PART INDEX - TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN
Aku terbangun di hutan yang begitu gelap, padahal semalam aku yakin bahwa aku tidur di kamarku.
"Tenang kevin, akulah yang membawa sukma-mu kemari." ucap kakek.
Aku cukup di kagetkan dengan kemunculan seluruh khodam milik-ku, terkecuali Nyai.
"Dimana kita kakek?." tanyaku.
"Kita berada di gunung Salaka, tempat dimana kau akan menemui iblis itu" ucap kakek.
"Lalu reruntuhan apa itu kakek?" tanyaku.
"Itu adalah reruntuhan dari kerajaan Salakanagara." ucapnya kembali.
Ketika aku sedang berbincang dengan kakek, aku di kagetkan dengan perubahan wajah cakara yang menjadi cukup beringas.
"Ada apa cakara?" tanyaku.
"Dia... tak lama lagi ia akan datang" ucap cakara.
"Anjing memang hebat mencium bau." ucap singgih.
Kali ini Singgih menampakan wujud aslinya, dengan tinggi sekitar 15-17 meter, bahkan aku sampai sulit untuk melihat wajahnya, dia memiliki wujud persis seperti macan hitam dengan taring tajam dan begitu tajam, dan ia memiliki mata berwarna hijau terang di sebelah kiri dan putih redup di sebelah kanan, entah itu abu-abu atau memang berwarna putih, sampai sekarangpun aku masih belum bisa memastikannya.
"Kevin.. sebaiknya kita segera ke tempat iblis itu sekarang, aku rasa dia sedang menunggu kita" ucap patih.
Lalu patihpun memimpin perjalanan kami menelusuri gelapnya hutan, tapi entah mengapa, ketika aku sudah memasuki hutan, aku melihat cukup banyak obor menyala yang tertempel di pohon-pohon, seolah-seolah sudah ada yang menyambut kedatangan kami.
Ketika kami sudah cukup lama berjalan, tubuhku di buat gemetaran, dengan suara tangisan yang begitu hebat, suaranya tidak memilili sumber yang tepat, melainkan seperti kami di kelilngi oleh suara tangisan.
"36 tidak.. 57 tidak... 172 tidak.... 202... yaa 202." ucap cakara.
"Apa maksudmu cakara?" tanyaku.
"Kita di kelilingi oleh 202 iblis sekarang, dan semuanya adalah kuntilanak... dan ada 1 yang berbeda, sepertinya ia adalah pemimpinnya." ucap cakara.
"SIAPA KALIAN !! BERANINYA KALIAN MEMASUKI DAERAH KANJENG DWI PRASNOWO." Ucap seorang JIN yang memiliki tubuh ular dan berkepala manusia.
"Aku kemari untuk melenyapkannya." ucap cakara.
"MELENYAPKANNYA !!! KAU BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENEMUI NYA." ucap makhluk itu kembali.
Lalu tidak lama aku merasakan tekanan energi yang sungguh luar biasa hebatnya, sampai-sampai aku hampir terjatuh karena tekanannya itu.
"Nama makhluk itu adalah Hanum angkaraksa, dia adalah tangan kanan dari Dwi prasnowo, sebelum kita dapat mengalahkannya, kita tidak mungkin dapat menemui tuannya." ucap kakek.
"HAI SILUMAN ULAR, TURUNLAH KEMARI... BIAR KU TELAN KAU." ucap singgih yang terlihat cukup marah.
"Jangan kau kira aku akan takut hanya karena kau keturunan amsyah." ucap makhluk itu.
Dan tanpa di duga Hanum langsung menghampiri singgih dengan begitu cepat, sampai singgihpun terpental cukup jauh, terlihat Singgihpun tidak mau kalah diapun memberikan perlawanan yang cukup sengit.
"Biarkan siluman ular itu bertarung dengan Singgih, lebih baik kita bersiap-siap karena ratusan kuntilanak itu akan segera menyerang." ucap patih yang yang sudah mulai melafalkan beberapa amalan.
Akupun tidak mau kalah, dan sudah cukup lama aku selalu di lindungi oleh kakek, nyai dan khodam-ku yang lain, kali ini aku harus bisa bertarung dengan tanganku sendiri.
Tiba-tiba aku tidak mendengar lagi suara tangisan, suara itu berhenti serentak, suasana berubah begitu hening, hanya terdengar suara patih dan hanum yang sedang berterung.
"HHAAAAAHAAAAHAAAAAAAA"
Salah satu makhluk menghantamku begitu kencangnya sambil berteriak, akupun sampai kaget dan sedikit terdorong, untung saja aku sudah membangun benteng badan sehingga dampak serangan yang ia berikan dapat di minimilasir, akupun langsung menarik tangannya dan ku banting ke tanah dengan kencangnya.
"Aku berhasil." ucapku.
"Jangan senang dulu kevin, pertarungan sesungguhnya baru akan di mulai sekarang." ucap patih yang sedang sibuk bertarung dengan gagahnya.