Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BURNI TELONG Dijaga Penghuni Gunung


Kisah ini dialami oleh temen kita dari Aceh, panggil aja namanya ibob, tepatnya ketika dia dan ketiga temannya mendaki di gunung Burni Telong.

Ketika sedang mendaki ke gunung Burni Telong, salah satu temannya yang bernama Danil, dia melihat sosok orang tua misterius yang menjaga mereka selama di gunung itu.
Ibob tidak tau tentang sosok orang tua itu, yang bisa melihatnya adalah salah satu temannya yang bernama Danil, dan Ibob hanya bisa merasakan.

Sebelum mulai cerita aku mau kasih tau sedikit tentang gunung Burni Telong.
Burni Telong adalah nama sebuah gunung di daerah tempat tinggalnya Ibob, tepatnya di Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Gunung ini mempunyai ketinggian 2617 Mdpl dan termasuk dalam jajaran gunung berapi aktif hingga saat ini, gunung ini menjadi primadona untuk para pendaki khususnya di Provinsi Aceh.

Walaupun pada saat itu belum resmi di buka untuk umum dan sama sekali belum ada basecamp, tapi udah lumayan banyak para pecinta alam dan warga setempat yang sudah mendaki gunung tersebut dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam atau melihat hamparan bunga edelweis yang tumbuh subur di ketinggian +2000 mdpl.

Awal cerita ...
Waktu itu pertengahan tahun 2012, Bermula dari kerinduan untuk kembali mendaki, Ibob pun mencoba untuk menghubungi beberapa temannya dengan niat mengajak mereka untuk mendaki.
Tapi, kebanyakan dari mereka gak bisa ikut dengan bermacam keperluan dan alasan. Wajar saja karena mayoritas penduduk di daerah mereka adalah petani kopi dan tanaman palawija, sehingga beberapa dari mereka harus membantu orang tua di ladang.

Setelah mencoba menghubungi dan menemui beberapa teman lainnya, akhirnya hanya ada tiga orang teman yg memiliki waktu luang dan siap untuk berangkat yaitu Ryan, Heri, dan Danil, mereka adalah teman satu sekolah.

Walaupun punya hoby hiking tapi ini adalah kali pertama mereka bertiga mendaki gunung ini.

Setelah ngobrol-ngobrol panjang menyusun rencana dan mencari tanggal yang pas untuk mendaki, akhirnya mereka sepakat melakukan pendakian pada tanggal 06 Maret 2012 dan titik kumpulnya adalah di rumah Ryan.

Setelah rencana sudah matang, Ibob meminta izin kepada orang tuanya untuk mendaki gunung. Ya seperti biasa ketika meminta izin untuk bermalam di hutan tentunya orang tua akan melarang.

Apalagi orang tua banyak mendengar cerita-cerita mistis yang di alami pendaki di gunung ini.
Banyak cerita yang terdengar dari teman dan kerabat, beberapa pendaki mengalami hal aneh nan mistis saat mendaki.
Mulai dari pendaki yang kakinya bengkak dan tidak bisa berjalan setelah mendaki, ada yang tersesat dari jalur, ada yang hanya berputar-putar di satu daerah saja, ada yang melihat penampakan, kesurupan dan yang paling di takutkan orang tua adalah jalur pendakian waktu itu yang masih sangat alami.

Apalagi ayahnya Ryan ini pernah bekerja sebagai pengawas hutan. Jadi sedikit banyak ayahnya tau persis seluk beluk hutan dan tak jarang mengalami kejadian mistis di hutan.

Setelah membujuk dan meyakinkan orang tua akhirnya orang tua mengizinkan dengan catatan gak boleh macem-macem dan harus pulang dengan selamat.

