Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAKDIR YANG TIDAK BISA KULAWAN (Part 1)


Cerita di mulai pada saat aku berusia 7 tahun, aku memiki kelebihan yang tak di miliki anak lain, ya.. aku dapat melihat makhluk yang tak kasat mata, mungkin kalian menyebutnya dengan mahkluk halus. Aku menyadari hal ini pada saat usia saya 7 tahun, dan akupun sering melihat berbagai penampakan, walaupun hanya samar-samar dan terlihat seperti kabut/bayangan, mungkin karena waktu itu aku masih masih kecil.

Perbedaanku dengan anak Indigo lainnya, sampai detik ini aku hanya bisa melihat mereka, merasakan kehadiran mereka dan melihat aura seseorang. Tidak seperti anak indigo lain yang bisa menerawang bahkan bisa melihat masa depan, aku tinggal di sebuah kota besar yaitu Jakarta, dan di rumah yang di bangun sendiri oleh ayahku dan sudah lama aku tinggal disini, aku memilik Kakak perempuan, Adik perempuan dan tentunya ayah dan ibuku, perbedaan umurku dengan kakak-ku hanya beberapa menit, ko bisa? Ya.. aku lahir kembar dengan kakak perempuanku, kalau dengan adik-ku, aku terpaut 7 tahun, waktu itu aku masih duduk di kelas 1 SD, begitupun dengan kakak-ku dan anehnya kakak-ku tidak memiliki bakat sepertiku, aku juga tidak tau alasannya mengapa, mungkin gusti Allah sudah menghendakinya.

Suatu hari aku sedang bermain gamebot dan sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba ibuku teriak memanggilku dan kakak-ku, sebut aja Dina.
"Kevinn.. Dinaa... Jangan lupa sholat maghrib" teriak ibuku dari lantai bawah.

Aku dan dina kakak-ku memang tinggal di lantai atas tapi berbeda kamar.

"Iya mahhh..." sontak aku menyaut.

Sekedar informasi waktu itu aku anaknya SUPERR MALASS kalau di suruh sholat, aku hanya berpura mengiyakan, aku bukan anak bandel tapi niatku untuk sholat itu belum ada, berbeda denganku, kakak-ku Dina yang rajin menunaikan ibadah, dan sering mengomeliku, tapi tidak pernah mengadu kepada ibu/bapak.

Waktu itu jam 18.10 aku turun ke lantai bawah untuk bermain dengan adik-ku, adik-ku waktu itu masih berusia 4-6 bulan (aku lupa berapa tepatnya), ketika aku turun ibu memanggilku.
"Kevin udah sholat?" Tanya ibuku.

"Sudah dong mah" dengan polosnya berbohong.
Lalu aku pergi menghampiri Rina, itu nama adik-ku, saat aku tiba di kamar ibu, tiba-tiba adik-ku menangis kencang sekencang-kencangnya, aku lantas bingung, "emang mukaku kaya setan."

Dan tak lama ibuku menghampiri.
"Kevin adiknya jangan dibuat nangis" ucap ibuku dengan nada mengomel.

"Engga ko mah, sumpah tadi pas kevin dateng tiba-tiba Rina nangis" jawabku dengan mimik memelas,
Lalu ibuku menggendong Rina yang sedang menangis itu dan membawanya keluar kamar, tapi kenapa tiba-tiba perasaanku langsung tidak enak, bulu kudukku merinding hebat, seolah-olah ada perintah untuk jangan menengok ke atas, namun aku beranikan diri untuk menengok ke atas dan...

"ARRRGGGHHH...!!!" Teriaku sambil menangis..

Aku melihat seorang wanita berwajah sangat pucat dengan mulut menganga, dan seluruh matanya putih, rambutnya membentang dari ujung langit ke langit yang lain, tangan dan kakinya menempel ke tembok seperti cicak, ya seperti cicak!

Sontak aku menangis sekencang-kencangnya, kaki-ku lemas, seolah dia menatap tajam ke arahku..

