MENAGIH SEBUAH JANJI
Akhir tahun 1998, Kalimantan Selatan.
Sebuah desa yang tenang. (Nama asli desa nya gak disebutin disini.)
Desa itu jauh dari pasar, kira-kira dulu itu kalau jalan kaki kepasar bisa sampai 1 setengah jam lamanya.
Ada sebuah keluarga kecil terdiri dari seorang Ayah, ibu dan 2 orang anak Laki laki mereka. Keluarga itu sangat bahagia dengan kehidupan mereka.
Sang Ayah sebut saja bernama Amat jaki dia bekerja sebagai penarik gulinding (gerobak). Yang setiap subuh hingga sore dia akan mengantarkan barang-barang jualan orang-orang di desa nya menuju pasar. Sementara dirumah, istrinya maurung ketupat (menganyam ketupat).
Dan dari penghasilan itulah mereka bertahan.
"Ma, tukar akan pang ulun baju. (ma, belikan saya baju dong.)" Rengek anak bungsunya, laki-laki berusia 4 tahunan.
"Kina unda tukar akan ae, asal nyawa jangan batagih wahinian. (nantiakan ibu belikan, asal kamu jangan memintanya sekarang." "Papaham nak ae, abah wan mama balum ada duit nya lagi damini. (kamu harus ngerti ya nak, ayah dan ibu sekarang belum ada uang." jawab ibunya sebut saja galuh siyar Setelah mendengar jawaban ibunya, anak kecil itu memasang wajah cemberut.
"Sini peluk mama (mama ya bukan mamah😄). Jangan cemberut begitu, kamu doakan saja semoga abah banyak rejeki biar bisa beli baju untuk kalian." kata galuh siyar seraya memeluk anaknya.
"Janji ya ma, nanti belikan aku baju." ucap anak bungsunya itu.
"Aku juga ma, aku mau kemartapura nanti ya ma. mau makan yang enak-enak diwarung acil isnah." ujar anak sulung nya yang berusia 7 tahunan itu.
Galuh siyar tersenyum mendengar keinginan anak-anaknya tersebut. Yang entah kapan Akan dapat terwujud.
"Assalamualaikum."ujar seseorang dari luar rumah.
"Abah.!"
"Waalaikumsalam." jawab galuh siyar.
"Abah beli sayur apa untuk makan.?" tanya anak sulungnya seraya menyongsong ayah mereka didepan pintu.
"Abah nukar kacang kucambah aja nah gasan makan kina "Abah cuma beli kecambah/toge, untuk makan nanti." jawab amat jaki seraya memberikan sepelastik kecil kecambah pada istrinya.
"Mm. sesekali beli kornet atau sarden bah." ujar sisulung.
"Abah cuma dapat 7 ribu, itupun untuk beli beras sagantang lalu beli gula dan kopi." ujar amat jaki sambil tersenyum
"Insyaallah nanti ya nak kita beli kornet atau sarden. Doakan saja ya." lanjut ibunya
----------
Setelah selesai makan, Amat juki mendekati istrinya yang sedang maurung ketupat.
"Jidi sudah pulang dari kalteng. Sekarang dia bisa membangun usaha sendiri untuk anak istrinya." kata Amat juki
"Lalu.?"
"Aku jadi ingin seperti itu ding. (ading/adek panggilan Ke istri di kalsel).
"Maksudmu kau ingin merantau.?" tanya istrinya
Amat jaki mengangguk.
Sesaat galuh siyar menatap suaminya.
"Bukannya aku tidak mengijinkan. Tapi kamu tau kan kalteng itu jauh, lagi pula kita tidak punya uang untuk ongkosmu kesana." Ucap galuh siyar "Kalau itu, aku sudah bicarakan sama jidi. Dan dia bersedia memberi pinjaman uang sebesar 200 ribu untuk ongkos ku kesana dan sebagian nya untuk kalian dirumah." ujar Amat jaki semangat
Galuh siyar menarik nafas panjang. Sejujurnya dia tidak pernah berlama-lama terpisah dengan suaminya "Bagaimana ding.?" Tanya amat jaki
"Kalau memang itu kemauan mu, aku sebagai istri cuma bisa mendoakan, semoga kau selamat sampai tujuan dan mendapatkan pekerjaan yang layak." Jawab galuh siyar tersenyum.
"Baiklah, besok akan ku bicarakan lagi dengan jidi." ucap amat jaki
--------
Singkat cerita setelah semua dibicarakan pada teman nya, si jidi.
Hari itu juga Amat jaki membawa uang hasil pinajaman nya ke pasar, membeli beras dan keperluan lainnya secukupnya. Dulu beras itu seliter harga nya 1500. Pokoknya serba murah lah dulu, apalagi di kalsel. Kecuali di kalteng barang-barang pada mahal (itupun bagi yang tinggal dipedalaman), klo yang tinggal di muara teweh ataupun purukcahu. Harga barang nya juga sudah termasuk murah, walaupun tidak semurah di banjarmasin.😅. Tidak lupa amat jaki juga membeli kornet dan sarden untuk anaknya. "Mereka pasti senang."batin amat jaki
Sore harinya dia pulang dan langsung di songsong oleh anak anaknya.
Kebahagiaan diwajah mereka membuat amat jaki terharu.
"Abah janji akan selalu membahagiakan kalian bertiga. Abah bekerja untuk kalian semua." kata amat jaki "Jadi, kau benar-benar akan berangkat.?" tanya galuh siyar sendu
Amat jidi tersenyum.
"Iya ding, aku akan berangkat ke kalteng, bekerja untuk kalian semua, aku pasti akan sering-sering memberi kabar dan mengirimkan uang untuk kalian." ujar Amat, jaki seraya memeluk istrinya "Kata orang-orang perempuan disana cantik-cantik, aku takut kau akan tergoda dengan salah satu perempuan disana." ucap Galuh siyar
"Secantik apapun perempuan diluar sana, tidak akan ada yang bisa menggantikan kamu dan anak-anak dihatiku. Kalian sudah menemaniku saat susah, masa saat. Aku sukses malah mencari perempuan yang lain. Kecuali kalau aku dipelet." ujar amat jaki seraya tersenyum, yang membuat istrinya merengut.
