Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Desa Putuk Wetan (Part 2)


JEJAKMISTERI - Bahkan, akupun juga masih ingat, malam itu aku masih sempat menoleh dan melihat kemana arah nenek tersebut pergi, karena aku masih sangat penasaran karena aku sama sekali tidak pernah melihat nenek tersebut sebelumnya dan besar kemungkinan nenek tersebut bukanlah warga desa ini.

Dan setelah nenek tersebut pergi meninggalkan rumah ini, tiba tiba bu Siti pingsan dengan sendirinya padahal tidak ada yang menyembuhkannya.

Bapakku, pak waringin dan beberapa orang yang ada dirumah bu Siti, waktu itu memang tidak ada satupun yang bisa mengobati orang yang kesurupan, namun nyatanya, Bu Siti malam itu tiba tiba pingsan dan sembuh dengan sendirinya.

Mengetahui hal itu, akhirnya semua orang yang ada dirumah itupun seketika lega dan membawa bu siti masuk kedalam kamarnya dan selanjutnya perlahan dibangunkan dari pingsannya.

Syukurnya, sekitar pukul 23.30 malam, akhirnya Bu Siti pun sadar dan berhasil ditenangkan.

Setelah bu Siti sadar dan keadaan sudah bisa dikatakan aman, akhirnya semua orang yang ada dirumah bu siti terlihat satu persatu mulai mengeluarkan meja, kursi dan sebagainya untuk mempersiapkan pemakaman jenasah Ajis yang rencananya akan dimakamkan keesokan harinya.

Dan karena badanku yang sudah sangat lelah, akhirnya akupun berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.

"Pak aku pulang dulu gak papa ya pak, rumah kita sepi gak ada yang nunggu lo, lagian badanku juga sudah capek semua" ucapku.

"Iyo wes, mulih o, bapak ndek kene sek yo, melek an, engkok lawang e ojo dikunci." (iya sudah, bapak disini dulu ya nduk, mau bantu orang orang,. Kamu pulang saja, nanti pintunya jangan dikunci) jawab bapakku.

Mendengar hal itu, akupun seketika berpamitan pergi sambil mencium tangan bapakku.

"Ya sudah assalamualaikum" ucapku.

"Eh, mbak Putri kuantar ya, jalannya gelap lo, ini sudah tengah malam, apa gak takut" teriak mas Doni yang saat itu juga kebetulan ada Di Rumah Bu Siti.

"Enggak usah mas, hehehe aku berani kok" jawabku sopan.

Dan setelah semuanya selesai, akupun malam itu pergi meninggalkan rumah bu Siti dan berjalan kaki kembali ke rumahku.

***

Di desaku ini, letak rumah warga memang saling berjauhan, jarak antar rumah memang selalu dipisahkan dengan kebun pribadi milik warga, mulai kebun kopi, kebun pisang hingga kebun kebun yang tidak terawat.

Hal itulah yang akhirnya membuat kondisi desaku bisa dikatakan sangat sepi jika sudah malam hari, dan tidak berhenti disitu saja, lampu penerangan yang memang masih jarang sekali ditambah dengan jalanan yang masih belum diaspal, sudah menandakan jika desaku ini benar benar berada di pelosok kota ini.

Dan singkat cerita, malam itupun aku pulang dari rumah bu siti dengan berjalan kaki.

Ketika masih ditengah tengah perjalanan pulang, malam itu kembali melihat adanya sosok nenek nenek pincang yang sebelumnya berada dirumah bu Siti tersebut.

Nenek nenek tersebut terlihat duduk didepan salah satu rumah warga yang kutau, rumah warga tersebut adalah rumah dari pak Ilham.

Mengetahui hal itu, akupun seketika mengira jika nenek nenek tersebut adalah keluarga pak Ilham.

"Oalah, nenek pincang itu keluarganya pak Ilham to" fikirku.

Karena jarak jalan desa dengan rumah pak Ilham yang tergolong dekat, malam itupun aku seketika menyapa nenek tersebut dengan senyuman karena akupun tau, sejak dari kejauhan tadi nenek tersebut memang terus saja memandangiku tidak berhenti.

"Nekkk" sapaku.

Namun anehnya, bukannya membalas senyumanku, nenek tersebut malah terlihat acuh dan berdiri kemudian masuk kedalam rumah pak Ilham.

