Desa Putuk Wetan (Part 5)
JEJAKMISTERI - Mendengar hal itu, jantungkupun seketika berdetak dengan sangat kencang dengan diiringi nafasku yang seolah olah tiba tiba sulit untuk kuhembuskan.
"Klinting, klinting, klinting"
Dan tidak berhenti disitu saja, malam itu aku tiba tiba mencium aroma bunga melati yang tercium dengan sangat kuat.
"Pak...." Ucapku lirih sambil menoleh kearah bapakku yang malam itu terlihat menatapku sambil tersenyum lesu.
"Jogoen kabeh yo nduk, samean ojo wedi, samean ora dewean, ibukmu ayu." (Jagain semua ya nak, kamu jangan takut, kamu gak sendirian, ibumu cantik) ucap bapakku lirih yang malam itu malah membuat keadaan terasa semakin tidak mengenakkan.
"Bapak ngomong apa sih..." Ucapku sambil seketika memejamkan mataku dan berlindung dibagian perut bapakku karena malam itu, suara gemerincing tersebut sepertinya sudah semakin kencang terdengar.
"Klinting, klinting, klinting, klinting"
Dan anehnya, belum lama aku berlindung di perut bapakku, tiba tiba tubuh bapak yang sebelumnya berbaring dengan tenang, malam itu tiba tiba memberontak dan kejang kejang.
Dan tidak berhenti disitu saja, wajah bapak malam itu juga terlihat menguning dengan lidahnya yang juga terlihat menjulur keluar.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut bukan main sambil berteriak histeris dan menggoyang nggoyangkan tubuh bapak yang malam itu benar benar terlihat kaku.
"Pak ya allah pak... sadar pak" teriakku kencang dengan sesekali menoleh kekanan dan kekiri karena malam itu aku merasakan tiba tiba seperti sedang banyak orang yang berada didalam rumahku.
Semua itu tentu saja bukanlah tanpa alasan,
Karena malam itu, aku tiba tiba seolah berada ditengah tengah kerumunan orang.
Padahal nyatanya, malam itu keadaan rumahku sangat sepi dengan hanya ada aku dan bapakku seorang diri.
Dan belum lama setelah itu, bukannya mendapat pertolongan, malam itu perutku tiba tiba terasa bergejolak dengan aneh.
Didalam perut, aku merasakan ada sesuatu yang bergerak gerak, bahkan selain merasakan, aku juga sempat melihat kearah perut ada seperti benjolan sebesar kelereng yang bergerak tidak beraturan ditambah dengan rasa sakit yang sepertinya sudah tidak lagi bisa kutahan.
"Ya allah,,,, apa ini" teriakku.
Dan tidak hanya itu, ketika kami masih dalam keadaan mencekam, tiba tiba pandangannku teralihkan dengan adanya sosok hitam besar tinggi yang terlihat diam disalah satu sudut rumahku menatapku dengan tatapan yang sepertinya hingga kini tidak akan pernah bisa kulupakan.
(Malam itu, kami benar benar diserang habis oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara logika, tubuhku dibanting, bapakku di seret dan banyak benda rumahku yang terlihat bergerak gerak dengan sendirinya.
Dan tidak berhenti disitu saja, meski keadaan sangat sepi, tapi aku benar benar merasakan jika dirumahku malam itu sedang dipenuhi banyak sekali orang, tapi nyatanya, semuanya benar benar tidak ada siapa siapa.
Dan untungnya, semua itu tidak berjalan dengan lama, sekitar 10 menit aku mengalami semua itu, pandanganku tiba tiba kabur, kepalaku pusing dengan perut yang juga tiba mual dan bergejolak.
Hingga akhirnya, sesaat setelah itu akupun sudah tidak lagi bisa mengingat kejadian selanjutnya.
Semuanya nampak gelap dengan perasaan yang aneh seperti seseorang yang sedang tidur dan bermimpi.) Ucap narasumber
***
Dan Singkat cerita, akhirnya malam itupun berlalu begitu saja.
Keesokan harinya, semuanya malah semakin aneh saja, bukannya membaik, pagi itu aku melihat bapakku sudah dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
Wajahnya pucat, tubuhnya kaku dengan tatapan matanya yang terlihat sangat kosong, membuat perasaanku saat itu sudah tidak bisa lagi dijelaskan dengan kata kata.
