TOLONG KUBURKAN JASADKU
Hari itu dikantor lumayan sibuk, karena selain melaksanakan tugas hari-hari, saat itu juga kami melaksanakan acara pisah sambut pergantian pimpinan kami, karena pimpinan lama mendapat promosi jabatan ditempat yang lain.
O ya, namaku Iwan, aku bertugas di sebuah Polsek yang berada di kota Pku, dipolsek jabatanku sebagai anggota SPKT atau biasa dikenal dengan pelayanan masyarakat.
Kapolsek yang baru kami tergolong masih muda, beliau baru memiliki satu orang anak yang masih balita, kira-kira berumur dua tahun.
Lanjut cerita, setelah selesai acara pisah sambut dilanjutkan dengan arahan dari pimpinan baru, yaah biasalah sebagai pimpinan memang harus memberikan arahan dan petunjuk, yang tentunya untuk pelaksanaan tugas kedepannya.
Hari berikutnya, pimpinan kami yaitu Kapolsek memutuskan dan memboyong keluarga kecilnya untuk tinggal dirumah dinas, yang berada di lingkungan kantor tersebut.
Hari pertama kami melaksanakan tugas dengan kepemimpinannyasemua berjalan dengan baik seperti biasa dengan sebelumnya.
Malam itu suasana terasa dingin, karena memang sedari pagi cuaca kota Pku diguyur hujan, walau tidaklah deras namun terus menitik, seakan tidak memberi kesempatan untuk sang mentari menampakan diri.
Mungkin karena cuaca hujan pelayananpun nyaris tidak ada masyarakat yang datang untuk melaporkan kejadian, dalam satu hari itu hanya ada satu tadi pagi yang melapor, itupun hanya membuat laporan kehilangan barang, namun walau pelayanan sepi bukan berarti kami tidak bekerja, kami tetap melaksanakan tugas, berpatroli, mengerjakan berkas yang belum selesai, dan sebagainya.
Hingga jam 10 malam, suasana semakin sepi bahkan hening, namun keheningan malam itu dipecahkan oleh suara tangis bahkan jeritan anak kecil dari belakang kantor Polsek, yang memang tepat dibelakang kantor itu terdapat beberapa rumah dinas, yang diantaranya rumah dinas Kapolsek.
Saat itu yang tinggal dirumah dinas hanya satu rumah yang memiliki anak kecil, yaitu Kapolsek.
Aku yang saat itu tengah piket sedikit merasa heran,
''Kenapa ya anaknya Kapolsek malam-malam begini menangis terus, demikian fikirku.
Mungkin karena sepinya pelayanan, serta cuaca semakin dingin, tanpa terasa mataku mulai mengantuk, walau aku berusaha untuk tidak tidur namun akhirnya walau hanya beberapa menit aku sempat tertidur dibangku kayu panjang diruang pelayanan, saat itu anggota jaga yang lain tengah mengobrol diruang depan sambil menonton tv.
Entah berapa detik atau menit aku tertidur, tiba-tiba saja, aku merasa ada seseorang yang menyentuh ujung kakiku, aku terkesiap dan langsung duduk kembali, sedikit terkejut karena saat itu tepat dihadapanku yang hanya terhalang meja, tengah duduk seorang wanita muda kira-kira berusia 35 tahunan, berambut panjang, menggunakan baju terusan seperti daster berwarna merah muda motif bunga-bunga.
"Bu, ibu mau melapor ya?, Ibu dari mana?
Demikian tanyaku kepada sosok wanita yang saat itu duduk dihadapanku dengan sikap diam tak bergeming sembari menundukkan kepalanya, sehingga wajahnya tidak dapat terlihat dengan jelas karena tertutup oleh rambut yang panjang, selain itu juga lampu diruang SPKT saat itu sengaja aku matikan, sehingga diruang itu terlihat gelap hanya remang bias cahaya dari lampu yang berada diluar.
Tidak ada jawaban dari wanita tersebut, ia masih dengan sikap dan posisi seperti semula, lalu aku beranjak berdiri dan melangkah hendak menuju dinding sebelah kiriku dimana disana saklar lampu berada, namun baru saja aku melangkah wanita itu berdiri dan melangkah pergi keluar dari ruanganku tanpa pamit, hal itu membuat aku merasa heran, sesaat aku terdiam melongo memperhatikan wanita itu ngeloyor pergi begitu saja.
Ceklek, saklar lampu aku tekan, saat itu juga ruangan menjadi terang.
Kulihat dari ruang itu ke depan yang memang pembatas ruangan terbuat dari kaca sehingga pandangan mata dari ruangan itu dapat memandang kearah manapun, terlihat dua rekanku di bagian depan tengah asyik mengobrol.