Aku hanya bisa berdiri dan menjerit ketakutan, sampai ibu dan kak Dina menghampiriku..
"Ya allah kevin kenapa?" Sambil memeluku.

"Itu bu di atas bu" jariku sambil menunjuk ke atas.

"Ada apa di atas? Ga ada apa-apa" seru ibuku sambil mengelus pungungku.

"Gak ada apa-apa ko dek, mungkin adek salah liat" seru kakak-ku yang juga khawatir.

"Bener ko kak itu di atas" lalu aku kembali beranikan diri untuk melihat ke atas, dan benar saja makhluk itu sudah menghilang.

"Kamu kebanyakan nonton film horor sih sama bapakmu, jadi ya kamu ngebayangin aneh-aneh" seru ibuku.

Aku coba berfikir tenang dengan air mata yang terus mengalir dan napas yang begitu sesak, tak lama ibuku membawakan segelas air putih.

"Nih minum dulu vin biar kamu enakan"

"I..ya bu, tapi kevin malem ini ga mau bobok sendiri, maunya sama kak dina"

"Ia nanti bobok sama kakak ya" seru kakak-ku,
Kakak-ku ini sangat dewasa bila di bandingkan denganku, walaupun umur kami hanya berbeda beberapa menit.

Ya.. Itulah pertama kali aku bisa melihat makhluk secara jelas, bukan seperti bayangan atau kabut yang biasa aku lihat, dan kehidupanku di sekolah pun mulai berubah, karena bangunan sekolah ku ini cukup tua dan masih banyak pohon-pohon bringin yang berdiri semakin menambah kesan horor pada sekolah ku, dan tentunya tidak terkecuali penghuni disana, bukan penghuni yang dapat terlihat oleh orang lain, melainkan makhluk-makhluk halus yang bersemayam disana.

Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah bersama kak dina, kak dina 1 sekolah denganku dan dia juga masih kelas 1 SD sama sepertiku, namun kelas kami berbeda, aku di kelas 1-A dan kak Dina 1-B, Ketika pelajaran di mulai aku meminta izin ke guru untuk BAB di kamar mandi lantai 2, sepanjang lorong sekolah memang sangat sepi, karena waktu itu semua murid dan guru sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, ketika aku berjalan di lorong yang panjang itu aku selalu merasa di awasi, bahkan sampai ada suara memanggilku "Kevinnn, sini mainn duluu," suara pria yang serak, lalu aku menengok ke arah suara itu berasal, namun nihil. Aku tidak dapat melihat siapapun, karena aku takut aku langsung berlari ke arah toilet, dan sampailah aku di toilet, ketika aku sedang ingin buka celana tiba-tiba ada suara ketukan cermin.

"Tak..tak...tak" lantas aku mencoba mengintip dari dalam pintu toilet, dan aku tidak melihat siapapun.

"Palingan ada murid lain yang iseng." gumamku,
Lalu ketika saya sedang menutup pintu toilet tiba-tiba "BRAAKK !" ada yang membanting pintu toilet di sebelah.

"Jangan iseng dong tolong, aku jadi gak bisa konsen nih, udah di ujung juga !" Seruku, yang menganggap bahwa itu masih keisengan murid lain.

Namun tiba-tiba LAGI.. ya... LAGI, aku merasakan hawa yang sangat tidak enak, dan mencium bau melati yang sangat kuat, sampai bulu kudukku merinding, dan aku merasakan ada yang melihatku dari arah atas, lalu aku mengumpulkan keberanian untuk mencoba menengok ke atas namun aku tidak cukup berani melakukan itu, dan akhirnya aku lebih memilih untuk memakai celanaku, bahkan aku belum sempat memakai gesper, dan aku lari terbirit-birit, esoknya aku sangat takut pergi ke sekolah karena sering di ganggu oleh penghuni di sekolahku, lalu aku beranikan diri untuk tetap berangkat.