Singkat cerita akhirnya tibalah tanggal 05 Maret 2012.
Pada pukul 14:00 mereka berkumpul di rumah Ryan untuk menyiapkan logistik dan segala yang di perlukan saat pendakian, berhubung mereka adalah orang desa yang gak mengerti peralatan pendakian mereka hanya membawa tas sekolah bukan carrier, beberapa potong kayu kering, wajan (kuali) kecil dan periuk untuk menanak nasi.
Disini Cuma Ibob yang memakai tas semi carrier, itupun didapat dari kegiatan pramuka.

Setelah semua selesai merekapun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk esok hari.
Pagi pun tiba, setelah sarapan mereka meminta izin kepada kedua orang tua Ryan lalu bergegas menggendong tas dan membawa beberapa perlengkapan untuk segara berangkat.

Perjalanan di tempuh menggunakan motor, 15 menit kemudian mereka sampai di tempat pendaftaran yaitu di rumah ketua pemuda Desa setempat, desa terakhir yang terletak di jalur pendakian gunung itu. Nama desanya adalah Desa Bandar Lampahan.

Sesampainya di situ, mereka menemui ketua pemuda desa tersebut untuk meminta izin mendaki dan mereka juga sudah menyiapkan beberapa logistik untuk di berikan kepada beliau dengan tujuan agar izinnya di permudah.

Sebelum di beri izin beliau sempat sedikit menahan mereka untuk tidak mendaki di hari ini di karenakan ada musibah di Desa tersebut.

Beliau bilang,
"kalau bisa jangan hari ini mendaki nya ! "
"loohh,,,kenapa gitu pak?" Sahut ku.
"Kakek yang biasa tempat titip motor, tadi subuh anaknya meninggal tapi ga di kubur di kampung sini. dikuburnya di kampung halaman kakek itu, jadi kakek itu ga ada di rumah, nanti gak ada yang jaga motor kalian" sambung beliau
"Oh ga papa lah pak. udah nanggung juga, udah sampe sini logistik juga udah di bawa ga mungkin kami pulang lagi pak." Jawab ku

Setelah sedikit berfikir dan melihat mereka yang udah niat banget untuk mendaki, akhirnya beliau mengizinkan berangkat dan berkata :
" ya udah tapi hati-hati waktu mendaki"
"Siap pak,,," jawab kami dengan semangat

Setelah mendapat izin dari beliau akhirnya mereka pun bergerak ke rumah terakhir tempat biasa pendaki menitipkan kendaraan.

Karena kakek tersebut gak ada di rumah akhirnya mereka meletakan kendaraanya dan meninggalkan sepucuk surat izin dan menyelipkan uang 20.000 dibawah pintu rumahnya sebagai tanda terima kasih.

Waktu menunjukan pukul 09:00 mereka pun berdo'a kemudian mulai melangkahkan kaki melewati jalan di tengah-tengah tanaman tembakau milik kakek itu.

Setelah melewati tanaman tembakau mereka di sambut semak ilalang yang cukup tinggi hingga membentuk seperti gerbang sepanjang 5 meter, setelah itu baru trek didominasi hutan jalur pendakian.

Setelah sampai di tempat yang sekarang di sebut pintu rimba mereka mohon izin kepada para penghuni hutan dengan mengucapkan salam kemudian lanjut berjalan.
Setelah masuk di pintu rimba itu, salah satu temannya yang bernama Danil sekilas melihat ada sosok orang tua dengan pakaian serba putih, berjenggot putih sambil membawa tongkat, dia sedang mengawasi perjalanan mereka, sebenernya waktu itu Danil pengen bilang ke temen-temennya tapi gak jadi karena dia mengira itu hanya perasaannya aja tau.

Akhirnya Danil mengabaikannya dan tetep lanjut jalan.

Setelah 1 jam berjalan sampailah mereka di pos 1, disitu mereka beristirahat sejenak untuk mengisi botol air di mata air yang letaknya 200 m menurun di sebelah kiri jalur pendakian.
Setelah semua wadah terisi penuh, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2 .