"Jangan bicara begitu, nanti kalau benar dipelet bagaimana.?" kata galuh siyar.
(Sedikit memberi gambaran tentang amat jaki dan galuh siyar Galuh siyar adalah gadis desa yang sangat cantik. Begitupun dengan Amat jaki, dia seorang pemuda yang tampan rupawan berkulit hitam manis. Dan saat mereka menikah menjadi pasangan yang sangat serasi, hingga mereka memiliki anak-anak yang juga tampan.)
"Yang penting niatku kesana adalah untuk bekerja, tidak untuk mencari perempuan lain. Sedikitpun tidak ada niat dihatiku ini ding." ucap amat jaki tersenyum
-----------
Keesokan harinya. Amat jaki sudah bersiap siap untuk berangkat bersama jidi, (jidi ini adalah mantan kekasih Dari galuh siyar dulu).
"Aku berangkat ya ding, doakan semoga ku bisa mengumpulkan uang yang banyak untuk kita." kata amat jaki lalu mencium kening istrinya, bergantian menciumi kedua anak-anaknya. "Hati hati dijalan." Ucap istrinya
Amat jaki tersenyum, lalu meneruskan langkah nya berjalan meninggalkan halaman rumahnya.
---------
Perjalanan dimulai... Amat jaki dan jidi berangkat ikut kapal sumber barito dari banjarmasin ke purukcahu.
"Jid, kau benarkan kalau sesampainya disana aku akan langsung mendapatkan pekerjaan.?" tanya Amat jaki
"Iya, kamu tenang saja." jawab jidi
--------
Setelah perjalanan panjang itu, mereka pun merapat di dermaga purukcahu. Setelah turun dari kapal, merekapun melanjutkan perjalan ke Marindu (tambang emas dekat purukcahu, selain masupa, karena masupa itu lebih jauh lagi dari marindu. Beda simpang jalan nya). Perjalanan ke marindu hampir sama dengan perjalanan ke masupa, akses jalan nya sama sama susah disana.
Mereka cuma jalan kaki, turun naik gunung menuju ke marindu.
Sekitar 4 jam berjalan kaki mereka pun sampai. (Kalau dari purukcahu ke masupa bisa berhari hari lamanya berjalan Kaki. Tapi karena marindu ini cukup dekat dengan purukcahu, makanya hanya beberapa jam saja perjalanan nya). Sesampai nya dimarindu, tepatnya disebuah rumah kayu besar Jidi langsung berbincang-bincang sebentar dengan seorang laki-laki bertubuh tinggi besar. Laki-laki itu melirik kearah amat jaki sesaat.
"Memangnya kamu siap masuk kedalam lubang yang dalamnya puluhan meter.?" tanya laki laki Itu.
"Apapun itu pekerjaan nya saya siap." Jawab amat jaki cepat.
"Baiklah. Kau diterima bergabung bersama kami. Selamat datang dan selamat bergabung." ujar laki-laki bertubuh tinggi besar itu seraya tersenyum dan memperkenalkan namanya sebagi Iyus. "Kalian boleh istirahat dulu, besok baru masuk bekerja." Lanjut iyus.
"Terima kasih banyak."ucap amat jaki senang.
--------------
Hari hari berlalu berganti minggu dan bulan.
Amat jaki sudah bisa mengirimkan uang dalam jumlah yang lumayan pada anak dan istrinya. Kehidupan keluarga nya dikampung pun berangsur membaik, namun amat jaki tak juga kepikiran untuk pulang karena terlalu asyik bekerja.
Hingga sampai suatu hari. Saat amat jaki diundang kesebuah acara selamatan salah satu warga disitu, dia bertemu dengan seorang perempuan Wajahnya cantik namun sendu. Seperti ada beban pikiran yang sangat berat.
Perempuan itu berusia sekitar 23 tahunan, lebih muda beberapa tahun dari istrinya. Namun setelah pertemuan diacara selamatan itu, perempuan tersebut malah jadi sering kerumah tempat amat jaki dan teman-teman nya tinggal (rumah paamasan).
"Jaki, sebaiknya kau jangan terlalu menghiraukan perempuan itu. Kulihat dia memiliki perasaan yang lain terhadapmu dan kalau bisa makanan dan minuman pemberian nya jangan kau makan." bisik jidi mengingatkan
"Kau ini bisa saja jid. Tenang saja, aku tidak kan meladeni perempuan-perempuan lain, cukup istri dan anakku saja yang ada disini." ujar amat jaki seraya menepuk dadanya . "Ya, aku tau. Tapi kau juga harus berhati-hati karena biasanya mereka yang merasa terabaikan malah akan menyerangmu jalan halus. dukun." bisik jidi seraya berjalan keluar
Diluar rumah sudah ada Perempuan itu duduk menunggu amat jaki sambil membawa Bungkusan nasi.
"Jaki, aku membawakan nasi kuning, masak habang haruan/ikan gabus, untuk kalian." ucap perempuan itu.
(sebut namanya jaki saja ya.)
Jaki melirik kearah jidi.
"Sini, biar aku yang makan duluan." ujar jidi seraya mengambil bungkusan itu.
"Ee. Itu, yang ini punya jaki, jid. jangan dimakan, ini spesial untuk jaki." ujar perempuan itu seraya merebut bungkusan nasi ditangan jidi, lalu memberikan nya pada jaki. Jidi melirik jaki sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku makannya nanti saja ra. Sudah telat ini." ujar jaki Seraya berjalan meninggalkan tiara.
"Apa kubilang ki. Pasti itu nasi ada apa-apanya." Ujar jidi seraya mengambil nasi bungkus pemberian tiara dari tangan jaki, lalu membuangnya kepinggir jalan. "Jangan berpikir begitu jid, belum tentukan dia itu naksir sama aku. Lagi pula ku sudah punya anak dan istri." Ujar Jaki
"Ingat ya ki, galuh siyar mantan kekasihku dulu. Aku rela membiarkan kau menikahinya karena aku ingin dia bahagia hidup bersamamu. Aku tidak rela jika Suatu saat nanti kau malah berpacaran dengan wanita lain.!" ujar jidi menatap tajam kepada jaki.