Masa-masa SD pun aku lewati dengan ketakutan, tak terasa aku sudah menginjak kelas 6 SD, dan aku sudah mulai terbiasa dengan gangguan-gangguan itu.

Sampai suatu saat aku bertemu dengannya..

***

Ada seorang anak pindahan dari sekolah lain sebut saja namanya Riyan, ya Riyan pindah dari sekolah dasar yang masih berada di daerah jakarta, kalau aku tidak salah mengingat alasan pindahnya, dia pindah karena rumahnya juga pindah ke daerah sini, mungkin karena orang tuanya tidak mau pusing lantaran jarak sekolah lama dan rumah baru mereka cukup jauh, maka Riyan di pindahkan ke sekolah kami, Riyan berpenampilan seperti murid SD kelas 6 seperti biasanya, namun "aneh" gumamku dalam hati, ya karena baru kali ini aku merasakan aura/energi seseorang bisa sedahsyat ini, "apa dia sepertiku" kembali gumamku.

Oiya hubunganku dan teman-temanku di kelas sangat baik semenjak kejadian kelas 1 itu, karena aku mencoba menutupi semua, karena aku tidak mau di cap anak aneh, bahkan beberapa temanku yang pernah sesekali aku ajak berbicara tentang hal Ghaib jadi sangat penasaran mendengar ceritaku. 

Tibalah jam istirahat di mulai, aku tidak tau mengapa tatapanku langsung tertuju terhadap Riyan yang sedang di kerumunin teman-teman sekelas, terutama Wanita. Ya karena memang dia cukup tampan, tidak lama berselang setelah kerumunan itu pergi aku coba berbicara padanya.

"Oi Riyan, salam kenal ya" sambil menyodorkan salam kepadanya.

"Oi juga, boleh tau nama kamu?" Lalu riyan juga membalas salamanku.

"Panggil aja kevin, oiya rumah kamu di mana ya?"

"Rumahku di jln. ****" jawab Riyan.

"Wahh deket tuh aku juga tinggal di dekat situ, kalo nanti pulang bareng mau?"
Lalu riyan mengiyakan ajakanku.

"Memang benar, ada yang aneh dengan anak itu, energinya terlalu besar" gumamku dalam hati, yang tidak dapat fokus memperhatikan kelas karena selalu terfikir hal itu.

"Krringggg... Kriiingggg" tibahlah jam pulang sekolah, aku lalu mengajak Riyan pulang bareng dengan berjalan kaki, karena jarak ke rumah kami tidak terlalu jauh. Hari itu kak Dina tidak bisa ikut pulang bersama kami karena dia harus mengikuti kegiatan Pramuka di sekolah.

"Yan, boleh tanya sesuatu yang agak aneh gak?"

"Ya tanya aja vin, aku tau kok kamu ngajak aku pulang karena kamu ngerasa ada yang aneh sama aku kan?"

Dalam batinku, bagaimana dia tau? Bagaimana dia mengetahui kalau aku memang punya maksud lain, lalu aku kembali bertaya.
"Eh.. Gak juga kok yan, apa kamu pernah ngeliat makhluk lain selain kita? Seperti hantu?"

"Hahaha, ya aku bisa melihatnya dengan jelas, dan aku juga bisa berbicara dengan meraka."

Aku langsung lemas, ya lemas karena kevin berani mengajak mereka berbicara, kalau aku, aku lebih baik pura-pura tidak melihatnya atau menghiraukannya.

"Ka..kamu serius yan? Apa kamu sama sepertiku?"
"Aku berbeda darimu vin, aku tidak mempunyai bakat dari lahir, tapi karena aku menginginkanya.."

Aku tidak terlalu hafal detail pembicaraan kami waktu itu, seingatku Riyan dimasukan ke pengajian atau tepatnya perguruan oleh sang ayah sejak kelas 2 SD, karena ayahnya juga salah satu murid di pengajian itu, tapi berbeda dengan dukun dan ilmu hitam lain-nya yang kurasakan, waktu itu aku melihat energi dari Riyan memang sangat kuat, tapi aku tidak takut, aku malah nyaman ketika berbicara panjang lebar dengan-nya, seolah aku merasa aman kalau aku di dekatnya...