Sekitar 2,5 jam perjalanan mereka sampai di pos 2, sesampai disitu mereka berhenti untuk makan siang.
Berhubung mereka sudah menyiapkan bekal makan siang, jadi mereka tidak menghidupkan api untuk memasak dan menyantap bekal yang dibawanya itu.

Setelah perut terisi dan tenaga kembali pulih tiba-tiba udara mulai terasa dingin, Ibob pun mengeluarkan jaket dari dalam tas dan memakainya kemudian melanjutkan perjalanan.
Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 trek semakin curam dan licin hanya ada beberapa akar pohon yang menjadi pijakan dan pegangan untuk mendaki.

Pukul 15:00 meeka sudah sampai di pos 3 yaitu pos terakhir, disitu mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak menyiapkan tenaga sebelum melanjutkan ke jalur pendakian yang semakin curam. 
Selama perjalanan dari titik a
wal pendakian menuju pos 1. Pos 1 menuju pos 2. Pos 2 menuju pos 3, tidak ada kendala apa-apa sama sekali dan semua berjalaan lancar.

Dari pos 3 ini trek berbatu dan curam serta semak belukar berwarna hijau keputih-putihan sudah mulai terlihat, hingga membuat hati merasa senang dan ingin segera melanjutkan perjalanan.

Di ketinggian sekitar 2300-2400 Mdpl ada semacam goa yang terbentuk karena longsoran batu besar hingga membentuk goa segitiga, goa itu bisa di gunakan sebagai tempat bermalam pengganti tenda yang letaknya tidak terlalu jauh dari puncak.

Karena waktu itu tidak ada pendaki lain ya karena memang masih jarang ada pendaki, akhirnya mereka sepakat untuk bermalam di goa tersebut.

Setelah setengah jam beristirahat mereka kembali melanjutkan perjalanan dan di sinilah semua bermula.
Ketika melangkahkan kaki keluar hutan, Ibob merasa ada sedikit hawa yg berbeda dan belum pernah dia rasakan saat pendakian sebelumnya, tapi dia mengabaikannya, dalam hati dia bilang,
"Ah mungkin hanya perasaan ku saja"
Setengah jam berjalan, mereka beristirahat di sebuah tempat yang lumayan datar tepat di antara hutan.
Sambil duduk dan menikmati sebatang rokok, mereka melihat ada batu besar yang tertutup lumut dan beberapa tumbuhan gunung.

Karna iseng Ryan berkata,
"Lek, kayaknya batunya ini aneh, kayak ada bentuknya" ( Lek panggilan mereka kepada Ibob.
Sambil merokok Ibob menjawab,
"Ah masak sih?, biasa aja itu"

Karna penasaran, mereka berempat membersihkan lumut-lumut yang menempel di batu itu.
Ternyata benar, apa yg mereka lihat itu sedikit membuat mereka heran. Pasalnya batu tersebut berbentuk seperti tempat duduk atau kursi atau mungkin singgasana?
Ibob gak mau berfikir aneh-aneh,
“Ya itu mungkin faktor alam yang membuat batu tersebut berbentuk seperti itu”

Karna keunikan batu tersebut mereka ,menyempatkan bergaya dan mengambil beberapa foto menggunakan hp jadulnya.
Setelah puas berfoto-fot disitu mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Terus berjalan sambil menikmati keindahan alam yang ada dan sesekali dia menyapa bunga edelweis dan pohon bunga anggrek yang ada di jalur pendakian.

Berhubung Ibob dan Heri adalah perokok, mereka jalannya di belakang sambil menikmati sebatang dua batang rokok.
Karena jalur pendakian terlihat jelas dan hanya ada satu jalur, Ibob mengizinkan Ryan dan Danil yang tidak merokok agar berada di depan dan menegaskan pada mereka berdua untuk mengikuti jalurnya dan jangan berbelok keluar jalur atau kearah manapun.