"Pikirkan sendiri jid.! Kalau aku memang ingin berpacaran dengan wanita lain pasti itu sudah kulakukan dari dulu.! Tapi aku tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu.!" Jawab jaki "Kalau kau memang masih ada perasaan ada istriku, katakansaja.!" Lanjut jaki dengan nada marah.
Bamun jidi memilih diam saja ketimbang menjawab omongan jaki.
Dan sejak hari itu hubungan antara jaki dan jidi menjadi tidak seakrab dulu lagi.
Bahkan jidi sampai beralih tempat kerja agar tidak bertemu jaki lagi.
Malam itu jaki duduk seorang diri di serambi rumah.
"Selamat malam." ucap seseorang dengan suara yang lembut.
"Malam." jawab jaki tanpa menoleh
"Kau sedang apa disini sendirian.? Kau bertengkar dengan jidi ya.?" tanya perempuan itu seraya duduk didekat jaki.
"Kurasa bukan urusan mu ra." Jawab jaki
"Mm. Aku kesini bawa makanan untukmu. Pasti kau belum makan kan.?" kata tiara seraya memberikan rantang nya pada jaki. "Taruh saja disitu." ujar jaki masih tidak menoleh kearah perempuan itu.
"Apa benar kau itu sudah punya istri.?" Tanya tiara
"Ya, bahkan aku sudah punya 2 anak." jawab jaki tersenyum sambil membayangkan wajah kedua anaknya.
"Pasti istrimu sangat bahagia memiliki lelaki Sepertimu jadi suaminya." ucap tiara sambil tersenyum
Jaki tersenyum seraya menoleh kearah perempuan itu. Ada yang berbeda dari tiara, membuat jaki hampir tidak bisa menahan dirinya.
"Astagfirullah hal adzim." batin jaki lalu mengalihkan pandangannya.
"Ada apa ki.?" tanya tiara "Tidak ada apa-apa, hari sudah larut malam, sebaiknya kau pulang." ujar jaki lalu bergegas masuk kedalam rumah, bermaksud mengganti wadah makanan yang diberikan perempuan itu.
"Ini rantangnya. Makasih ya."ucap jaki
"Apa kau tega melihat aku pulang sendirian dijalanan sepi ini.?" tanya Tiara.
Jadi jaki pun terpaksa mau tidak mau harus mengantar pulang perempuan itu.
"Dulu aku pernah bermimpi mempunyai seorang suami yang baik seperti kamu ki. Hingga pada saat aku berpacaran dulu, aku rela memberikan semuanya pada laki-laki itu, berharap dengan pengorbananku itu Dia bisa mencintaiku dengan setulusnya. Tapi ternyata tidak begitu kenyataan nya." ucap perempuan itu, menangis. "Bangsat kau jaki.!!!" teriak seseorang dari arah belakang mereka. Setelah jaki dan tiara melihat kebelakang, ternyata itu adalah jidi.
"Ada apa jid.?!" tanya jaki
"Ada apa, ada apa.!
Apa kau tidak sadar dengan kelakuan mu itu heh.!?" bentak jidi berjalan mendekati jaki
"Memangnya aku kenapa.?" tanya jaki masih tidak mengerti.
"Menyesal ku mengajakmu kemari.!
Ku kira ku bisa menjaga perasaan istrimu yang jauh itu, tapi ternyata tidak. Kau malah bersenang-senang dengan perempuan Lahung ini.!!" bentak jidi (Lahung-pelacur, bahasa kasar)
"Aku mengantar tiara pulang jid, tidak terjadi apa-apa diantara kami.!" ujar jaki berusaha menjelaskan.
Namun jidi tak menghiraukan penjelasan jaki, dia malah langsung menghajar jaki.
Jaki yang merasa tidak bersalah itupun tak mau diam saja saat dipukul oleh jidi. Terjadilah perkelahian hebat antara jaki dan jidi. Sampai akhirnya datang banyak warga yang melerai perkelahian keduanya.
"Ingat jaki,!
Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti galuh siyar.!!" Teriak jidi yang sudah dipegangi oleh beberapa orang. Begitu juga dengan jaki Dia juga dipegangi beberapa orang warga.
"Kau salah paham jidi.!" ujar jaki
"Sudah.sudah.!" ujar iyus melerai mereka.
Pikiran jaki berkecamuk, takut jika kesalah pahaman itu sampai ketelinga istrinya jika jidi pulang kekampung nantinya.
"Untuk sementara biar jaki kurawat dirumahku saja. Lagi pula dirumah juga ada orang tuaku." ujar tiara
"Biarlah jaki pulang kerumah, nanti terjadi salah paham lagi.!" ujar iyus
"Biar dirumahku saja.!" kata tiara sambil menatap tajam kearah iyus.
"Silahkan." jawab iyus lalu berjalan pergi. Aneh nya saat dipegang oleh tiara, jaki jadi menurut saja dibawa oleh perempuan itu kerumahnya.
"Aneh ya teman mu si jidi itu. Bisa sebegitu marahnya melihat kau bersamaku." celoteh tiara saat sudah sampai dirumahnya
"Mungkin dia itu ada main sama istrimu ki." lanjut tiara sambil membersihkan darah yang keluar dari pelipis mata jaki.
"Jidi itu mantan pacar istriku." gumam jaki pelan
----------------
Singkat cerita setelah malam perkelahian jidi dan jaki itu, persahabatan keduanya sudah hancur.
Sementara hubungan antara jaki dan tiara terlihat semakin dekat.
