Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PART INDEX - COKRO KOLO MUNYENG


Aku segera memejamkan mata menyatukan hati dan pikiran, hatiku menyebut Asma gusti Allah, mulutku mengucapa dalam beberapa surah, aku seakan akan melihat Wujud sosok buto ijo.

"Siapa kamu dan mau apa?" Tanyaku.

"Siapa aku tidak penting bagimu, aku hanya menjalankan perintah junjunganku" jawab sosok buta.

"Apakah nyai Dayang Wungu jungjunganmu?" tanyaku.

"Kamu sudah tahu jungjunganku kenapa tidak cepat minggat???" bentak sosok buta.

"Aku akan pergi setalah kamu juga pergi" jawabku.

Tiba-tiba sosok buta itu mundur beberapa langkah mulutnya merapal mantra, tangannya tengadah keatas, tiba-tiba ditangannya tergemgam sebuah tombak bermata tiga, aku yang sudah siap dengan pedang Sirr yasin juga pukulan Jibril segera mengibaskan pedang untuk menangkis sabetan tombak..

"Trangg...."

Dua senjata beradu beberapa jurus silat ghoib sudah terlewati, Kolo bendono meloncat kebelakang, lalu merapatkan kedua telapak tangannya depan dada, mulutnya kembali merapal mantra dan tubuh Kolo bendono menjadi tiga, ilmu pecah raga hanya makhluk-makhluk astral tingkat tinggi yang menguasai ilmu ini, dan makhluk yang sedang kuhadapi cukup bahaya, tiga sosok kolo bendono mengurungku menjadi seperti sebuah trisula yang menyerang kearahku, kelebatan-kelebatan pedang Sirr yasin terus berkelebat dalam desingan dan kilatan-kilatan warna perak. 

"Dess..."

Sebuah pukulan terasa sangat panas ditengkuk, tubuhku terdorong kedepan, dihadapanku dua tombak menyongsong, dari arah belakang satu tombak mengejar punggungku, aku betul-betul terjepit, aku jatuhkan badanku setengah berlutut, tombak dari belakang lewat diatas bahuku segera kubuang tubuh kesamping dua tombak lewati tempat kosong, secara serentak tiga batang tombak dipukulkan ke tanah..

"Wuuuut..."

Suara deru angin, dan satu larik sinar merah menderu kearahku, aku segera menyambutnya dengan pukulan jibril sebelum dua pukulan beradu tiga tombak dari kolo bendono kembali dihantamkan ke tanah, melihat itu aku kembali menahan serangan dengan Guncangan azzalzalah, dua benturan saling bersahutan, aku terpelanting dengan tubuh seakan melayang, aku masih melihat satu tombak menderu kearah tubuhku yang terpelanting, aku tidak ada daya dan upaya untuk mengelak...

"Wessssshh...." suara desingan tombak yang mengarah ke dadaku, tapi satu desingan terdengar...

"Sittttt... sing...." 

Tiga benda berwarna hitam melesat tiga paku bumi berkepala ular naga mengarah ke tubuh kolo Bendono dengan cepat tombak ditarik kembali dan diputarkan untuk menghalau tiga Paku Bumi...

"Tring... tring..."

Tiga paku bumi terpental aku terpelanting mampu berpijak kembali dan menoleh kearah datangnya tiga paku Bumi, satu sosok berkelebat dan hilang dari pandanganku.
"Hmmmm... siapa yang telah menyelamatkan, nyawaku, apakah itu nyai Kantil Semayang."

Kolo Bendono bertolak pinggang dengan tawa terbahak bahak.
"Hahaha.. hahaha... tadi ada yang menyelamatkanmu, tapi jangan harap kamu akan selamat dari tanganku" ucap Kolo Bendono disusul dengan gerakan untuk kembali memecah raganya.

Aku segera memukulkan telapak tanganku dengan hijib ayat kursi untuk membakar Kolo bendono dan tidak memberikan kesempatan untuk memecah raga, sebuah hawa panas menyebar mengurung Kolo Bendono, Kolo Bendono merubah gerakannya dengan memutarkan tombaknya satu deru angin yang keluar dari putaran tombak menderu menghalau energi panas dari Hijib Ayat qursi..

Energi angin dari Kolo Bendono, kalah cepat dan tak mampu menahan semua energi Hijib Ayat qursi..

Hijib Ayat qursi membakar separuh badan Kolo Bendono, pinggang dan kakinya terbakar, kolo Bendono meraung kepanasan, dua tangannya sibuk hendak memadamkan api yang membakar separuh badannya, melihat itu aku segera membaca doa Jibril dan "wushhhh..." satu energi panas menghantam kaki Kolo Bendono, disusul teriakan kesakitan, separuh raga Kolo Bendono hancur, ketika tanganku terangkat untuk menuntaskan perlawan Kolo Bendono, separuh raga kolo Bendono hilang dan menggumpal jadi asap hitam, semakin lama semakin menipis dan sirna di hadapanku.
close