Sekitar pukul 17:20 tiba-tiba kabut tipis mulai berhembus menyelimuti. Rintik-rintik air pun turun menemani langkah kaki mereka, dan dari kejauhan goa sudah mulai terlihat.
Danil dan Ryan yang udah di depan langsung bergegas menuju goa itu sedangkan Ibob dan Heri tetap berjalan santai sambil menikmati rokok. 

Ketika jaraknya dan Heri sudah mulai mendekati goa, ya sekitar 150 meter.
Dari tebing di depan goa terlihat Ryan dengan baju berwarna putih berdiri dan memanggil Ibob dan Heri sambil melambaikan tangan.

"Woy,, cepat sini lari,, kami udah sampe di goa,,,"
Ibob menyahut sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah memanggil itu dia kembali ke goa.

Sesampainya di goa Ibob kaget dengan Ryan yang tiba-tiba udah ganti baju.

Dia tanya ke Ryan,
"Cepat kali ko ganti baju Yan? Ga basah ngapain ganti baju? (ko/kè artinya kamu,.dalam bahasa sehari-hari di daerah mereka)
Kemudian Ryan menjawab.
"Mana ada aku ganti baju, dari bawah tadi aku pake baju ini, tanya lah sama Danil" (baju yang dipakai Ryan waktu itu adalah baju lapangan berwarna kuning)

Sontak Ibob terdiam, kemudian dengan berbisik dia tanya ke Heri,
"Ri ko liat kan tadi Ryan manggil kita dia pake baju putih semua?"
Dengan berbisik Heri pun menjawab,
"Iya aku liat"
"Sssttt udah diam aja jangan di ceritain" kata Ibob sambil memegang bahunya Heri.

Lalu heri mencoba mengalihkan pembicara’an mereka.
"Salah lihat ko itu Lek, efek kecapean".
Dengan rasa was-was dan hati yg ga karuan Ibob coba menjernihkan fikirannya kemudian dia membuat api unggun sebagai penghangat sekalian buat masak untuk makan malam.
Senja pun berganti malam.

Hidangan makan malam mie instan telur dengan campuran sayuran di nikmati dengan nasi putih, setelah selesai makan meeka menyeduh kopi untuk di nikmati sambil melihat keindahan alam yang terlihat jelas dari mulut goa.

Mereka duduk di pinggir tebing depan goa sambil menikmati kopi hangat dan menikmati beberapa cemilan, tentunya dengan sebatang rokok kretek untuk pengusir hawa dingin.
Karena saking asyiknya menikmati pemandangan Ibob lupa dengan apa yang dia lihat sore tadi di tebing ini.
Tidak lama kemudian, kabut datang menutupi pandangan dan memaksa mereka untuk masuk ke goa.

Setengah jam kemudian kabut mulai menghilang dan cuaca kembali cerah, mereka pun kembali keluar dari goa untuk nongkrong menikmati pemandangan tapi, kejadian yang sama terulang lagi, ketika mereka sedang asyik duduk di depan goa, kabut kembali datang.

Kejadian ini terulang sampai 3 kali, dan yang ketiga kalinya secara sadar atau tidak, Ibob sempat menoleh ke arah kanan goa, di ujung tebing, disitu dia melihat seperti ada sosok wanita yang berdiri di atas tebing, tapi Ibob tidak menghiraukannya dan menganggap kalau itu hanya halusinasinya saja.

Ibob memang sempat beberapa kali sekilas melihat sosok-sosok makhluk halus entah itu di rumah di kampung atau di mana pun, tapi dia tidak pernah menghiraukannya.
Dari situ Ibob merasa ini ada yg tidak beres, jadi waktu itu seakan-akan mereka dilarang untuk berada di luar goa pada saat itu.

Bulu kuduk mulai merinding dan kejadian sore tadi tiba-tiba terlintas di fikirannya, sosok yang dilihat Ibob tadi menjadi pertanyaan dalam hatinya.

Karena merasa ada yang tidak beres Ibob bilang ke temen-temennya untuk masuk kedalam goa dan lekas tidur dengan alasan besok subuh mereka akan naik ke puncak buat dapatin sunrise.