Akupun keluar dari ruangan menghampiri mereka dan bertanya,
"Rud, perempuan tadi mau melapor atau bagaimana, dan kenapa kalian arahkan kedalam begitu saja?, aku tanya mau melaporkan apa tapi dia diam saja, malah ngeloyor pergi".
Tanyaku kepada Rudi. Mendapat pertanyaan dariku sesaat Rudi terdiam dan hanya saling pandang dengan Herman, lalu rudi pun menjawab,
"Perempuan mana bang?, Tak ada siapapun yang datang, apalagi masuk kedalam. Jawab Rudi bingung dengan pertanyaanku.
"Perempuan yang pakai baju daster merah dan berambut panjang, yang barusan lewat sini sewaktu dia keluar, sepertinya dia ke belakang kantor ini''
Ujarku kepada Rudi.
Saat itu tanpa sengaja ekor mataku melirik ke sebelah kanan dimana disebelah adalah akses menuju kebagian belakang yaitu ke rumah dinas serta gudang Polsek, disaat itulah aku melihat siluet warna merah muda, yaaah itulah wanita tadi yang masuk keruanganku, seketika aku menunjuknya.
"Nah, itu dia perempuan yang tadi"
Ucapku seraya aku menunjukkan kepada Rudi dan Herman.
Seketika Rudi dan Herman memalingkan kepala kearah yang aku tunjuk, namun saat itu siluet atau wanita tersebut sudah tak terlihat lagi disana.
''Mana bang?, Udahlah bang cuci muka sana, Abang belum sadar baru bangun tidur, hahahaha''....
Ucap Rudi dan Herman sembari tertawa ngakak.
"Aku serius rud. Tapi ya sudahlah"
Ucapku sedikit kesal, karena mereka tak melihat perempuan itu justru menertawakan ku.
Waktu menunjukan jam 2 dinihari, suasana benar-benar hening, langit tak lagi menangis meneteskan air kebumi ini, namun saat itu berganti dengan kabut asap yang tebal hingga terlihat jelas dimalam itu, seakan menyelimuti malam, cuaca yang seharusnya terasa dingin namun anehnya saat itu aku merasa gerah, cuaca terasa menjadi panas hingga badanku berkeringat.
Aku melangkah menuju ke toilet yang berada di bagian belakang kantor, toilet itu bersebelahan dengan gudang, aku buang air kecil dan membasuh muka hanya untuk menyegarkan sedikit kegerahan.
Disaat aku tengah membasuh muka, samar aku mendengar suara Isak tangis seorang wanita, yang saat itu aku belum tahu dengan pasti dari sebelah mana, karena memang dibelakang kantor ini adalah perumahan dinas Polsek, tapi jika memang dari salah satu penghuni rumah dinas kenapa malam-malam begini ada yang menangis. Demikian fikirku.
Setelah selesai membasuh muka, akupun kembali kedepan, lalu aku hampiri kembali dua rekanku.
"Rud, man ....., Kalian dengar tak suara perempuan menangis dari arah belakang? Istri siapa ya yang nangis malam-malam begini, jangan-jangan ada yang sakit, cobalah cek kebelakang rud",
Demikian tanyaku yang sekalian aku perintahkan kepada Rudi untuk mengecek kebelakang.
''Gak ada kami dengar bang, o yalah bang aku cek kebelakang'',Jawab Rudi, lalu Rudi beranjak dari duduknya dan melangkah keluar menuju kebelakang kantor lewat samping bagian kanan kantor.
Tak sampai 15 menit Rudi kembali ke kantor, Rudi langsung masuk kedalam ruang SPKT dengan langkah terlihat terburu-buru, bahkan setengah berlari.
Saat itu aku dan Herman sempat heran melihat sikap Rudy yang kembali dari belakang kantor, tak berbicara bahkan langsung masuk kedalam.
Sikap Rudi membuat aku dan Herman penasaran, lalu aku dan Herman menyusul Rudy yang saat itu masuk keruang SPKT, setibanya didalam, terlihat Rudi tengah duduk termenung dikursi panjang dimana sebelumnya aku sempat tertidur dan dibangunkan oleh seorang wanita yang mungkin hendak melapor.
Aku menghampiri Rudi dan bertanya,
"Kau kenapa rud?,
Istri siapa yang nangis tadi?"
Demikian tanyaku beruntun.