Dan tidak berhenti disitu saja, pagi itu aku juga melihat bagian rumahku yang berantakan ditambah dengan adanya bekas bunga melati yang terlihat berceceran, membuat perasaanku waktu itu sudah sangat kebingungan tidak karuan.
Dan tanpa memperdulikan keadaan rumahku, akupun mendekati tubuh bapakku dan seketika berteriak sekuat tenaga dengan tangisan yang sudah tidak lagi bisa kutahan.
"Ya allah pak, bapak kenapa,,, pak...." Rintihku sembari menggoyang nggoyangkan tubuh bapakku.
Karena tak kunjung mendapatkan respon dari bapakku, akupun akhirnya berlari keluar rumahku dan segera mencari pertolongan kepada tetanggaku yang berada tidak jauh dari rumahku.
Dan singkat cerita, setelah mendapatkan pertolongan dari tetangga kanan kiriku, akhirnya bapakkupun bisa segera dilarikan ke puskesmas terdekat yang ada didesaku.
Dan singkat cerita, setelah berhasil mendapatkan pertolongan, bapakkupun dirawat dipuskesmas tersebut hingga beberapa hari lamanya.
Menurut keterangan dokter, luka yang dialami oleh bapakku, adalah murni adalah luka penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang.
Tidak ada bukti, jika bapak memiliki penyakit dalam atau penyakit bawaan, bahkan yang membuat aku terkejut adalah, keadaan bapak yang kaku dan melotot, menurut dokter waktu itu dikarenakan shock dan kaget yang sangat berlebihan hingga akhirnya membuat syaraf yang ada didalam tubuh bapak mengalami gangguan.
"Bapak kamu ini mengalami shock berat seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan dan tidak hanya itu, sepertinya beliau juga habis dianiyaya oleh seseorang. Kemarin malam masak sih kamu gak ingat apa apa ?" tanya dokter puskesmas tersebut dengan tatapan matanya yang seperti sedang mencurigaiku.
Dan tanpa menjawab perkataan dokter tersebut, akupun masuk begitu saja ke ruang perawatan dan duduk disamping bapak yang waktu itu memang masih belum saja siuman.
Disitu, tentu saja perasaanku sudah campur aduk tidak karuan. Selain masih kebingungan dengan apa yang sudah kualami semalam, dibenakku waktu itu benar benar memiliki banyak sekali pertanyaan.
Apa yang kualami, apa yang menyerang kami hingga kenapa semua ini bisa terjadi, semuanya benar benar hanya berputar putar didalam fikiranku dengan tidak ada satupun teman atau kerabat yang waktu itu datang menjenguk keadaan bapakku.
Hingga akhirnya, belum selesai aku memikirkan semua itu dengan tetap menatap wajah bapakku, aku tiba tiba dikejutkan dengan kedatangaan pak Qomar dan yai Bahri yang waktu itu datang mengunjungiku di puskesmas tersebut.
"Yai arep ngomong." (yai mau bicara) ucap Yai Bahri sambil mengajakku keluar dari ruang perawatan puskesmas dengan maksud sepertinya, yai Bahri hanya ingin berbicara berdua saja denganku.
Mengetahui hal itu, akupun seketika menuruti ajakan yai Bahri dan pak Qomarlah yang waktu itu bergantian denganku untuk menjaga bapakku diruang perawatan rumah sakit tersebut.
"Enggeh yai." (baik yai) Jawabku pelan dengan langkahku menyusul yai Bahri.
"Bapakmu gak iso ditambani ndek kene, yokpo yokpo, seng wes kadung, kudu tetep dimarekne. Iki seng iso mbenakno kabeh iki koyoke awakmu nduk. Awakmu gak lombo, ibukmu melok njogo. Rupane iku satu satune kesempatane awake dewe mbenakne kedadean seng wes kadung." (bapakmu gak bisa diobati di puskesmas ini, apapun yang terjadi, semuanya harus tetap diselesaikan. Yang bisa menyelesaikan semua ini sepertinya cuma kamu. Karena akupun tau, dirimu ada yang jaga, yaitu almarhumah Ibumu. Sepertinya hanya itu satu satunya kesempatan kita untuk menyelesaikan semua ini) ucap yai Bahri memulai obrolan.
"Ngapunten yai, kulo mboten paham blas." (maaf yai, saya gak faham sama sekali) Sahutku bingung.