Pertemanan kami semenjak itu mulai makin akrab, aku telah lulus SD bersama kak Dina dan tentunya juga Riyan, dan aku memutuskan untuk masuk ke SMP negeri di jakarta, yang dimana kak Dina dan Riyan juga ikut kesana...

***

Wanita di lorong sekolah

Akhirnya aku menjadi murid SMP dan mengenakan seragam putih biru, aku juga harus mengikuti kegiatan orientasi selama 3 hari yang mana menurutku itu sangat tidak penting, dan beruntungnya aku kembali dapat kelas yang sama dengan Riyan, ya.. Dia teman dekatku, semenjak kepindahannya hampir setiap hari aku bermain bersama, dan sayangnya aku lagi-lagi tidak dapat sekelas dengan kak Dina, semoga di kelas 2 nanti aku bisa sekelas dengan mereka sekaligus.

Setelah masa orientasi selesai, akhirnya aku memulai kegiatan belajar mengajar, di hari pertama aku duduk di bangku SMP, sama seperti SD ku, aku masih banyak melihat berbagai penampakan di sekolah ini, dan menurutku lebih banyak disini, padahal gedungnya belum terlalu tua jika di bandingkan dengan SD ku yang terlihat TUA walau sudah di renovasi beberapa kali, aku melihat banyak sekali kuntilanak di bawah pohon yang dekat lapangan basket, dan gunderuwo yang berdiri tegak di ujung kantin sekolah, dan masih banyak yang lain, aku hanya menghirukan mereka.

Sampai suatu saat, ketika aku sedang berjalan di lorong menuju ke kantor Kepala sekolah, aku melihat wanita cantik menggunakan seragam SMP yang sudah agak menguning dan dekil, dia jongkok di sebelah lorong dengan muka yang putih dan cantik, namun dia sedang menangis sesak, dan ya.. aku tau itu bukan manusia, dan lagi.. aku hanya menghiraukannya dengan bulu kuduk yang merinding, namun ketika aku melewatinya, "kamu bisa lihat aku?" DEG !.. aku langsung berhenti sejenak, dan seketika aku begitu ketakutan, hingga aku mengeluarkan keringat yang begitu banyak, lalu kembali aku menghiraukan-nya, "tolong aku, aku tau kamu bisa melihatku" dan lagi-lagi aku hanya berlari meninggalkan-nya, tapi hatiku seolah ingin berbalik dan melihatnya, karena rasa takut, akhirnya saya tetap berlari menuju ruang Kepala sekolah, karna harus memberikan kue titipan ibu, ya Kepala sekolah ini dan ibu saya dulu berteman sejak kuliah, dan ibu menyuruh saya dan kak dina sekolah di sini mungkin ada kaitan-nya dengan hal itu..

Ketika aku kembali, dan aku masih melihatnya di sana, tapi.. dia sudah di posisi berdiri, bulu kudukku merinding hebat, aku sangat ketakutan, aku mencoba mencari jalan ke kelas lewat jalan lain, namun tidak ada, cuma ini jalan yang bisa kutempuh untuk menuju kelasku, dengan memberanikan diri aku berlari sekuat tenaga, dan tepat ketika melewati dia aku langsung menutup mata dan menutup kupingku, "kumohon, aku tidak akan menyakitimu" secara spontan setelah mendengar suaranya, aku langsung berhenti hanya beberapa meter darinya, aku tidak tau apa yang membuatku berhenti, aku ketakutan, kaki-ku lemas, aku ingin lari, namun hati kecilku berkata untuk berhenti, "apa mau mu? Aku tidak bisa membantumu" seruku sambil menahan rasa takut.