Sejenak Rudi hanya diam, tak menjawab dan tak merespon seakan ia tak mendengar jika aku tengah bertanya bahkan berdiri dihadapannya, lalu ia dengan menghela nafas berat, serta raut wajahnya terlihat pucat pasi, ia berbicara.
"Ijin bang, tadi aku kan ke belakang, benar yang Abang bilang ada suara perempuan menangis, lalu aku mendekati rumah-rumah dinas itu satu persatu, namun semua rumah sepi, tak ada tanda-tanda ada orang yang masih terjaga, mungkin semuanya sudah pada tidur.
Suara tangisan itupun berhenti, karena tak melihat sesiapapun disana, akhirnya aku memutuskan untuk kembali kesini, namun baru saja aku melangkah hendak ke depan, tiba-tiba saja, kembali aku mendengar suara nangis itu lagi, aku langsung berhenti berjalan, karena suara tangis itu sangat dekat dariku, aku palingkan kepalaku ke sebelah kiri, disana aku melihat seseorang tengah berdiri, tepat didepan pintu gudang.
Aku coba perhatikan, tapi aku tidak dapat dengan jelas melihat wajahnya karena dibelakang kan lampunya mati, hanya remang-remang dari cahaya lampu teras rumah dinas Kapolsek.
Akupun penasaran, lalu aku berbelok melangkah untuk mendatangi perempuan itu, dan coba bertanya kepadanya,
"Bu, ngapain nangis disitu?"
Tanyaku kepadanya, namun tidak dijawab, tadinya aku fikir mungkin itu istri anggota yang nangis karena lagi ribut sama suaminya, namun ketika aku semakin dekat dengannya ia berbalik dan masuk kedalam gudang itu, rambutnya panjang.
Demikian cerita Rudi dengan nafas memburu, setelah ia meminum air dari botol aqua yang ada di genggamannya, iapun kembali melanjutkan cerita,
''aku sempat menghentikan langkahku dan berkata dalam hati, setahuku di rumah dinas ini tidak ada istri anggota yang rambutnya sepanjang itu''
Aku penasaran, dan aku kembali memanggilnya,
Bu, tunggu sebentar, ngapain masuk ke gudang?
Perempuan itu tak menjawab, ia langsung masuk kedalam gudang itu, setelah di depan pintu gudang, aku coba mengetuk dan memanggilnya, tak ada jawaban, lalu kucoba kudorong pintunya, ternyata pintu itu terkunci, yang membuat aku terkejut?
Pintu itu masih tergembok dari luar, dan saat itu aku baru sadar jika perempuan tadi masuk kedalam gudang itu tidak dengan cara membuka pintu, tapi seperti menembus pintu itu.
Seketika bulu romaku meremang, aku langsung balik kanan, baru saja aku hendak berlari, dari arah belakang, aku mendengar suara perempuan tertawa, saat itu aku tak perduli lagi, Aku langsung lari kesini.
Demikian tutup cerita Rudi, yang sesekali bergidik ngeri.
Kembali ke iwan sebagai aku.
Mendengar cerita Rudi, aku dan herman merasakan hal yang sama yaitu meremang bulu Roma, walau tidaklah separah yang dialami Rudi, Mendengar cerita Rudi bahwa perempuan yang menangis dan masuk ke gudang itu berambut panjang, seketika aku teringat kembali beberapa jam sebelumnya, seorang perempuan berambut panjang yang membangunkan ku.
''Rud, perempuan itu pakai baju merah muda motif bunga ya?"
Tanyaku ke Rudi.
''i.iya bang, kok Abang tahu?"
Tanya Rudi pula kepadaku.
''nah, perempuan itulah yang tadi masuk keruangan ini dan membangunkan aku pas aku tengah tertidur di bangku ini, aku tanya tapi dia gak jawab malah keluar, makanya tadi aku tanya sama kalian, karena tentunya sewaktu dia keluar sudah pasti melewati kalian';.
''Astaghfirulloh bang, kami memang tak lihat bang".
Sambung Herman meyakinkan aku jika tadi mereka memang tidak melihat perempuan itu ketika keluar dari ruang SPKT. ''ja jadi perempuan itu hantu dong bang''
Sambung Herman lagi, sembari bergidik ngeri.
Singkat cerita, kira-kira jam 5 subuh, Alhamdulillah kami mulai merasa tenang, apalagi saat itu samar mulai terdengar suara adzan subuh dari beberapa mesjid yang berada di sekitar Polsek, secara bergantian kami melaksanakan sholat subuh.
Tiba-tiba saja, kriiiing, kriiing...