"Wes ngene ae, mben ae kabeh tak jelasne lek bapakmu wes waras wae. Sementara iki, bapakmu gowoen moleh ae. Lek wes anjok omah, ojo sampek lali bendino gae among. Khusus awakmu Ojo turu ndek amben ambek ojo lali gae pediangan yo nduk. Kabeh cek aman." (Sudah begini saja, semuanya kujelaskan nanti saja kalau bapakmu sudah sembuh. Sementara ini, bapakmu kamu bawa pulang saja. Kalau sudah sampai rumah, jangan sampai lupa buat sesajen. Khusus kamu, jangan tidur dikasur dan jangan sampai lupa buat api didepan rumah ya nak, biar semuanya tetap aman) tutup yai Bahri sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan puskesmas tersebut dengan diiringi pak Qomar yang terlihat menyusul berjalan pulang.
Hingga akhirnya, setelah obrolanku waktu itu, akupun seketika membawa bapakku pulang kerumah dan selanjutnya tidak lupa aku menuruti semua perintah yai Bahri untuk tidak tidur dikasur, membuat sesajen dan menyalakan bara api tepat didepan pintu rumahku.
Dan tidak hanya itu, kini aku harus merawat bapakku seorang diri, bapak yang sebelumnya tidak sadarkan diri, waktu itu juga sudah sadarkan diri namun keadaan bapak bisa dikatakan jauh dari kata baik baik saja.
Kini, bapak hanya ada diam diranjang dengan tidak sekalipun mengeluarkan kata kata.
Wajahnya pucat dengan tubuh yang sepertinya sudah sulit sekali untuk digerakkan.
Mengetahui hal itu, aku mencoba tabah dan tetap merawat bapakku apapun dan bagaimanapun keadaannya. Semua cara medis dan non medis waktu itu benar benar sudah kucoba, namun hasilnya tetaplah sama.
***
Dan tidak berhenti disitu saja, dengan sangat cepat, kabar tentang sakitnya bapakkupun akhirnya terdengar ditelinga warga desa.
Kepala desa yang seharusnya melayani dan mengayomi masyarakat, waktu itu bisa dikatakan sudah tidak lagi ada mengingat keadaan bapakku waktu itu yang memang sudah tidak baik baik saja.
Tapi anehnya, disitu semua staf dan wakil kepala desa seolah olah juga tidak mau peduli dengan keadaan bapakku.
Semuanya nampak diam dengan tidak sekalipun berkunjung kerumahku.
Mengetahui hal itu, perlahan aku mulai mencurigai jika semua yang terjadi dengan bapakku ada hubunganya dengan semua sikap wargaku.
Bapak, sepertinya sengaja diganggu dengan cara halus agar bisa digeser posisi dan jabatannya.
Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu aku juga menjadi lebih sering melihat aktifitas pak Tarjo yang terlihat seperti mencari perhatian kepada masyarakat.
Pak Tarjo yang sebelumnya dikenal sebagai orang yang sombong dan pelit, waktu itu tiba tiba berubah menjadi baik.
Hingga akhirnya, setelah 3 bulan lamanya karena keadaan bapakku yang juga tidak kunjung membaik, masyarakatpun secara sepihak akhirnya mengganti posisi bapakku dengan dipilihnya pak Tarjo sebagai kepala desa yang baru.
Disitu, dalam sekejap akhirnya semua urusan desa serta jabatan yang sebelumnya adalah milik bapakku, waktu itu berpindah ke tangan pak Tarjo.
Tapi sayangnya, masalah desa yang sebelumnya sudah ada, dibawah kepemimpinan pak Tarjo, semuanya semakin hancur saja.
Keadaan desa waktu itu benar benar kacau dengan semakin mewabahnya penyakit aneh yang sama seperti sebelumnya, Waktu itu sudah bisa dikatakan telah Menyerang hampir semua warga.
Dan tidak hanya itu saja, angka kematian yang semakin meningkat ditambah tingkat pencurian yang semakin tidak terkendali, membuat keadaan desaku waktu itu bisa dikatakan sudah berada diujung tanduk dan tidak layak dihuni.
Waktu itu, sudah jarang sekali orang luar daerah yang datang untuk memutar roda perekonomian.
Para pedagang yang sebelumnya datang membawa sayuran dan bahan makanan, waktu itu juga perlahah sudah jarang sekali kutemukan.
Hingga akhirnya, para wargapun satu persatu mulai pergi meninggalkan desaku ini karena mereka menganggap, jika desaku adalah sebuah desa yang telah terkutuk.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya