Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Desa Putuk Wetan (Part 7 END)


JEJAKMISTERI - "Lurah Mangun itu adalah buyut dari kakekmu. Jadi sebenarnya, bapakmu ini masih dalam garis keturunan lurah Mangun" sahut yai Bahri Lesu.

Mendengar hal itu akupun seketika terkejut bukan main dengan perasaan yang benar benar masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Yai Bahri katakan.

"Maaf yai, aku masih belum percaya jika bapakku ada hubungannya dengan cerita itu. Jika bapak tau bahwa bapak punya garis keturunan, bapak tidak mungkin berani mencalonkan diri sebagai pemimpin desa ini" terangku membela diri.

"Bapakmu maju sebagai pemimpin desa ini karena sudah tidak ada pilihan lain. Bapakmu tidak rela jika pimpinan desa ini jatuh ditangan pak Tarjo, oleh sebab itu bapakmu bersikukuh maju sebagai kepala desa dengan mencoba tidak mempercayai mitos yang ada. Namun sayangnya, semua cerita itu ternyata benar benar ada. Kini bapakmu telah menjadi korban dan sepertinya semuanya sudah sampai pada puncaknya. Sebenarnya dalam kasus ini, bisa dibilang kamu juga dalam bahaya, tapi karena kamu dilindungi oleh almarhum Ibumu, akhirnya kamu tetap baik baik saja." imbuh yai Bahri.

Mendengar hal itu, akupun seketika lemas dan tidak lagi menjawab ucapan yai bahri sedikitpun, karena dalam hatiku aku masih berusaha untuk terus tidak percaya meski pada kenyataanya, sepertinya semuanya memang benar adanya.

"Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang sangat berat bagimu. Kuatkanlah imanmu ya nak. Besuk pagi saya akan kesini lagi." terang yai Bahri sambil mulai berdiri dan pergi meninggalkanku yang saat itu masih duduk melamun seorang diri.

Dan singkat cerita, setelah kepergian yai Bahri, akupun kembali masuk kedalam kamar bapak dan menatap bapakku yang saat itu tertidur dengan terus memikirkan semua perkataan yai Bahri barusan.

***

Hingga akhirnya, malampun tiba.

Masih sangat jelas dikepalaku,
Malam itu, hawa dirumahku terasa lebih dingin dari sebelumnya.
Meski semua pintu dan jendela yang malam itu sudah kututup rapat, waktu itu suhu dirumahku benar benar tidak seperti biasanya.

Hingga akhirnya, karena aku sudah tidak kuat lagi menahan semuanya, akupun memutuskan untuk segera beristirahat dengan mengambil selimut besarku dan mulai beristirahat tepat dibawah ranjang tempat bapakku beristirahat malam itu.

Namun sayangnya, sekitar pukul 23.00 malam dan belum sampai aku tertidur pulas, malam itu aku dikejutkan dengan suara pintu yang tiba tiba terbuka dengan sendirinya dengan disertai suara benturan yang sangat keras terdengar.

"Braaaaaaaaak...."

Mendengar hal itu, akupun seketika menyalakan semua lampu dan berlari keluar dari kamar bapakku karena aku berfikir, jika malam itu ada seseorang yang datang.

Tapi anehnya, setelah aku sampai diruang tamu rumahku, perasaakupun semakin kebingungan karena didepan mataku, aku sama sekali tidak melihat adanya siapapun yang datang. 

Namun disitu, Pintu utama rumahku sudah dalam keadaan terbuka lebar dengan angin malam yang juga terlihat masuk dengan sangat kencang.

"Perasaan tadi pintu utama ini sudah kukunci rapat.." fikirku dalam hati dengan aku yang mulai mengunci pintunya kembali.

Dan tidak berhenti disitu saja, belum selesai aku menutup pintuku dengan rapat, pandanganku tiba tiba teralihkan dengan adanya bapakku yang terlihat berjalan pelan kearah dapur dengan langkah kaki yang terlihat sangat cepat.

Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut dan berjalan cepat menyusul langkah bapak sambil berteriak memanggil manggilnya.

"Loh pak, mau kemana" teriakku dengan langkahku yang juga kupercepat agar aku bisa segera menyusul bapakku yang malam itu berjalan kearah dapur rumahku.

Namun anehnya, sesampainya aku diarea dapur rumahku, waktu itu aku tidak melihat adanya siapapun selain hanya ada ruangan yang terlihat kosong melompong.

