mengelus perlahan punggung Dewi Yuna, dapat dirasakan air mata Dewi Yuna yang jatuh membasahi wajah Jaka Indi.

"Yuna lepaskanlah kita kedalam dahulu." Ujar Jaka Indi.

"Tidak mau!" Jawab Yuna dengan tetap memeluknya erat, "Aku tidak mau ditinggal mas Jaka lagi, tahukah mas Jaka, sempat terlintas dalam pikiranku kalau mas Jaka sudah wafat, karena tak ada satupun berita dan tak satupun peri dan prajurit Suralaya yang mengetahui keberadaan mas Jaka."

"Sudahlah lepaskan dulu pelukanmu, kita bicara di dalam."

"Tidak mau!!" Ucapnya tegas.

"Bukan begitu, kalau kamu terus memeluku erat seperti ini, malah bisa membuatku terangsang." Jelas Jaka Indi dengan nyengir kocak, karena merasa gairahnya yang tiba-tiba bangkit.

"Biarin...!!" Jawabnya sambil tersenyum lucu, dengan tatapan matanya yang jeli.

Pria mana yang tidak terangsang dipeluk wanita berparas cantik dengan lekuk tubuh sempurna dan memiliki bau aroma harum memabukkan yang terus memancar dari tubuhnya. Ditambah sepasang bukit kembarnya yang padat dan kenyal terus menekan kuat di d**a bidang Jaka lndi.

"Sudahlah Aku ingin berbicara dahulu sebentar," Ucap Jaka Indi seraya mendorong lembut bahu Dewi Yuna.

Dewi Yuna tidak melepaskan pelukannya, hanya merenggangkan-nya saja. Kedua lengannya masih merangkul leher Jaka Indi. Tapi hal ini sudah cukup bagi Jaka Indi untuk melihat lebih jelas wajah istrinya, hidung yang mancung, mata yang jernih dengan bekas tetesan air mata yang masih membasahi pipinya yang putih dengan semu kemerahan, bibir merah yang sedikit merengut, tapi justru menambah kecantikan dirinya. Rambutnya yang lurus panjang diikat kebelakang hingga memperlihatkan lehernya yang putih jenjang.

Saat Jaka Indi melihat lebih kebawah lagi tampak Dewi Yuna mengenakan semacam gaun sutra panjang warna biru, dengan brokat renda warna emas pada bagian kerahnya, dan dari balik baju terusan warna biru, terlihat dadanya yang bernas. Berombak mengikuti irama nafasnya.

Dewi Yuna Juga sedang mengamati wajah Jaka Indi yang tampan, namun terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Kemudian di peluknya lagi Jaka Indi dengan erat.

Dipeluk erat wanita cantik, harum dan seksi, sungguh membuat Jaka Indi merasa tidak tahan, tangan Jaka Indi yang awalnya berada di pinggang Dewi Yuna perlahan mulai turun mengelus pinggul si nona, lalu refleks mulai merambat ke depan membelai d**a Dewi Yuna yang bernas dan membusung indah, kemudian meremasnya dengan lembut, Dewi Yuna hanya terengah lirih. Dewi Yuna mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara rintihan, namun Dewi Yuna hanya pasrah saja atas perlakuan Jaka Indi.

Tiba-tiba Jaka Indi kembali mendorong bahu Dewi Yuna menjauh dan bertanya, "Apa kamu sudah makan!? Apa selama ini kamu baik-baik saja?"

Dewi Yuna sungguh merasa kesal dan tidak habis mengerti dengan dunia manusia, khususnya suaminya Jaka Indi, selama ia menikah bentuk perhatian Jaka Indi diantaranya seringkali menanyakan apa dirinya sudah makan, apa ia baik-baik saja.

Bukankah hal ini tidak perlu dingatkan, kalaupun ia lapar pasti sudah makan dengan sendirinya. Kalaupun dirinya sedang tidak baik, ia pasti sudah menceritakannya pada Jaka Indi.

