Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TERSESAT DI ALAM GAIB GUNUNG GEDE


JEJAKMISTERI - Adam, 21 tahun, Demikian kebanyakan teman-teman memanggilnya, adalah salah seorang sahabat yang mungkin sulit untuk dilupakan. Betapa tidak, kecerdasan, kecepatan dalam memutuskan sesuatu, keberanian, serta kekonyolannya membuat ia banyak memiliki teman.

Walau baru tercatat sebaga mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu universitas yang ada di Jakarta, namun Adam telah memiliki banyak teman. Usai masa perkenalan kampus, Adam Iangsung memllih untuk bergabung dengan mahasiswa pecinta alam, suatu kegiatan yang memang digandrungi sejak ia duduk di bangku SMP sampai SMA.

Menginjak tahun kedua, Adam sudah dipercaya untuk membawa adik-adiknya yang baru untuk mengadakan Pendidikan dan Latihan SAR di Gunung Gede. Sebelum berangkat ketika sedang memberikan pembekalan kepada seluruh peserta dan panita, tanpa sebab yang jelas, hatinya mendadak pepat. Perasaan tak enak.

Langsung saja bergayut di relung hatinya. Perasaan tak menentu semakin menjadi-jadi ketika mobil yang mereka tumpangi, tanpa sebab mogok di jalan tol. Akibatnya, mereka terlambat, dan sampai Alun-alun Suryakencana yang digunakan sebagai home base sudah menjelang malam.

Apel malam dan pembagian tenda pun dilakukan. Setelah semuanya beres, Adam meminta semuanya untuk beristirahat di dalam tenda masing-masing. Kecuali, beberapa orang bertugas jaga secara bergiliran. Entah berapa lama Adam bergolek-golek dalam tenda, di sebelahnya,Dadan, Ari, Bowo dan Rio sudah terlempar kealam mimpinya masing-tnasing.

Dengan bersijingkat, Adam memutuskan untuk mencari udara segar di luar. Begitu kakinya melangkah, lamat-lamat, telinganya menangkap ada suara keramaian. Ya suara sinden yang mendayu-dayu, membuat Adam seolah terlempar ke suatu alam yang sama sekali belum pernah dirambahnya. Namun, hati yang sedang pepat, membuat Ia terus saja melangkah menuju ke pusat suara.

Kisah Misteri tersesat ke alam gaib kerajaan Pajajaran di Gunung Gede

Bersamaan dengan terdengar suara gong, mendadak, angin seolah tak lagi bertiup,binatang malam pun secara bersamaan menghentikan suaranya, suasana pun berubah menjadi sunyi, sepi, hening bahkan hampa... sehingga, suara helaan napas beratnya seolah guntur yang meledak di samping telinganya.

Namun, Adam terus saja melangkah menuruti kata hatinya. Entah berapa lama ia berjalan, yang diingat, tiba-tiba, tubuhnya terlempar dan melayang kemudian berhenti dengan sendirinya.

Ketika membuka mata, seluruh tubuhnya dirasakan sakit. Bahkan, Ia tak mampu lagi menggerakkan kaki, tangan atau sekadar menggelengkan kepalanya. Sakit yang menghujam ke seluruh tulang sungsumnya, membuat Adam hanya bisa pasrah. Ia tak pernah tahu, berapa lama dirinya tergolek di tempat itu. Yang pasti, harapannya untuk mendapatkan pertolongan Iangsung terpancar ketika melihat seorang lelaki tua mendekat sambil berkata dengan bahasa Sunda yang kental dan Iangsung mengangkat tubuhnya; “Ah .. kasihan sekali, kenapa tubuhnya bisa seperti ini”

Kesakitan yang teramat sangat, membuat Adam tak sadarkan diri. Ketika membuka mata, ia hanya melihat dan merasakan bahwa dirinya terbaring di salah satu kamar besar dengan segala perabotanyang terbuat dan kayu. Tak ada tilam sebagai alas tidur, kecuali tikar pandan, sementara, bantal terbuat dari batang kayu yang bagian tengahmya diberi ceruk --- belum lagi ia merasakan berbagai keanehan yang sekarang dialaminya, kembali terdengar suara halus; “Abah.. tamunya sudah bangun.”

Dan tak lama kemudian, masuk lelaki tua sambil membawa bumbung bambu. “Sekarang waktunya minum obat”, katanya sambil mengangkat tubuh Adam.

Bagai kerbau dicucuk hidung, Adam langsung membuka mulut dan menelan habis ramuan yang pahit, agak pedas namun terasa hangat menjalari tubuhnya. Ketika kesadaran mulai mengisi seluruh relung benaknya, Adam pun terkesiap.

“Di manakah aku sekarang?” Tanyanya kepada lelaki tua yang dengan penuh kasih sayang merawatnya.

"Nanti Aden bakal tahu sendiri," begitu jawab si lelaki tua yang ada di depannya itu.

“Maksud Kakek?” Desak Adam penasaran.

“lya... nanti Aden akan tahu, sekarang istirahat, dan besok bisa latihan berjalan,” ujar si lelaki tua itudengan wajah sumringah sambil menggerak-gerakkan sepasang kaki Adam.

Dan benar, esoknya, Adam mulal belajar berjalan. Dalam waktu singkat, karena semangat untuk sembuh terus menyala,Adam sudah bisa menguasai keseimbangan badannya dan bisa berjalan seperti sediakala. Dengan riang, ia berteriak-teriak hingga membuat seisi rumah; si kakek, nenek, dan dua cucunya yang masih kecil-kecil menghambur keluar dan turut gernbira melihat kemajuan Adam.

Tak berapa lama kemudian, muncul seorang lelaki tegap dengan mengenakan pakaian keprajuritan zaman dahulu lengkap dengan pedang panjang di pinggangnya. Sambil tersenyum, lelaki yang baru datang itu mengangsurkan tangannya sambil menyebutkan nama; “Kidang Pamungkas.”

“Adam,” sahutnya sambil terus memperhatikan lelaki yang ada di depannya dengan teliti.

Adam yang tengah kebingungan itu hanya bisa menarik napas dan menghembuskannya. Begitu yang dilakukannya berulang-ulang. “Jangan bingung dan heran, Andika adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang dipercaya untuk bisa masuk ke alam kami,” kata lelaki yang mengaku bernama Kidang Pamungkas itu.

“Maksudnya?” Potong Adam.

Kidang Pamungkas pun bercerita panjang lebar, bahwa mereka adalah manusia-manusia yang ngahyang (mokswa-red), dan sampai sekarang masih ada --- dan hidup sebagaimana makhluk ciptaan-Nya yang lain. Menurut Kidang Pamungkas, salah satu senopati di kerajaan gaib itu, istana mereka berdiri dengan megah di salah satu tempat di Gunung Gede.

Sebagai salah satu Senapati perang yang berkuasa di bagian tengah (lereng gunung-red), maka, Kidang Pamungkas segera diberitahu ketika ada warga yang menemukan tubuh Adam tergeletak di dekat batu besar tapal batas. Untuk itu, Kidang pamungkas langsung meminta warga untuk membantu mengangkat tubuh Adam, agan bisa mendapatkan pertolongan yang semestinya. Ia mengarahkan warga agar membawa Adam ke rumah Aki Badegol, tabib istana yang sudah termasyhur kesaktiannya.

Kidang Pamungkas mencoba menelisik, siapa sebenannya Adam dan kenapa ia berada di tempat itu. Dengan lugas, Adam pun menceritakan; Ia terlahir dari ayah yang berasal dan Palembang, sedang ibunya berasal dari Bogor. Menurut tutur keluarga ibunya, salah satu leluhurnya, yang bernama Aki Putih, adalah prajurit Pajajaran. OIeh sebab itu, sampai sekarang, makam buyutnya masih dijaga oleh sepasang harimau, yang konon, merupakan sahabat setia sang leluhur pada zamannya.

Cerita nyata mistis misteri kisah tersesat di alam gaib kerajaan gaib Pajajaran Gunung Gede

Mendengar paparan Adam, Kidang Pamungkas hanya tersenyum, kemudian berkata dan mengangsurkan sesuatu dari balik bajunya; “Kalau begitu Andika masih keluarga kami. Dan sebagai penanda, maka, terimalah ini dan rawatlah dengan sebaik baiknya.”

Adam pun menenima benda yang berbalut kain putih itu.

“Sekarang, kembalilah, lewati jalan yang itu dan jangan sekali-kali menoleh ke belakang. Andika sudah ditunggu keluarga, dan teman-teman,” ujar Kidang Pamungkas sambil menunjuk jalan yang harus dilalui olehnya.

Adam mengangguk, setelah menjabat erat tangan Kidang Pamungkas, Aki Badegol dan seluruh keluarga yang selama ini dengan tulus merawatnya, Ia pun melangkah. Entah berapa lama ia berjalan, sampai akhirnya, Ia bersandar di sebuah batu besar yang dibawahnya mengalir sungai kecil dengan airnya yang teramat jernih.

Angin yang bertiup, membuat Adam terpaksa memeluk lututnya erat-erat. Bersamaan dengan itu, terdengar suara yang amat dikenalnya; “Itu lihat, Adaaaaaaaam!”

Dengan malas, Adam pun menyahut, “Oiiiiiii

Dengan cepat, Dadan, Rio dan Bowo, langsung mendekati tubuh Adam yang kedinginan. Maklum, pakaiannya sudah tidak beraturan. Koyak di sana-sini serta penuh dengan darah dan lumpur yang sudah mengering. Dadan langsung membuka jaketnya dan menyerahkannya pada Adam. Sambil menangis, mereka pun saling berpelukan

“Akhirnya, lu balik juga,” desah Bowo.

Rio pun berceloteh, ternyata, Adam telah hilang selama sepuluh hari. Bahkan, seluruh keluarganya, termasuk himpunan pecinta alam, telah menggelar tahlil dan pengajian selama tujuh hari di rumahnya. Namun, instink Dadan. BOwo, Rio dan beberapa yang lain tak yakin jika Adam telah hilang apalagi tewas. ltulah sebabnya, kenapa mereka terus bertahan melakukan pencaian. Mereka sepakat, pencarian baru dihentikan setelah empat puluh hari.

Adam langsung meminjam telepon Rio untuk menghubungi ayah dan ibunya. Usai itu, dengan kekonyolannya, Ia pun berkata; “Sebenernya, waktu itu, gua dapet undangan dari sodara yang tinggal di sana.”

OIeh sebab itu, beberapa teman yang mengenal betapa Adam adalah sosok yang tak pernah susah, hanya mengeleng-gelengkan kepala saja dengan perasaan jengkel. Adam yang tahu akan hal itu, langsung menambahkan; “Buktinya, gua dikasih ini.”

Itulah kisah nyata cerita mistis terjebak di alam kerajaan gain Gunung Gede

Adam mempenlihatkan bungkusan kain putih lusuh yang dibawanya. Ketika dibuka, ternyata, sebilah mata kujang dengan rangka yang terbuat dari kayu kemuning berwama kuning gading. Akhirnya, semua hanya bisa mengangguk dan kagum serta tak habis pikir...

---===SEKIAN===---
close