"Aku ingin kamu menolongku, aku tau kamu bisa, hanya kamu yang bisa"

Dengan suara seperti wanita yang menangis sesak aku kembali menjawab.
"Aa..aku tidak bisa, minta tolong saja ke yang lain" seruku, dan aku langsung berlari meninggalkannya, kembali ke kelas, namun kembali hati kecilku seperti berbisik, dengarkan dia, tolong dia. Namun aku menepis itu semua.

Ketika sampai ke kelas dan duduk di bangku, sontak Ryan bertanya kepadaku.
"Habis ngeliat hantu wanita yang di lorong itu ya?"

"Eh.. Kok kamu tau? Kamu ngeliat tadi?"

"Enggak, tadi aku juga liat dia di situ." Jawan Riyan.

"Ya tadi dia minta tolong sama aku, tapi aku gak mau aku takut" jawabku.

"Hahaha, tadi aku liat dia memang menatapku tajam, seperti ingin meminta tolong, namun sebelum dia berbicara, langsung aku bilang, aku mau nolong kamu, tapi aku gak bisa nolong kamu." Jawan Riyan.

"Ehh.. Ko gitu? Kenapa kamu gak bisa?" Balasku.

"Ya.. Mungkin hanya kamu yang bisa" serunya sambil senyum.

Aku hanya diam dan mencoba berfikir kenapa harus aku? Kenapa Ryan gak bisa? Kan dia lebih hebat dariku, dia bisa mengusir makhluk halus, sedangkan aku? Aku hanya bisa lari.

"Kenapa aku? Apa yang masih bisa aku lakukan?" Aku terus membatin, tak habisnya aku membuat pertanyaan monoton seperti itu, terus terulang di dalam fikiran, aku ingin meminta bantuan, dan memohon kepada tuhan, tapi aku malu kepadanya, ya.. Aku bahkan sangat malu untuk meminta 1 permintaan saja, karena aku tidak menuruti perintahnya untuk sholat, pergi ke masjid, maupun membaca kitab-nya. Namun ketika Aku bertanya kepada Riyan, "aku tidak tau, tapi aku yakin kamu bisa melakukannya, karena kamu istimewa, tidak sepertiku, aku buatan, aku tidak punya bakat dri lahir sepertimu" gumam Riyan, dengan senyum tengilnya waktu di sekolah kemarin.

Lalu aku teringat tawaran Ryan untuk bergabung dengan perguruan-nya, yang berpusat di bogor, perguruan-nya ini sudah banyak memiliki cabang di setiap daerah, di jakarta saja sudah lebih dari 10. Riyan adalah seorang murid suatu perguruan Ghoib, seperti yang aku sebutkan sebelumnya, Riyan bukanlah anak berbakat sepertiku, berbeda denganku, aku tidak ingin memiliki keistimewaan ini, namun dia, dia sangat menginginkan-nya. Riyan beberapa kali selalu mengajaku untuk bergabung ke perguruan-nya, karena dia yakin aku akan menjadi orang yang lebih hebat darinya.
"Mungkin aku akan tau jawaban-nya, ya.. aku akan bergabung" gumamku dalam hati.

Lalu aku segera menelfon Riyan untuk bertemu dengan-nya, lalu ia bilang akan bermain ke rumahku sehabis sholat isya, Riyan adalah sosok yang sangat rajin dalam beribadah, semenjak kelas 2 SD/semenjak dia bergabung dengan perguruan itu, dia tidak pernah melewati 1 sholat pun, dia sering ke masjid untuk sholat berjamaah, dan hebatnya dia sudah hafal hampir seluruh isi dari Al-Qur'an, termasuk pengkajian-nya.. 
Begitulah dia, sosok yang membuatku nyaman ketika bermain dengan-nya, bahkan mungkin sekarang aku lebih dekat dengan-nya, dari pada kak Dina, karena aku takut membuat beliau khawatir, sampai detik inipun aku tidak pernah memberitahukan kemampuanku padanya.