"Ingat jaki, perempuan yang kau sakiti itu adalah wanita pujaan ku. Aku melepaskan dia menjadi istrimu untuk kebahagiaan nya. Bukan untuk melihatnya diduakan begini.!" Ujar jidi saat bertemu dengan jaki
"Itu rumah tanggaku.! Kau sebaiknya tidak usah ikut mencampuri urusanku !" Bentak jaki yang sudah sangat jauh berbeda dari jaki yang dulu itu. Jidi berusaha menahan kemarahannya menghadapi jaki.
------
Sementara didesa tempat istri jaki tinggal. Kedua anaknya jatuh sakit karena Rindu sang ayah.
Dan saat mendengar kabar bahwa jidi sudah pulang, galuh siyar bergegas mendatangi jidi dirumahnya, menanyakan suaminya yang tidak kunjung pulang itu.
"Jid, kenapa suamiku tidak ikut pulang bersamamu.?" tanya galuh siyar.
Jidi berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan galuh siyar.
"Suamimu begitu rajin bekerja, katanya dia tidak pulang dulu karena lagi banyak pekerjaan. Sabar saja ya." jawab jidi
Akhirnya.
"Syukurlah kalau begitu, soalnya akhir-akhir ini perasaan ku tidak enak, dan sering mimpi kehilangan benda-benda milikku." Ucap galuh siyar sambil tersenyum.
"Itu cuma mimpi saja, mungkin karena kamu terlalu khawatir pada jaki." kata jidi tak mampu menatap galuh siyar. Jidi tau, kebohongan nya suatu saat nanti pasti akan terbongkar, namun untuk saat ini biarlah dulu, batin nya.
Sejujurnya dia sendiripun tak tega untuk membohongi perempuan itu, karena perasaan cinta yang sangat besar pada galuh siyar. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus melakukan nya karena tidak ingin perempuan yang sangat dia kasihi itu bersedih, selain itu jidi sudah memikirkan cara untuk menyadarkan dan mengembalikan jaki kepada anak istrinya lagi.
------
"Ka, bujurkah si jaki ngitu kada bulik gara-gara banyak gawian.? (ka Memangnya benar ya si jaki gak pulang karena banyak pekerjaan nya.?" tanya istri jidi
Jidi menghela nafas panjang, dia tau kalau istrinya itu sangat 'Lantih' (sejenis suka gosip). Jadi dia lebih memilih membohongi istrinya tentang masalah jaki.
"Ya, memang nya kenapa.?" Tanya jidi
"Aku curiga kalau jaki itu bagandak (selingkuh), soalnya tidak mungkin saja ada orang yang tahan sekian lama tidak pulang." ujar istri jidi
"Ah, sudahlah. Itu bukan urusanmu. Tidak baik mencurigai orang seperti itu.!" kata jidi seraya membalikkan badan membelakangi istrinya.
Keesokan harinya saat jidi turun kesungai dia mendengar istrinya sedang bergosip dengan ibu-ibu yang lain nya tentang jaki.
Braaaakk..
Jidi membanting baskom wadah istrinya mencuci pakaian.
"Aku tidak suka kau menyebar isu yang tidak benar terhadap keluarga jaki.!" bentak jidi
"Tapi yang aku katakan itu benar kan.?!" jawab istrinya tak mau kalah
"Benar apanya.??!
Tadi malam aku tidak mengatakan apapun tentang jaki di panggawian (ditempat kerja). Itu semua bisa-bisanya kau saja menuduh si jaki berselingkuh disana.!
Kalau sampai galuh siyar mendengar isu-isu seperti ini, apa kau tidak dapat membayangkan betapa sedih nya dia.?! Andai aku yang berselingkuh apa yang kau Rasakan.??!" bentak jidi lagi
Istri jidi membuang semua baskom berisi cucian nya ke sungai, jidi semakin geram melihat pakaian nya dibuang kesungai oleh istrinya.
"Atur ja situ.! (terserah kau saja.!)" ujar Jidi seraya mengambil gayung lalu mandi.
Setelah selesai mandi dan pulang kerumahnya jidi berpakaian lalu langsung pergi kerumah galuh siyar.
"Assalamualaikum." ucap jidi saat sampai didepan rumah galuh siyar.
"Waalaikumsalam."jawab Galuh siyar seraya membuka pintu.
"Ada apa jid.?" tanya perempuan itu
"Mm. ini aku, aku mau menyampaikan kiriman dari jaki untukmu." ujar jidi seraya memberikan lembaran uang pada galuh siyar.
"Terima kasih ya."ucap galuh siyar senang menerima uang itu.
"Oh jadi kau kesini.?!! Ingin bermesraan dengan si galuh.?! Menggantikan suaminya yang berselingkuh di sana.?!!" bentak istri jidi yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang. Kemungkinan setelah pertengkaran di jamban tadi istrinya mengikuti keman jidi pergi. Jidi sudah mengangkat tangannya hendak memukul mulut istrinya itu, namun niatnya dia urungkan.
"Apa tidak ada capek-capeknya kau ini menyebarkan fitnah seperti itu.?!" bentak jidi
"Kembalikan uang suamiku.! Aku yakin itu bukan uang suamimu.!!" ujar Istri jidi kasar pada galuh siyar "Aku talak kamu. Aku talak.!!!!" ujar jidi dengan marah
Sontak istri jidi sangat kaget mendengar perkataan suaminya. Dia berlari pulang meninggalkan tempat itu.
"Maafkan istriku ya." ucap jidi melunak
"Apa benar yang dia katakan jid.? Apa benar suamiku berpacaran.?" tanya galuh Siyar menangis.
"Tidak, itu semua tidak benar. Kau tau kan mulut istriku itu seperti apa." jawab jidi "Maaf ya, maafkan istriku. Mungkin istriku marah karena tadi kumarahi didepan teman-temannya." kata jidi
"Ambil saja uangnya jid." ujar galuh siyar lalu masuk kedalam.
Jidi menarik nafas panjang menyesalkan yang telah terjadi.
------
Beberapa hari setelah kejadian itu Jidi sudah pisah rumah dengan istrinya karena merasa sudah tidak tahan dengan kelakuan istrinya yang kerap mempermalukannya.
Hari itu dari kejauhan terlihat seseorang berjalan mendekati kerumah galuh siyar.