Sebagai wanita dari bangsa peri yang dibutuhkannya adalah perlakuan romantis, sanjungan, seringnya kontak pisik, rayuan, pelukan hangat, ciuman mesra, cumbuan sampai dengan hubungan intim.

"Sungguh aneh mas Jaka ini, saat seperti begini, kok bisa-bisanya malah tanya sudah makan." Gumam Dewi Yuna.

Kembali Yuna memeluk Jaka Indi erat bahkan mencium bibir Jaka lndi. la sungguh tidak ingin gairah Jaka Indi yang tadi sudah mulai bangkit, kembali padam.

Kali ini Jaka Indi hanya membelai punggung Dewi Yuna dengan lembut, lalu membopong tubuhnya dan membawanya kedalam ruangan serta meletakkannya di atas dipan pembaringan.

Setelah keduanya menyalurkan hasrat mereka.. Jaka Indi berbaring terlentang di atas dipan pembaringan dengan Dewi Yuna meletakkan kepalanya di atas d**a Jaka Indi.

Dewi Yuna masih dalam keadaan tubuh polosnya, tiba-tiba membisikkan ditelinga Jaka Indi.

"Mas Jaka lagi..." Kata Dewi Yuna.
"Apa...!?" Ucap Jaka Indi terkejut. "Apa kamu tidak merasa letih!?" Tanya Jaka Indi lebih lanjut.
"Kami para peri wanita tidak pernah merasa letih dalam hal seperti ini, justru hal ini membuat kami lebih bersemangat. Apa mas Jaka tidak tahu kalau saat ini sedang bulan purnama, saat bulan purnama adalah saat gairah para peri memuncak dan juga saat masa subur dari para peri wanita, aku ingin segera kita bisa punya anak mas." Ujar Dewi Yuna lirih, dengan pipi rona memerah tersipu malu.

Sekarang tubuh polos Dewi Yuna Justru menindih ketat tubuh Jaka Indi dengan saling berhadapan, Jaka Indi hanya dapat memeluk pinggang dan mengelus punggung Dewi Yuna yang halus licin. Dan Yuna mulai kembali menciumi Jaka Indi serta meliukkan tubuhnya dan ......

Tak terasa waktu terus berjalan, hingga tiga kali Jaka lndi melayani keinginan Dewi Yuna.

Andai Jaka Indi kuat, berapa kalipun Dewi Yuna memintanya, ia akan sanggup melayaninya.

Namun kali ini Jaka Indi sudah merasakan sendi sendi tubuhnya luluh lantah, badannya juga lemas lunglai, untuk berjalan saja rasanya sudah tidak sanggup lagi.

Dewi Yuna masih dengan tubuh polosnya turun dari pembaringan, diambilnya kain selimut yang tidak seberapa besar untuk melilit dan menutupi tubuhnya.

"Mas aku buatkan makanan dahulu," Bisiknya lirih.

Jaka Indi hanya bisa mengangguk lemah. Teringat kembali saat Dewi Rheena melayani tujuh pemuda kekar dan buas ditepi telaga, tak terlihat sedikitpun keletihan diwajah Dewi Rheena, justru ke tujuh pemuda tersebut yang berujung pada kematian. Disamping itu ternyata saat ini sedang bulan purnama, yang mana merupakan saat para peri dalam puncak gairah. Pantas tidak seperti biasanya Dewi Yuna sangat b*******h terhadapku. Hmmm....aku punya istri peri dan tidak mati sampai saat ini, sebenarnya sudah suatu keajaiban.

"Hadeuuwh... Tapi kalau terus-terusan seperti ini, punya istri peri yang sangat cantik dan selalu b*******h tinggi, bukankah pada akhirnya aku bisa mati juga. Ya sudahlah.. setidaknya mati dalam keadaan enak." Batinnya dengan tertawa geli sendiri.

BERSAMBUNG
close