"Buset, cuek banget tuh nenek nenek" ucapku.

Dan dengan tidak menghiraukan semua itu, akhirnya akupun terus melanjutkan langkahku menuju ke rumahku yang memang masih berjalan sekitar 200 meter jauhnya.

Tapi sayangnya, semuanya tidak berhenti disitu saja, belum lama aku melewati depan rumah pak Ilham, 

Malam itu aku kembali merasakan keanehan ditengah jalan.

Benar, malam itu aku tiba tiba mencium aroma kemenyan yang entah dari mana asalnya.

Aroma tersebut tercium kuat dengan diiringi hembusan angin yang waktu itu juga tiba tiba menerpa tubuhku dari belakang.

Merasakan hal itu, tentu saja akupun seketika berlari dengan melihat kearah jam tanganku yang ternyata, malam itu waktu sudah menunjukan pukul 00.15 dinihari.

"Waduh, Bau kemenyan.." ucapku kaget.

Dan akhirnya,  setelah beberapa saat kemudian, akupun sampai dirumahku dengan nafas yang ngos ngossan.

Sesampainya didepan rumah, bukannya tenang, malam itu aku malah melihat pemandangan yang sangat membingungkan.

Bagaimana tidak, 

Rumah yang sebelumnya kutinggalkan dalam keadaan lampu yang masih menyala, ketika aku kembali, semuanya malah terlihat sudah gelap gulita dengan keadaan pintu yang tiba tiba sudah terbuka.

"Loh, perasaan tadi semua lampu rumah sudah kunyalakan deh, ini kok jadi gelap gini sih, jangan jangan habis ada orang masuk" fikirku dengan seketika berjalan masuk kedalam rumahku dengan perasaan yang sudah sangat kebingungan.

Dan sesampainya aku didalam rumah, akupun seketika menyalakan semua lampu rumahku dengan memeriksa seluruh bagian rumah karena khawatir jika ada orang didalamnya.

Tapi untungnya, malam itu aku tidak melihat siapapun ada didalam rumahku, kondisi rumah tetap sepi seperti sebelumnya.

Mengetahui hal itu, akupun seketika tenang dan kembali menutup pintu rumahku dan selanjutnya akupun masuk kedalam kamar tidurku agar aku bisa segera beristirahat.

Dan hingga akhirnya, sekitar pukul 04.00 dini hari, aku yang sebelumnya tertidur lelap, pagi itu tiba tiba terbangun karena mendengar suara pintu rumahku seperti sedang dibuka oleh seseorang.

Suara tersebut terdengar jelas ditambah pintu dirumahku ini memang selalu mengeluarkan bunyi setiap digunakan sehari hari.

"Kreeeeeekkkkk" 

Mendengar hal itu, akupun seketika membuka mataku dan memanggil nama bapakku karena kufikir, malam itu bapakkulah yang masuk kedalam rumahku.

"Paaaaak...pakkkkkk" Teriakku.

Dan setelah beberapa kali aku memanggil nama bapakku, akhirnya akupun sedikit lega karena waktu itu aku mendengar suara bapakku menjawab panggilanku.

"Opo,, ndukk" jawab bapakku keras.

Karena kufikir bapakku sudah pulang, akupun seketika tenang dan kembali melanjutkan tidurku karena rasa ngantuk yang saat itu masih menyelimutiku.

Dan singkat cerita pagipun tiba.

Pagi itu, setelah aku bangun dari tidurku, tentu saja akupun seketika mempersiapkan sarapan untuk aku dan bapakku seperti biasanya. 

Dan tidak hanya itu, setelah masakanku telah matang, pagi itu aku juga langsung mandi karena waktu itu aku hendak melayat kerumah bu Siti.

Hingga akhirnya, tepat pukul 07.30, pagi, aku sudah selesai dengan semua aktifitasku dan bersiap untuk menuju rumah bu Siti.

Sebelum berangkat ke rumah Bu Siti, aku juga masih sempat mengetuk pintu kamar bapakku yang pagi itu masih dalam keadaan tertutup rapat.

"Pak,, aku berangkat dulu ya, sudah jam 7.30 lo,,, cepet bangun, sarapannya sudah siap dan jangan lupa mandi dulu sebelum berangkat ngelayat ya pak" teriakku.

"Iyo, nduk" jawabnya keras dari arah dalam kamarnya.