"Itu abah ma. Abah pulang.!" Teriak anak anak galuh
Galuh siyar yang sedang menjemur baju itu langsung melihat kearah yang ditunjuk anaknya. Memang benar itu suaminya sudah pulang. Raut kebahagiaan tergambar diwajah ketiganya.
"Alhamdulilah kau sudah pulang." ucap galuh siyar saat suaminya sudah dekat.
"Aku kemari ingin menyerahkan kamu kepada orang tuamu." Jawab jaki dingin.
"Maksudmu apa.?" Tanya galuh siyar seketika bingung.
"Aku ingin menceraikanmu, dan membawa serta anak anakku pergi dari sini.!" ujar jaki dingin
Galuh siyar sangat terpukul mendengar suaminya yang Hendak menceraikan dan mengambil anak-anak darinya itu.
"Apa kau serius dengan ucapanmu itu.?" isak galuh siyar
"Ya."
"Ayo nak kita pergi ke rumah kita yang baru." ujar jaki seraya menarik tangan anak-anaknya.
Saat itu terjadilah tarik tarikan antara jaki dan galuh siyar yang memperebutkan anak-anaknya.
Salah seorang warga yang melihat itu langsung berlari kearah rumah jidi. Memberitahukan tentang pertengkaran yang terjadi antara jaki dan galuh. Jidi yang mendengar hal itu langsung berlari menuju rumah galuh siyar.
Sesampainya disana jidi di kagetkan dengan jaki yang menampar wajah istrinya hingga berdarah-darah.
"Bangsaaatt kau jaki.!!"teriak jidi yang langsung Menyerang si jaki.
"Toloooong..!" Teriak galuh siyar berulang kali.
Beberapa saat kemudian datanglah para warga memisahkan perkelahian itu.
"Apa tidak cukup puas kau menyakiti hati istrimu hingga kau tega menyakiti fisiknya juga.!!!
Kalau kau memang lelaki. Hadapi aku jaki.!" ujar jidi
"Apa kau disuruh lahung bangsat itu untuk menyakiti fisik istrimu sekarang hah.?!!" lanjut jidi tanpa sadar
Jaki yang memang tidak terlalu pandai dalam ilmu bela diri itu babak belur karena dihajar oleh jidi.
"Tiara tidak pernah menyuruhku menghajar perempuan ini. Aku sendiri yang ingin menghajarnya karena dia tidak mau menyerahkan anak-anakku.!" Jawab jaki seraya memegangi perut nya. Jidi semakin marah mendengar jawaban jaki. Jidi meronta berusaha melepaskan pegangan dari para warga. "Bicarakan secara baik-baik, tidak usah berkelahi lagi.!" ujar pak Rt.
"Dia ini setan pak, saya sudah merelakan galuh siyar menikah dengannya tapi dia malah menyakiti galuh.!" ujar jidi
"Oh, jadi permasalahan ini karena masalah cemburu.?" tanya pak Rt yang memang tidak tau masalah mereka.
-----
Malam itu mereka dikumpulkan dirumah pak Rt, mulai dari pihak orang tua jaki sampai keluarga galuh siyar. Juga tidak ketinggalan jidi.
"Saya ingin menceraikan galuh siyar. Talak tiga." ujar jaki
"Apa kau sudah pikirkan itu matang-matang ki.?" tanya Ayahnya "Iya, pikirkan dulu ucapanmu itu. Memangnya selama ini galuh ada salah apa padamu.?" sahut Yang lain nya. Di pertanyaan itu Jaki diam sesaat.
"Karena dia, aku selalu disalahkan oleh jidi, bahkan disana aku dipukuli oleh jidi. Aku tau mereka itu pasti masih memiliki hubungan.!" Jawab jaki akhirnya
Jidi mengerutkan keningnya mendengar jawaban yang dibuat-buat oleh jaki. "Badusta banar nyawa nginih, kada unda manuduh nyawa tanpa bukti bungul ae.! (kau berbohong. Aku tidak pernah menuduhmu tanpa bukti, dasar bodoh.!)" bentak jidi Jaki tidak menghiraukan bentakan jidi, dia malah tetap bersikeras untuk menceraikan istrinya.
"Aku terima apapun keputusanmu itu. Tapi anak-anak tetap denganku.!" ujargaluh siyar.
"Tidak bisa, anakku harus ikut aku.!" Bentak jaki.
"Cukuuupp.!! Begini saja, biar adil anak sulung Kalian ikut jaki, dan yang bungsu ikut galuh. Bagaimana.?" Usul pak Rt.
Kedua pihak keluarga saling berdebat dengan usul itu, namun hanya itulah pilihan yang ada, jadi merekapun akhirnya menyetujui. Jadi resmi lah jaki dan galuh bercerai.
Anak sulung nya langsung dibawa Jaki kerumah orang tuanya, dan keesokan harinya anak itu dibawa oleh jaki ke kalteng.
-----------
Sore itu jidi turun ke sungai untuk mandi dan tanpa sengaja bertemu dengan galuh siyar.
"Yang sabar ya Luh, aku yakin allah sudah merencanakan yang terbaik untukmu." kata jidi Wanita itu tersenyum.
Sudah hampir sebulan dia tidak bertemu dengan anak sulungnya.
"Luh, besok aku akan ke kalteng. Mengambil barang-barangku yang masih tertinggal disana. Apa kau ingin mengirimkan sesuatu untuk anakmu.?" tanya jidi
"Ya,aku mau.aku ingin mengirimkan sesuatu untuknya, malam ini akan ku antar kerumahmu." jawab galuh semangat Jidi tersenyum, lalu bergegas mandi.
"Anakmu mana.?" tanya jidi baru sadar kalau anak galuh tidak ada disitu.
"Dia bersama neneknya dirumah. Bagaimana dengan istrimu jid, ku dengar dia hamil kan.? Selamat ya jid, sebentar lagi kau akan jadi ayah." ujar Galuh siyar sambil tersenyum "Tidak benar itu luh, kami sudah pisah rumah, lagi pula dia punya penyakit singgugut (penyakit yang menghalangi kehamilan)." jawab jidi Galuh siyar terdiam, tidak menyangka istri jidi yang terkenal Lamis/lantih (suka gosip) ternyata punya penyakit seperti itu.
