Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TERSESAT DI ALAM GAIB


Cerita ini terjadi saat aku masih duduk disekolah dasar, saat itu setelah pembagian raport seperti biasa aku libur sekolah, aku merengek sama bapakku untuk liburan ke rumah nenek dan akhirnya bapak mengantarkan aku kedaerah Garut Selatan untuk berlibur dirumah nenek, sesampainya di rumah nenek, tidak lama kemudian bapak kembali pulang ke bandung.

Aku merupakan salah satu cucu kesayangan nenek, dari sekian banyak cucu nenek, seperti biasa usia anak anak aku cepat kenal dengan beberapa anak dikampung itu.

Dulu belum ada listrik, kalau sehabis maghrib aku biasa mengaji di langgar atau mushola yang ada di kampung itu, dengan membawa obor sebagai alat untuk penerangan disepanjang jalan.
Dari rumah nenek ke mushola cukup jauh dan rumah nenek termasuk yang paling tepi, jaman itu kondisi rumah tidak seperti sekarang berdempetan, jarak satu rumah ke rumah yang lainnya bisa berjarak 10/20 meter.

Sebelum maghrib aku sudah di jemput tiga kawanku, untuk mengaji dilanggar/mushola, setelah pamitan sama nenek, aku segera berangkat bersama ketiga kawanku dan berjalan menyusuri  jalanan perkampungan yang gelap, hingga sampai di langgar yang hanya berdingdingkan bilik bambu dan tiang tiang kayu sebagai bangunan langgar, setelah mengaji semua anak-anak seusiaku berhamburan keluar langgar dan menyalakan obor untuk penerangan jalan pulang.

Karena rumah nenek yang paling jauh dan ketiga temanku sudah pulang kerumahnya masing-masing, akhirnya tinggal aku sendiri yang menyusuri jalan, angin malam berhembus terasa begitu dingin, aku terus melangkah menyusuri jalanan yang gelap, ujung nyala api bergoyang ditebak angin, aku berhenti sesaat ketika akan melewati hutan pohon bambu, aku betul betul merasa takut dan mulai terisak isak "nin...Wi takut.." panggilku sambil gemetaran.

Tampak dari ujung sana sepasang mata terlihat menyala dan berjalan kearahku hingga sampai dihadapanku, satu sosok tubuh yang sangat ku kenal dengan satu tangan yang mengangkat ujung kain jarik di bawah kakinya,

"Nin..." (nek..) ucapku sambil memeluk tubuh nenek., nenek langsung mengusap kepalaku dan memegang tanganku, serta mengajaku untuk pulang, dulu aku tidak berpikir dan tidak terpikirkan olehku, nenek yang termasuk sudah sepuh (tua) mampu berjalan dalam gelap malam tanpa obor. Maklum kala itu aku masih anak anak.

Aku tidur dalam pelukan nenek, tengah malam aku terbangun karena mau pipis, aku bangunkan nenek, tapi nenek tidak terbangun, akhirnya aku berjalan sendiri untuk kekamar mandi yang terletak di belakang rumah, dengan terburu buru aku menuju belakang rumah dimana kamar mandi berada,
"Aduh... mules pisan perutku" gumamku di bawah langit hitam dan gelap malam.

Aku berjongkok, setelah selesai aku berdiri hendak keluar dari kamar mandi yang terbuat dari bilik bambu, aku langsung berteriak memanggil nenek,

"Nin..Nin.." (Nek..Nek..) teriakku, saat mataku melihat satu sosok besar dengan mata yang menyala tengah duduk di depan bilik kamar mandi, aku tidak tahu kapan nenek keluar dari rumah. Yang kutahu nenek sudah berada disampingku dan berkata,

"Ulah sieun.. eta karuhun maneh, jang.. huss... ges indit kaditu maneh.. incu kaula sieneun.." (jangan takut itu leluhurmu, sudah kamu pergi sana, cucuku ketakutan) ucap nenek sambil menggerakan tangannya untuk menyuruh makhluk itu pergi.

Beberapa hari kemudian,
Ketiga kawanku mengajakku untuk mencari kayu bakar dihutan, sambil mencari kayu bakar, kami bermain hingga tak terasa hari sudah sore, akhirnya kami bertiga melangkah untuk pulang, aku yang tidak biasa berjalan dengan beban kayu bakar di pundak, tertinggal jauh dari ketiga kawanku, hingga aku memanggil manggil mereka, sesaat mereka menunggu, setelah aku mendekat ketiga kawanku berjalan lagi dan aku kembali tertinggal, aku lihat ketiga kawanku sudah menuruni bukit dan berjalan keluar dari hutan lalu melintasi hutan pohon bambu, aku yang tertinggal baru keluar dari hutan, matahari sudah tengelam, ketiga temanku sudah tidak terlihat, aku semakin bingung, karena yang kulihat kini bukan lagi hutan pohon bambu, tapi padang rumput yang luas, kemana mataku memandang hanya hamparan rumput yang terbentang dan terbelah oleh sungai di tengah padang rumput, aku yang masih anak anak tidak mengerti dengan apa yang terjadi, sambil menangis aku terus berjalan kearah sungai yang membelah padang ilalang, dengan menggunakan tangan aku meminum air sungai, aku terus menangis sambil menyusuri arus sungai, hingga sampai di sebuah air terjun, tangisku semakin keras, aku terus memanggil nenekku, aku tidak tahu jalan pulang, aku hanya duduk diatas batu sambil menangis, entah darimana datangnya seorang perempuan yang terlihat cantik, tiba-tiba sudah berada tidak jauh dari tempat dudukku, perempuan itu menghampiri dan memeluk tubuhku.

"Sudah... jangan nangis.. kamu aman sama ibu di sini, nanti juga kamu pulang" ucap perempuan itu sambil memelukku yang terus menangis sambil memanggil nenekku.

Aku yang tertidur dalam pelukan wanita itu tiba-tiba terbangun, tapi wanita itu sudah tidak ada, pandangan mataku mengitari sekeliling dan aku kembali menjerit sambil memanggil nenekku, tidak jauh dari sampingku dan diatas sebuah batu yang cukup besar, satu sosok Harimau dengan belang hitam tengah menatap kearahku, harimau itu sangat besar, ekornya berkibas kiri kanan, lidahnya menjilati kukunya, lalu makhluk itu mengaum dan aku pingsan.

Aku membuka mata, terlihat wajah nenek yang tersenyum dan langsung menciumi juga mengelus rambut kepalaku.

Menurut nenek, aku ditemukan di sebuah rumpun pohon bambu oleh penduduk yang mencariku setelah dua hari aku hilang, aku segera menceritakan semua yang kualami.

"Nin... Harimau yang Wi lihat itu siapa" tanyaku.

Nenek tersenyum dan menjawab,
"Kelak saat kamu dewasa.. kamu akan tahu siapa Harimau itu..?" ucap nenek sambil memeluk tubuhku.

-TAMAT-
close