Tak terasa Riyan sudah ada di depan rumahku, lalu terdengar di bawah suara ibu yang mempersilahkan Riyan untuk naik ke lantai 2 untuk bertemu denganku,
"Woi vin, maen PS tapi kenapa mukamu cemberut" ledeknya sambil membuka pintu kamarku.

"Biasa lah, aku masih mikirin yang tadi"

"Ohh haha, kirain kenapa, oiya tumben tadi kamu gal mau ngomong via telfon." Sambung Riyan.

"Iya yan, oiya ajakanmu untuk bergabung ke perguruanmu masih ada kan?"

"Tentu saja, tapi kamu yakin ingin masuk kesana? Kok mendadak gini?" Jelas Riyan.

"Iya yan, aku udah memantapkan hati, karena aku ingin lebih mengenal lebih dalam diriku, aku tidak mau selamanya seperti ini."

"Hmmm.. Ya udah besok sehabis maghrib kamu ke rumahku ya, nanti aku bilang dulu sama ayah, terus sehabis itu kita langsung ke perguruanku, untuk sholat isya bareng." Pinta Riyan padaku.

Setelah pembicaraan serius kami, akhirnya Riyan mengajaku bermain PS, tidak kerasa waktu sudah menunjukan pukul 9.20 PM, dan akhirnya Riyan pun pulang.

Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, dan tentu saja aku sangat amat menghindari untuk berjalan di lorong itu, ya.. lorong dimana aku selalu bertemu dengan hantu wanita itu. Dan nasib apes pun kembali menghampiriku, aku di suruh guru untuk ke ruang Kepala sekolah, katanya ada yang mau di omongkan, lalu aku terdiam sebentar, "bagaimana kalau nanti aku bertemu hantu wanita itu" gumamku dalam hati, lalu untuk berjaga-jaga aku mengajak Riyan untuk ikut, dan Riyan hanya menahan tawa, dan mengangguk, dia tau kalau aku takut kalau sendiri untuk melewati lorong itu.

Lalu aku dan Riyan berjalan keluar kelas untuk bertemu Pak Kepsek, dan sampailah aku di lorong tersebut, lagi-lagi aku melihat sosok itu, tapi ini berbeda, ya sangat berbeda hantu wanita itu berdiri di tempat kemarin, namun penampilan-nya menjadi bersih, baju yang kemarin dia kenakan yang sudah menguning, kini begitu putih bersih, dan wajahnya tidak pucat lagi.
"Apakah dia melakukan itu agar aku tidak takut dengannya?" Gumamku pelan, lalu ketika sudah hampir beberapa meter dengan hantu itu.
"Kevin, tolong aku" suaranya berubah !.. Suaranya tidak menakutkan seperti kemarin, lalu aku menengok ke arah Riyan, Riyan hanya tersenyum. Dan dia bilang kepadaku, sambil mengentikan langkah kami berdua yang tepat di depan hantu wanita itu, "vin.. Lebih baik kamu dengarkan dia dulu" seru dia.

"Lalu aku bilang, jangan sekarang, jangan sekarang aku belum siap, aku masih butuh beberapa waktu untuk mendengar pertolonganmu" sambil berdiri ketakutan, walaupun dia sudah merubah penampilan-nya secantik itu, aku tetap berfikir dia hantu, lalu aku mengajak Riyan untuk cepat berjalan, dan akhirnya kami pergi meninggalkannya.

"Kasian vin, sudah dandan cantik-cantik gitu, masih kamu cuekin dia hahah" seru Riyan sambil tertawa.

"Huss ngaco kamu.. Nanti yan, mungkin setelah aku masuk ke perguruan-mu, aku dapat memantapkan mentalku untuk berbicara dengan-nya, dan aku janji itu"
Dan Riyan hanya menanggapi dengan senyuman.

Tiba juga jam pulang sekolah, aku, Riyan dan kak Dina, seperti biasa pulang bersama. Namun aku masih memikirkan wanita itu, ya.. Wanita di lorong itu sangat membuatku penasaran, apa yang dia inginkan.
"Kamu kenapa vin? Kok murung" seru kak dina yang terlihat khawatir.