"Aku turut prihatin." ucap galuh
Jidi tersenyum.
"Kita berada dipernikahan yang tidak membahagiakan luh, seharusnya dulu aku menikah denganmu." kata jidi sebelum menaiki tangga keatas.
--------
Setelah selesai makan galuh siyar dan anaknya berjalan kerumah jidi. Disana mereka sudah ditunggu jidi didepan rumah.
"Hanyar wahini bailang paman, sini bagendong nak.(baru sekarang bisa kerumah paman. Sini gendong dulu nak.)" kata jidi langsung menggendong anak itu.
Sementara galuh siyar duduk didekat pintu. Melihat jidi dan anaknya bermain dengan akrab dan bahagia.
Sudah lama galuh tidak mendengar tawa anaknya.
Namun tiba tiba.
Braaakkk. suara pintu didobrak. Beberapa warga dan tentunya keluarga mantan istri jidi yang mengadukan semuanya pada orang kampung.
"Hon bujur kalu, buhannya ni bajinah wan sudah marusak kampung kita.! (tuh benerkan, mereka ini berzinah dan sudah merusak kampung kita.!)" ujar Kakak tertua mantan istri jidi yang mendengar tuduhan itu langsung menurunkan anak galuh ke lantai.
"Mata nyawa tu picak kah.?! Kada malihatkah buhan nyawa bahwa unda wan si galuh duduk bajauhan.?!! pina bungul lalu sambarangan tuduh.! (matamu buta ya.?! Gak liat aku dan galuh duduk nya berjauhan.?! Dasar bodoh, sembarangan menuduh.!!" bentak jidi "Walaupun kalian tidak sedang macam-macam tapi kan tidak enak juga kalau kalian didalam rumah begini, malam-malam pula." ujar salah satu warga.
Jidi menghela nafas panjang.
"Tapi sungguh pak, kami berdua tidak berbuat macam-macam." Ujar jidi
"Supaya tidak menimbulkan fitnah lagi, kalian akan Dibawa kerumah Rt malam ini juga." Ujar salah seorang warga lainnya.
Malam itu juga tersebarlah berita bahwa galuh siyar dan jidi ditumbur akan urang (di grebek mungkin klo bahasa indonesia nya).
"Kalian harus dinikahkan jid. Lagi pula kan kau ini duda, galuh juga Sudah janda. Jadi tidak perlu persiapan lagi, malam ini juga kalian harus dinikahkan kepengulu." ujar pak Rt
Jidi menghela nafas seraya menyapu wajahnya dengan tangan.
Dia melirik kepada galuh siyar, wanita itu tertunduk tidak berani menatap warga.
"Saya akan menikahi galuh.!" Ujar jidi.
"Walaupun kami tidak pernah melakukan perbuatan apapun." lanjut jidi Singkat ceritanya, setelah berkumpul semua keluarga, akhirnya jidi dan galuh dinikahkan malam itu juga. Dengan menu wadai gabin untuk selamatan.
Sekitar jam 12 tengah malam pernikahan sederhana itu sudah selesai.
"Maafkan aku ya luh, gara-gara aku kau dipaksa menikah denganku." ucap jidi
"Tidak apa-apa, mungkin ini sebagian dari rencana allah jid.." jawab galuh siyar.
----------
Keesokan harinya Jidi pun berangkat, memulai perjalanan panjangnya menuju kalteng.
"Hati-hati ya jid. Tolong katakan pada jaki, jangan sampai memukuli anakku." pesan galuh siyar
Jidi tersenyum dan mengangguk. Disingkat aja ya. Jadi setelah beberapa hari perjalanan dari kalsel ke tempat kerjanya yang berada di kalteng, sampailah jidi di marindu.
Jidi langsung menemui iyus, temannya.
"Untunglah kau datang jid. Kasian sekali nasib anak yang dibawa jaki itu, benar-benar di peralat oleh Jaki dan tiara. Tubuhnya kurus dan sering dipukuli." ujar iyus saat bertemu jidi
"Lalu kenapa kau tidak menolongnya yus.?!" tanya jidi geram
"Kau tau tiara kan, tidak mungkin aku melawan nya." ujar iyus
Jidi mengepalkan tangannya mendengar alasan teman nya itu. Jidi segera berlari kearah rumah tiara dan jaki diantar oleh iyus dan beberapa orang temannya yang lain.
Dihalaman rumah itu terlihat anak sulung jaki sedang mengangkut air dari sungai kerumahnya. Ember yang besar tidak sesuai dengan tubuhnya yang kurus. "Anuu." panggil jidi pada anak itu.
Anak itu menoleh kearah jidi yang memanggilnya.
"Paman jidi.! panggil anak itu seraya berlari menghampiri jidi.
"Astagfirullah hal adzim." ucap jidi saat melihat tubuh anak itu.
"kita akan pulang ya nak." kata jidi menitikkan air matanya. Anak itu mengangguk pelan, tubuhnya yang kurus tanpa menggunakan baju terlihat sangat mengiris hati jidi.
"Bawa pulang kerumahmu dulu yus." suruh jidi
Iyus mengangguk, lalu kemudian menggendong anak itu meninggalkan halaman rumah tersebut. Sementara itu, jidi mengetuk pintu rumah jaki dan tiara.
"Buka pintunya.!!!" teriak jidi
"Perempuan itu ada didalam jid." ujar salah satu teman jidi yang mengintip kesela-sela papan dinding rumah tersebut. Mendengar kata temannya itu jidi langsung mendobrak pintu rumah.
Namun tidak mereka duga saat pintu itu terbuka tiba tiba tiara menyiramkan cairan ke arah jidi. Untung jidi sempat mengelak. Dan cairan itu cuma sedikit mengenai kulitnya.
Rasanya sangat perih. "Cuka getah.!" gumam jidi saat melihat cairan itu.