Disitu temannya yang bernama Danil sedikit kecewa karena melihat gunung yang tertutup kabut, tapi Ibob tetap meyakinkan kepada Danil kalau besok pasti kabutnya udah ilang.
Mereka pun masuk dan menutup pintu goa dengan plastik transparan yang mereka bawa.

Mereka kermudian menabur garam di depan dan dalam goa agar lebih nyaman saat beristirahat. Karena mitos nya garam dapat menghalangi beberapa hewan dan makhluk halus. Ya walaupun itu hanya mitos tapi sebagai orang desa, kami hanya melakukan apa yang didengar dan di percaya.
Berhubung Ibob yang udah beberapa kali mendaki gunung ini, dia tidurnya di paling pinggir, sekitar 1.5 meter dari pintu goa.

Walaupun waktu itu hatinya merasa tidak karuan Ibob tetap memberanikan diri untuk tidur paling pinggir.
Sebelum tidur, Ibob masih sempat bercerita dangan Danil sambil sesekali menyeruput teh susu.
Karena hari mulai larut dan mata udah mulai lengket akhirnya Ibob memutuskan untuk tidur.
"Tidur lagi Nil, besok kesiangan ke puncaknya..!
"Ahh... lemah ko Lek, masih jam segini tidur. Banci aja tidurnya jam 3".

Karena waktu itu Ibob yang mengajak mereka dan dia yang udah ada pengalaman di sini, Ibob merasa bertanggung jawab dengan keselamatan mereka.
Malam itu Ibob gak bisa tidur nyenyak karena mengingat kejadian sore tadi.

Syukurnya malam itu tidak terjadi apa-apa hanya ada beberapa hewan kecil yang terpancing dengan sisa-sisa makanan mereka.

Subuh pun tiba.
Ibob membangunkan mereka bertiga dan menyedu kopi serta mengisi perut dengan camilan.
Pukul 05:00 WIB mereka pun mendaki ke puncak.

Perjalan dari goa ke puncak sekitar 30 menit, walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, tapi ini memang cukup menguras tenaga karena jalur dari goa ke puncak memang sangat terjal.
Setelah sampai di puncak semua itu terbayar lunas, sunrise menyapa dengan indahnya lautan awan yang membentang.
Sayangnya waktu itu Ibob hanya memiliki hp jadul yang bermodal kamera 2 MP, jadi saat hpnya udah rusak, filenya pun ikut hilang.

Setelah beberapa jam di puncak dan menikmati pemandangan mereka pun turun kembali ke goa.

Waktu menunjukan pukul 08:00, mereka memasak sarapan setelah itu packing bersih-bersih mengumpulkan sampah di sekitaran goa dari sisa-sisa mereka semalam untuk di bawa turun.

Saat perjalanan pulang tepatnya akan memasuki hutan, mereka di sambut dengan suara beberapa kelompok monyet yang saling bersahutan satu sama lain dari sisi sebelah kanan hutan.

Di sini keanehan terjadi lagi dan sangat jelas terutama pada Danil yang terlihat pucat dan tidak berkata apa-apa. ketika di ajak berbicara dia hanya menjawab dengan singkat.
Karena Danil terlihat pucat Ibob bertanya,
"Ko kenapa Nil?"
"Ga papa"
"Aman?"
"Aman."
"Sakit ko Nil?"
"Enggak, tenang aja kalian"

Ibob merasa ini jelas ada yang salah karena Danil karena Danil bukan tipe orang pendiam. Tapi mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan mengatur posisi barisan saat perjalanan.
Karena ini jalan pulang jadi Heri yang paling depan dan Ibob paling belakang, untuk menjaga pergerakan Danil.
Di tengah perjalanan dari pos 3 menuju pos 2 entah kenapa Heri yang di depan berbelok ke arah kiri menuju semak-semak yang tanahnya menurun agak curam dan anehnya mereka semua juga ikut ke arah tersebut.
Padahal Ibob udah beberapa kali mendaki ini gunung, trek nya ga berubah jalurnya cuma ada 1 tapi entah kenapa tiba-tiba dia nurut gitu aja.

Setelah turun sekitar 15 meter kami tersadar karna Danil menegur.
"Kayaknya ini bukan jalurnya, kita salah ambil jalur"

Anehnya, Ibob yang sudah pernah ke sini tapi Danil yang tau kalau salah jalan.
Karena memang jalur mereka waktu itu salah Ibob mengajak teman-temannya untuk balik
"Eh... iya iya ini salah kenapa kita malah ke tempat kayak gini, ayo balik ke jalur".

Akhirnya mereka berbalik dengan sedikit berjalan merayap ke arah jalur yang benar. Dan melanjutkan perjalanan.
Sampai di pos 2 Danil terlihat semakin pucat dan gak mau di ajak istirahat.

"Udah, lanjut aja ya ga usah istirahat. Nanti aja di bawah istirahatnya" ajak danil dengan sedikit ekspresi ketakutan.

Di pos 2 ini mereka sempet debat.
Heri menyarankan untuk istirahat dulu tapi Danil gak mau dan ingin cepet-cepet sampai dibawah.

Heri : “Ko layakk gitu bagus istirahat dulu lah kita, kalo udah enakan badan ko itu baru lanjut lagi kita turun" 
Ibob : "Iya betul tu istirahat aja dulu kita"
Ryan : "Cepat gerak cepat sampe kita, biar makan kita di bawah, udah terasa perut ku ini"
Ibob : "Ya udah ok lah, kita lanjut tapi kalau ko rasa ga sanggup jangan di paksa. bilang sama kami ya Nil".

Akhirnya mereka gak jadi istirahat dan tetap melanjutkan perjalanan dan hanya berhenti sebentar-sebentar kalau ada daerah yang sedikit datar.

Berhubung stok air sudah habis, setibanya di pos 1 mereka beristirahat untuk mengambil air. 
Danil yg wajahnya semakin pucat hanya duduk tertunduk diam dengan tatapan kosong bersandar di salah satu pohon.
Karena khawatir Ibob bertanya pada Danil.

"Nil, ko sakit ?.kalau sakit bilang jangan diam aja"
Tapi Danil menjawabnya dengan ketus.
"Enggak, udah ambil airnya cepat”

Lalu Ibob turun untuk mengambil air ditemani dengan Ryan, sedangkan Heri tetap di posisi untuk menjaga Danil takutnya terjadi apa-apa.

Setelah mengambil air mereka pun melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di pintu rimba, tiba-tiba Danil menahan mereka semua dan mengambil sepotong kayu sambil berkata,

"Pegang kayu ini sama-sama".
"Untuk apa Nil?"
"Udah pegang aja"
Mereka semua menuruti kata-kata Danil dan memegang kayu yang diambil Danil tadi.
Kemudian dia lanjut dengan kata-kata yang buat bulu kuduk merinding,

"Siapa pun yang mengikuti kami cukup sampai sini aja, terimakasih kalau memang berniat menjaga kami ".

Setelah itu dia melempar kayu tersebut ke arah semak-semak yang berada di belakang mereka.
Sontak aja Ibob bertanya
"Kenapa Nil?"
"Nanti aku cerita pas di bawah"

Dengan rasa was-was dan hati bertanya-tanya mereka lanjut perjalanan menuju rumah kakek tempat mereka menitipkan motor.

Saat keluar dari ilalang tunggi yang berbentuk seperti gerbang itu, hawa dan suasana langsung berubah drastis dari hawa tadinya menyeramkan sekarang udah biasa dan hati terasa plong, dan ga ada beban.

Sesampainya di Rumah kakek yang sekarang sudah menjadi basecamp, dengan wajah yang mulai terlihat segar kembali Danil membuka pembicaraan.