Telfon pelayanan berdering, Saat itu aku yang tengah standby sembari menunggu yang lainnya selesai melaksanakan sholat fardu subuh, ku angkat dan kujawab,
Selamat pagi dengan pelayanan Polsek..... Maaf dengan siapa saya bicara dan apa yang bisa kami bantu?
Demikian jawabku setelah telfon itu tersambung.
Dan ternyata yang saat itu menelfon pelayanan adalah Kapolsek, yang berpesan jika tak lama lagi ada yang akan datang kerumahnya, suruh saja masuk dan arahkan kerumahnya.
Demikian pesannya dan telfonpun ditutup.
Tak lama berselang, benar saja, ada dua orang pria yang datang dengan menggunakan pakaian serba hitam, kira-kira kedua orang tersebut berusia 50 tahunan, setelah dipastikan kedua tamu tersebut benar tamunya Kapolsek, akupun menyuruh Herman mengantarkan tamu itu kerumah Kapolsek yang berada dibelakang kantor.
Jam 5.30 menit, saat itu kami tengah duduk di bagian depan Polsek tiba-tiba saja, Kapolsek bersama kedua pria tadi datang, tanpa berbicara apapun Kapolsek mengikuti kedua pria tamunya tadi dari belakang, kedua pria itu dengan telapak tangan mengembang, terlihat seperti tengah mendeteksi sesuatu yang tidak terlihat, terus masuk ke setiap ruangan kantor.
Melihat hal itu, jujur aku merasa geli hati, hmmm, kayak di film misteri saja hehehe, demikian hatiku berkata.
Namun saat itu tentunya aku tidak berani bertanya apalagi komentar.
Setelah selesai mendeteksi bagian dalam lalu kedua pria tersebut yang diikuti Kapolsek keluar dan melangkah ke bagian belakang. Saat itu aku, Rudi dan Herman hanya diam dan saling pandang saja belum mengerti maksud dan tujuan Kapolsek memanggil kedua pria itu yang di duga mereka paranormal.
Jam 06.30 pagi, disaat aku bersama rekan lainnya standby di kantor, yang pagi itu memang sedikit santai karena hari itu hari Minggu.
Kapolsek kembali datang ke pelayanan, lalu ia bertanya kepada kami.
Pak, saya mau nanya, kira-kira Polsek ini ada menyimpan tengkorak dan kerangkanya gak sebelumnya?"
Demikian tanyanya, saat itu kebetulan memang aku yang paling senior dan yang sudah lumayan lama bertugas dipolsek itu, sejenak aku berfikir mencoba untuk mengingat, ''o iya Ndan, ada... Ijin Ndan ada apa ya Ndan?''
Jawabku yang memang baru teringat jika beberapa tahun yang lalu, bahkan belasan tahun, memang pernah ditemukan tengkorak dan kerangka manusia, lalu tengkorak beserta tulang belulang itu di masukkan kedalam sebuah kotak dan dibawa ke Polsek ini untuk dilakukan penyelidikan, namun belum juga terungkap hingga terlupakan jika kerangka itu masih berada di dalam gudang, demikian tuturku kepada Kapolsek.
Singkat cerita, Kapolsek menyuruhku untuk mengambilnya di gudang dan menyerahkan kepada kedua pria paranormal untuk menguburkannya dengan layak.
Setelah tengkorak serta kerangka manusia itu dibawa oleh kedua paranormal tersebut.
Kapolsek pun duduk dikursi yang berada diruang pelayanan dan berkata.
''Tahu gak kalian, beberapa hari ini anak saya menangis terus?
Dan saya yakin kalian pun ada merasakan hal yang aneh kan?
Tanya beliau kepada kami.
''Siap Ndan. Bahkan tadi malam kami didatangi perempuan, pakai baju merah berambut panjang''. Jawab kami menceritakan kepada Kapolsek,
Nah, biar kalian tahu itu arwah dari kerangka dan tengkorak yang kalian bawa kemari tapi belum kalian kuburkan dengan layak, dia korban pembunuhan, yang menurut komunikasi orang pintar tadi jika pembunuhnya juga sudah mati, ditembak polisi ketika penyergapan kasus narkoba. Arwah itu sudah tenang karena pembunuhnya sudah mati, namun ia meminta sisa jasadnya dikuburkan dengan layak. Demikian tutur Kapolsek menjelaskan.
Semenjak saat itu Alhamdulillah aku dan yang lainnya tidak pernah mendapat gangguan atau penampakan apapun, namun tetap saja yang namanya sugesti terlanjur pernah merasakan hingga saat ini selalu saja fikiran aneh selalu muncul, walau sebenarnya tidak ada apa-apa.
Demikian akhir dari kisah ini, semoga berkenan.