Plaaaakk.. Tanpa sadar jidi menampar perempuan itu.
"Sebenarnya aku pantang memukul perempuan.! Tapi kali ini aku harus memukulmu.!" ujar jidi
"Sudah jid.! Jangan dipukuli lagi. Perkosa saja rame-rame.!" ujar salah seorang teman Jidi yang terkenal memiliki banyak pacar itu, sambil tertawa.
"Jid, cepat keluar.! Itu si jaki pulang.!" ujar teman nya yang lain.
"Iya jid, dia bawa senjata tajam.!" sahut yang lain nya.
"Ingat ya tiara.! Kau bukan hanya berurusan denganku tapi juga akan berurusan dengan jaki jika dia sudah sadar dari pirundukmu itu.!" bentak jidi. Jidi berjalan keluar rumah meninggalkan tiara yang lemas karena habis dipukuli oleh jidi.
Jidi menghadang jaki yang membawa parang itu.
"Apa yang kau lakukan disini.?!" tanya jaki
"Aku hanya ingin membuat kau sadar ki." jawab jidi
Jaki tersenyum sinis seraya mengeluarkan Parang dari sarungnya.
Mereka berhadapan.
"Kita selesaikan semuanya.! Siapa yang bertahan hidup berarti dia pemenangnya.!" ujar jaki sebelum menyerang jidi Serangan demi serangan dari jaki berhasil di hindari oleh jidi.
Braaakk..
Jaki berhasil dilumpuhkan oleh jidi.
"Pegangi tangan dan kakinya.!" Perintah jidi pada teman teman nya.
Segera setelah mendengar perintah dari jidi mereka beramai-ramai memegangi jaki. Setelah itu jidi mengambil sebotol air dari dalam tasnya.
Jidi membuka tutup botol itu lalu membuka paksa mulut jaki. Dengan keadaan kaki tangan di pegangi dengan kuat oleh para penambang emas yang kuat-kuat, jaki akhirnya berhasil dipaksa meminum air itu. Sesaat setelah meminum air itu jaki muntah. Muntahannya berbau sangat busuk.
"Lepaskan pegangannya." ujar jidi
"Jaki, kau ingat siapa aku.?"btanya jidi pelan
Jaki yang seperti habis di hipnotis itu mengangguk.
"Ya, apa yang terjadi padaku jid.?" tanya jaki seraya berusaha bangun.
Jidi menceritakan semuanya. "Apa.? Aku melakukan itu pada anak dan istriku.?" Tanya jaki menangis.
"Kau juga sudah mentalak 3 istrimu ki dan memperbudak anakmu.sekarang anak sulung mu bersama iyus dirumah." ujar jidi
"Siapa yang membuat aku jadi begini jid.?!" tanya jaki
"Perempuan lahung (pelacur) itu yang membuatmu jadi begini.! Dia sudah memeletmu dan memirundukmu."kata jidi
"Bangsaatt, dimana perempuan sialan itu.!" Tanya jaki seraya bangkit, teman-teman jidi menunjuk kearah rumah tiara, jaki pun bergegas masuk. Namun didalam rumah itu sudah tidak ada siapa-siapa.
"Dia pasti kabur "kata teman teman jidi.
"Jaki, biarlah tidak usah dikejar. Sekarang lebih baik kita pulang kekampung. Minta maaflah kepada anak dan istrimu." ujar jidi seraya menggandeng jaki pulang menuju rumah iyus.
Singkat ceritanya. Saat mereka tiba dikampung mereka yang berada di kalsel. Jaki dan jidi dikejutkan dengan kabar tidak mengenakkan hati, karena galuh siyar dan anak bungsunya meninggal saat sedang berada disungai. Galuh siyar meninggal karena mencoba menyelamatkan anaknya yang tenggelam disungai.
Kata orang-orang meninggalnya tidak wajar. Kenapa.? Karena galuh itu pandai berenang, dan saat itu air tidak terlalu dalam. Lalu ditubuhnya ditemukan berbagai macam luka lebam, juga dari dalam mulutnya ada sesuatu yang keluar, seperti rambut dan kain.
Sudah 2 hari setelah penguburan galuh dan anaknya. Jadi malam dimana mereka datang itu merupakan malam ke 3.
---------
Malam itu jidi sedang duduk didepan rumahnya. Setelah pulang dari selamatan 'manigahari' galuh siyar dan anaknya Biasanya disini Tiga hari setelah penguburan itu akan diadakan acara selamatan.).
Jidi melihat sekelebat bayangan dari pohon disamping rumahnya. Diiringi dengan suara isak tangis sesenggukan.
"Siapa itu.?" tanya jidi, bulu buluan ditubuhnya mulai berdiri.
Tidak ada jawaban..
Jidi menarik nafas.
"Mungkin aku terlalu lelah." gumam jidi seraya mengusap wajahnya
Dia pun segera masuk kedalam rumahnya. Namun malam itu suasananya terasa lain dari biasanya. Jidi terjaga hingga tengah malam, matanya begitu susah untuk dipejamkan.
Tiba tiba dari Luar rumah terdengar suara ketukan dipintu rumahnya.
"Siapa ya.?" batin jidi bertanya tanya. Jidi beranjak bangun lalu berjalan keluar kamar, menuju pintu rumahnya.
Kriieeettt..
Jidi celingukan kekiri dan kanan, namun tidak ada siapa-siapa.
Ketukan dipintu itu berkali-kali terdengar namun saat pintu dibuka, lagi-lagi tidak ada siapa-siapa diluar. "Kaluar buhan nyawa nah, handak napa garang jar.!! (keluar kalian, maunya apa sih.!)" bentak jidi mulai gusar Suara tangisan dibawah pohon mangga disamping rumah jidi itu lagi-lagi terdengar, kali ini suaranya tangisannya semakin menyayat hati
"Galuh." gumam jidi seraya mendekati sosok itu.
Saat jidi sudah dekat tiba-tiba sosok yang menyerupai galuh siyar itu menghilang.
"Galuh.! Galuh.!"panggil jidi
---------
kejadian itu terus berulang hingga tiba malam ketujuh kematian (manujuhari) galuh siyar dan anaknya. Yang berarti sudah beberapa hari ini jidi terus diganggu oleh suara-suara maupun penampakan yag menyerupai galuh siyar.
"Jangan-jangan ada yang ingin dia sampaikan padaku." batin Jidi menebak-nebak maksud penampakan galuh siyar yang selalu dilihat nya setiap malam itu.
-------
Hari ke-8. Jidi memutuskan untuk mendatangi orang pintar di sungai aning (bagi yang orang kalsel pasti tau).
Singkat cerita, sesampainya dirumah orang pintar itu jidi menceritakan Tentang semua yang terjadi padanya dan juga pada keluarga amat jaki, termasuk soal penampakan sosok mirip galuh siyar pada orang pintar itu.
"Dia memang meninggal tidak wajar,dalam artian lainnya dia sudah disantet." kata lelaki berusia 50 tahunan itu pada jidi. "Jadi benar kata warga galuh siyar meninggal secara tidak wajar." gumam jidi
"Lalu menurut bapak, siapa kira kira yang sudah tega menyantetnya.?" tanya jidi
"Tentu saja orang yang tidak menyukainya. Tapi menurut penglihatanku Pelaku nya seorang perempuan, perempuan yang pernah dekat dengan suaminya." jawab lelaki paruh baya tersebut.
"Tidak lain, itu pasti tiara.!" ujar jidi mengepalkan tangannya. "Ku rasa arwahnya masih belum bisa tenang, ada sesuatu hal yang membuatnya tak bisa pergi dan mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padamu. Entah itu apa aku pun tidak tau."
"Lalu bagaimana saya bisa berbicara padanya pak,sementara sosok itu akan menghilang jika saya Kejar." ujar jidi
"Dia akan memberitahumu jika sudah tiba waktunya nanti." Jawab lelaki paruh baya itu seraya tersenyum
-----------
Sepulangnya jidi dari rumah orang pintar itu, dia menjadi semakin kepikiran dengan apa yang ingin disampaikan galuh siyar kepadanya.
Malam demi malam jidi berusaha untuk tidak tidur. Dia tidur saat sudah pagi. Demi menunggu kedatangan arwah galuh siyar. Singkatnya sudah 25 hari (manyalawi) kematian galuh siyar dan anaknya. Perubahan mendadak terjadi pada jaki. Jaki seperti sudah kehilangan sebagian akal sehatnya alias mulai gila.
Dia selalu berteriak-teriak ketakutan setiap hari dan malamnya. Hingga suatu hari dia ditemukan meninggal bunuh diri dengan cara mengikatkan tali di lehernya tubuh nya ditemukan menggantung.
Saat jenazah jaki dimandikan dari mulutnya keluar rambut, kata orang-orang yang memandikannya, rambut itu sama dengan rambut yang mereka lihat di mulut galuh siyar
Pernyataan orang-orang itu membuat jidi beranggapan bahwa kematian jaki merupakan ulah dari tiara.
---------
Malam itu sepulangnya jidi dari sawah, dia bergegas mandi kesungai. Namun malam itu kampungnya terasa sangat sunyi tidak seperti malam-malam biasanya, tidak ada orang berlalu lalang Dijalanan.
Tiba tiba ditengah jalan jidi mendengar suara tangisan, tangisan yang sudah tidak asing ditelinga jidi. Dia kemudian menyusul arah suara tangisan itu yang membawanya ke semak-semak.
Didepan nya berdiri sosok perempuan.
"Galuh.tinggalkan dunia ini,disini bukan lagi Duniamu." kata jidi pelan
"Jaga anakku." ujar sosok yang menyerupai galuh siyar itu.
"Aku akan mengawasinya terus luh,kau tenang saja.aku tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada anakmu."kata jidi
"Aku sakit."ujar sosok itu lagi seraya memperlihatkan juntaian rambut yang keluar dari mulutnya.
"Astagfirullah." gumam jidi.
Tiba-tiba sosok itu menghilang.
"Jid, jidi.! Bangun." panggil seseorang sambil menepuk-nepuk pipi jidi.
Jidi membuka matanya dan melihat beberapa orang warga sudah mengelilinginya yang terbaring di tanah. "Kami melihatmu masuk kesemak-semak ini, kami kira ada sesuatu yang kau cari, tapi setelah beberapa saat kau tidak kunjung keluar, makanya kami menyusulmu kemari.! Ternyata kau sudah tergeletak pingsan disini. Awalnya kami takut melihat kau pingsan, kami kira kau digigit ular kobra." Ujar salah seorang warga.
Jidi menarik nafas panjang, dia berusaha memikirkan yang sudah terjadi.
Dan setelah beberapa hari barulah dia mengerti.
Dan hari itu jidi ingin memenuhi keinginan galuh siyar, wanita yang sangat dia cintai itu.
Jidi mengutarakan keinginan nya Yang berniat ingin mengangkat anak galuh menjadi anaknya dan juga menyekolahkan anak itu.
Tentu saja keinginan jidi tersebut langsung disetujui oleh keluarga galuh yang merawat anak sulung jaki dan galuh itu.
Semenjak hari itu jidi merawat dengan penuh kasih sayang Anak itu.
Beberapa tahun berlalu, jidi pun menikah untuk yang ketiga kalinya. Namun pernikahan itu hanya berjalan sekitar 5 bulanan dan jidi langsung menceraikan istrinya karena tertangkap telah memukuli anak galuh.
Dan semenjak saat itu jidi memutuskan untuk tidak akan menikah Lagi. hingga masa tua nya sekarang.
Dimasa tuanya Jidi dirawat oleh anak angkatnya yang merupakan anak galuh siyar itu. Jidi bahkan sudah mempunyai cucu sekarang. Tapi sayang beberapa tahun setelah kelahiran cucu keduanya Jidi meninggal,karena mengidap penyakit TBC.
~~~SELESAI~~~
BACA JUGA : KAMPUNG SETAN