Dan karena kufikir pagi itu bapakku masih kelelahan karena semalam belum tidur, akhirnya akupun memutuskan untuk berangkat melayat terlebih dahulu mengingat waktu yang saat itu sudah semakin siang.

Sesampainya dirumah bu Siti, tentu saja waktu itu rumah bu siti sudah dipenuhi banyak orang yang ikut berbela sungkawa.

Dan tidak hanya itu, hampir semua warga yang ada didesaku, waktu itu terlihat hadir dikediaman bu Siti karena akupun tau, rasa toleransi yang ada didesaku ini memang benar benar masih sangatlah tinggi.

Disitulah, pagi itu aku kembali melihat pak Tarjo dan beberapa rekannya yang terlihat duduk disalah satu kursi yang ada di rumah bu Siti dengan terus menatapku dengan tatapan yang hingga kini masih tidak bisa kulupakan.

Tatapan dendam dan kekecewaan karena kalah dalam pemilihan, pagi itu benar benar nampak dari raut wajah pak Tarjo yang saat itu terus memandangiku.

Namun karena aku menganggap jika semuanya sudah berlalu, akhirnya akupun mencoba tidak peduli dengan tatapan pak Tarjo tersebut dan memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.

Dan anehnya, ditengah tengah aku masih berdiri ditengah tengah kerumunan orang, pagi itu tiba tiba aku mendengar suara teriakkan seseorang yang telah memanggil namaku.

"Put........" 

Mendengar hal itu, akupun seketika menoleh dan mencari dimana sumber suara tersebut yang ternyata, sumber suara tersebut adalah suara bapakku sendiri yang pagi itu terlihat berdiri tepat dipinggir rumah Bu Siti.

Mengetahui hal itu, akupun tentu saja bergegas berjalan mendekati bapakku yang pagi itu terlihat melambai lambaikan tangannya kearahku.

Dan sesampainya aku dihadapan bapakku, pagi itu tentu saja akupun seketika menegur bapakku karena beliau terlihat pucat seperti orang yang kurang istirahat.

"Bapak Tadi gak mandi ya,. Hadeehhh kusem banget tuh wajahnya,,, mana gak ganti baju lagi, hidih jorok, bau tau pak" ucapku kesal.

"Bapak gak kamu bawakan ganti baju nduk ?..." Ucap bapak pelan.

"Ya enggak lah pak, la ngapain, kan bapak bisa ganti baju sendiri to ?" Sahutku.

"Oalah put, kan seharusnya kalau kamu tau bapak gak pulang, seharusnya kesini tadi bawain baju ganti bapak. Lihat tuh, banyak orang disini, kan gak enak bapak gak ganti baju" ucap bapak.

"Hah, gak pulang ?.. terus yang tadi pagi pulang siapa ?.. ngarang, orang bapak tadi pagi pulang, terus tidur gak bangun bangun kok bilang gak pulang, aneh" imbuhku kesal.

"Bapak gak pulang put, kalau gak percaya, tanya tuh semua orang yang ada disini, bapak semalaman ditemani pak RW dan yang lainnya. Kami ngobrol terus sambil bantu memahat nisan buat si Ajis" terang bapak.

Mendengar hal itu, jantungku yang sebelumnya berdetak pelan, pagi itu seketika berdetak kencang dengan diringi tubuh yang juga ikut gemetaran tidak karuan.

Bagaimana tidak, 

Bapakku yang jelas jelas sebelumnya kudengar membuka pintu rumahku dan menjawab teriakanku, pagi itu dengan santainya berkata jika beliau tidak melakukan semua itu.

"Yasudahlah, mau gimana lagi pak, pakai baju itu aja, tuh jenazahnya sudah mau berangkat kayaknya" ucapku.

"Iya, bapak bantu bantu dulu ya" sahut bapakku sambil berjalan kembali kearah jenazah Ajis yang waktu itu sepertinya sudah siap untuk diberangkatkan.

Namun anehnya, setelah kepergian bapakku waktu itu, aku tiba tiba kembali dikejutkan dengan adanya sosok nenek nenek yang sebelumnya kulihat berada didalam rumah bu Siti.

Sosok nenek nenek tersebut, terlihat berada jauh dari kerumunan orang dan terlihat duduk sambil menatap kearah jenazah Ajis yang saat itu siap untuk diberangkatkan.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close