Mengetahui semua itu, akupun melanjutkan langkahku mencari dimana keberadaan bapakku dengan terus saja mulutku yang berteriak memanggil manggil nama bapakku.

"Pak...bapak..."

Dan puncaknya, belum berhasil aku menemukan bapakku diarea dapur, malam itu pandanganku teralihkan dengan adanya sosok nenek nenek yang sama dengan yang pernah kulihat sebelumnya. 

Sosok nenek nenek tersebut, terlihat berdiri disalah satu sudut ruangan rumahku dengan tangannya yang terlihat membawa wadah air yang berisikan potongan potongan bunga melati.

Dan tidak hanya itu, disudut lain, aku juga melihat adanya sosok perempuan yang tinggi badannya melebihi tinggi almari baju yang ada dirumahku. 

Asal kalian tau, tinggi almari dirumahku saat itu mencapai 2.5 meter. 

Bahkan, bukan cuma 2 sosok aneh, waktu itu  aku melihat ada banyak sekali sosok yang malam itu terlihat ada didalam dan disetiap sudut sudut rumahku.

Mulai sosok nenek nenek, beberapa sosok laki laki tidak berbusana, sosok perempuan besar hingga sosok kakek kakek berwajah rata, malam itu benar benar ada dan seolah olah semuanya sedang mendatangi rumahku.

Mengetahui hal itu, mataku terbelalak, tubuhku tiba tiba tidak bisa bergerak dengan mataku yang akhirnya kembali berkunang kunang dengan kepalaku yang waktu itu juga tiba tiba sakit tidak karuan.

Namun untungnya, malam itu aku masih sempat mendengar suara teriakan bapakku yang pada akhirnya, suara teriakan tersebut adalah suara teriakan bapakku yang kudengar untuk terakhir kalinya.

Dan puncaknya, 

Tepat sekitar pukul 00.00 malam hari, bapakku sepertinya menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya dengan diiringi aku yang waktu itu sudah tidak lagi bisa mengingat apa apa.

Yang jelas, sebelum aku pingsan waktu itu, aku masih sempat mendengar suara jeritan bapakku.

***

Keesokan harinya, ketika aku membuka mata, bapakku sudah dalam posisi disholati hanya oleh sekitar 3-4 orang saja.

Hal itu tentu saja bukanlah tanpa alasan, karena selain sudah tidak adanya penduduk, kematian bapakku waktu itu bisa dibilang cukup aneh yang akhirnya membuat para warga ketakutan.

Disitu, jangankan berteriak dan menangis, berbicara saja rasanya aku sudah tidak mampu karena aku yang masih tidak percaya dengan kepergian bapakku.

Hingga akhirnya, 
seiring berjalannnya waktu, 
Karena yai Bahri menganggap jika aku butuh perawatan lebih lanjut, akhirnya beliau membawaku kesalah satu rumah sakit yang ada dikota yang jauh dari desa tempat tinggalku agar keadaanku bisa lebih baik daripada sebelumnya.

Semua itu bisa dibilang cukup wajar, karena asal kalian tau, sejak kematian bapakku, hari hariku hanya kuhabiskan dengan berdiam diri didalam rumah.

Aku tidak makan, aku tidak mandi dan aku hanya diam melamun saja disepanjang hari.

Tubuhku kurus semakin habis, rambutku acak acakkan dan bahkan, jika ada orang lain yang sedang melihat bentuk tubuh dan wajahku waktu itu, maka sudah dipastikan mereka pasti akan ketakutan.

Dan puncaknya, setelah melakukan proses pengobatan yang cukup panjang, akupun waktu itu berhasil disembuhkan dan perlahan mulai bisa menerima kanyataan.

Kini, setelah semua cerita ini berakhir, aku memutuskan untuk hidup keluar jauh dari desa tersebut agar aku bisa melupakan semua kejadian yang pernah kurasakan.

Hal itu kulakukan karena aku tidak mau mengingat masa laluku didesa tersebut yang memang bisa dikatakan sudah cukup mengerikan.

Dan akhir cerita.

Aku tidak tau lagi bagaimana kondisi desa tersebut. Terakhir, aku mendengar kabar bahwa desa tersebut kini sudah tidak lagi ada mengingat bencana gunung meletus tahun itu, juga membuat pemerintah menutup akses kesana dan membuat desa tersebut akhirnya hanya tinggal sebuah cerita saja.

~SEKIAN~
close