"Kalian mau tau kenapa aku diam aja dari tadi, kenapa aku ambil kayu dan ngomong kayak tadi?"
"Kenapa ?" Sahut kami.

Danil akhirnya menjelaskan apa yang dia lihat selama peejalanan pulang.

"Jalan pulang tadi, dari awal masuk hutan kita di ikuti sama sosok kakek-kakek berpakaian serba putih dengan jenggot dan rambutnya juga putih sosok kakek itu juga bawa tongkat kayu di tangannya mirip kali sama kiyai, tapi kayaknya beliau ga ada niat ganggu atau celakai kita, dan yang anehnya kalau kita lari dia ikut lari, kita jalan dia ikut jalan, kita berhenti kakek itu juga berhenti tapi tetap jaga jarak sekitar 3 meter dari kita kalau kita berhenti kakek itu tetap berdiri memandang ke arah kita, aku mau kasi tahu kalian tapi seolah mulut ku tertahan untuk bicara. Kayaknya kakek itu jagain kita" jelas danil

Waktu di pos satu tadi kakek itu berdiri di belakang ku di dekat pohon besar" sambung Danil.

Bulu kuduk benar-benar merinding badan terasa lemas mendengar penjelasan danil.
Apalagi saat berjalan tadi Ibob lah yang posisinya paling belakang, berarti dia yang paling dekat dengan sosok kakek yang dilihat Danil itu.

Akhirnya Ibob juga buka suara tentang apa yang dilihatnya sore kemarin tentang Danil yang tiba-tiba memakai baju serba putih dan memanggilnya dari tebing depan goa.

Jadi selama perjalanan itu mereka dijaga oleh orang tua yang mengenakan baju serba putih itu, gak tau kenapa kakek itu menjaga mereka.

Berhubung mereka baru pertama, akhirnya Ibob bertanya ke mereka sambil bergurau.
" gimana? Kapok gak naik gunung?"
Dengan kompak mereka menjawab 
"Enggak lah,"
"Kecuali di ganggu sama penunggu situ terus ga pulang kita, iya ga mau lagi aku" jawab Danil sambil tertawa.
Akhirnya kami pulang ke rumah dengan selamat dan dengan perasaan yg campur aduk.
Dan disitu Ibob mengambil kesimpulan bahwa kakek itu sedang melindungi perjalanan mereka dari gangguan jin lain penunggu gunung ini.

Intinya tidak semua jin itu jahat dan tidak semua jin itu punya niat untuk mengganggu kita.
semua tergantung niat kita, kalau niat kita baik maka baik pula yang di dapat dan sebaliknya ketika kita memiliki niat yang buruk maka buruk pula yang kita dapat.

Beberapa tahun kemudian kami berempat sudah jarang berkomunukasi karena kami sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ibob merantau ke Pekanbaru, Danil lulus sebagai Abdi Negara, Heri tetap di kampung tetapi sudah menikah dan memiliki anak, Ryan juga pergi merantau jauh ke Bali.
Karena tuntutan pekerjaan mereka belum bisa kembali mendaki bersama lagi.

Juni 2019 Ibob pulang ke kampung dan mendaki gunung yg sama dengan teman-teman lain setelah 7 tahun berlalu suasana yang sangat berbeda dia rasakan saat mendaki.
Sekarang sudah di buka untuk umum sudah di bangun basecamp sumber air sudah berpindah dari pos 1 ke pos 2 dan ada drum penampung air, suasana sudah tidak se alami dulu lagi.

Dulu seakan ini gunung milik mereka tapi sekarang udah milik bersama, perjalanan pulang pergi selalu bertemu dengan pendaki lain dan sudah terdapat papan penunjuk jalan.
Bahkan bunga edelweis yang dulu menyambut dan menemani perjalanan, kini seakan bersembunyi di semak belukar.
Mungkin akibat longsor yang terjadi karena gempa atau akibat ulah tangan-tangan jahil manusia serakah yang memetiknya.

~~~SELESAI~~~



close