"Ahh.. Enggak kol kak, lagi mikirin tugas pak Edward aja tadi, banyak banget" sautku dengan kaget melihat raut muka kakak-ku yang khawatir.

"Boong tuh Din, dia lagi mikirin si Hani, hahaha" saut Riyan dengan nada meledek.

"Tawa teruss tawaa" sautku dengan cetus.

Kak dina terlihat tertawa, aku bersyukur raut wajah yang khwatir telah hilang berganti senyuman.

"Maaf ya kak, aku belum bisa jujur" gumamku dalam hati.

Oiya Hani yang di sebutkan oleh Riyan adalah teman sekelasku juga, dia memang cukup cantik dengan rambut sebahunya, kami memang sering berbincang dan berdiskusi, namun hanya membahas tentang sekolah dan pelajaran, namun teman-teman di kelas menganggap aku menyukai Hani, padahal aku hanya menganggapnya teman.

Setelah Maghrib aku pergi ke rumah Riyan untuk menagih janjinya, yaitu mengajaku bergabung ke tempat perguruan-nya.
"Assalamuallaikum.. Riyaann" seruku di depan pintu rumah Riyan.

"Ohh Nak Kevin, masuk sini nak, gimana mama sehat?" Sambil membukakan gerbang, ibunda Riyan bertanya padaku.

"Alhamdullilah bu sehat, Riyan-nya ada?" Sambil aku mengulurkan tanganku untuk salim.

"Oh ada, masuk aja dia masih ngaji"
Lalu aku masuk kerumahnya, dan di suruh menunggu di ruang tamu, dan ibunya menyuguhkanku Sirup.

Sekitar 10 menitan aku menunggu, Riyan pun keluar kamar dan menghampiriku.

"Vin di kamarku aja yuk"

Lalu aku mengikutinya untuk masuk ke kamarnya, disana Riyan memberiku beberapa nasihat.
"Vin, nanti kalu disana kamu yang sopan ya, cukup diam dan mendengarkan, dan cukup berbicara ketika di tanya"
"Oh ok yan siap, tapi misal aku mau nanya gimana?" Balasku.
"Nanti juga di tanya, tenang aja" jawab Riyan.
"Hah? Maksud ya?" Balasku penasaran.

Riyan hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku, sambil mempersiapkan peci dan beberapa perlengkapan lain-nya.
"Yuk vin udah telat nih kayaknya" serunya sambil mengajakku keluar kamar.

"Maahhh... Riyan sama Kevin ngaji dulu ya" Aku dan Ryan segera mencium tangan ibunya, untuk berpamitan.

Tibahlah aku di sebuah rumah berukuran sedang, berlantai 1.
"Yuk vin buru, udah mulai tuh sholat isya-nya"

Lalu aku mengikutinya, aku dan Riyan sudah mengambil air Wudhu di rumahnya.
Ketika aku masuk rumah itu tepatnya di ruang tamu, yang sudah di rapihkan untuk kegiatan pengajian, WUUSHHH !!.. aku tidak berlebihan menggambarkan gambaran energi itu, ya.. Seperti itu yang aku rasakan, begitu kuat, tapi aneh.. aku merasa sangat nyaman di sini, energinya sangat positif.

Setelah selesai sholat, dan merapihkan sajadah, pengajian pun di mulai.
Tak lama Riyan pun mengenalkan saya kepada guru-nya,
"Misi bi' saya bawa murid baru yang sudah saya beritahu abi sebelum-nya"

(Para murid disini memanggil dengan sebutan Abi dan nama Abi itu kita sebut aja Abi iwan, nanti saya akan memberi penjelasan tentang struktur pengajian di tempat ini, namun saya tetap akan merahasiakan nama-namanya)

"Ohhh dia, kamu yakin mau masuk kesini?"
"Insyallah bi, saya siap" balasku dengan sopan.
"Disini gak ada kata insyallah, hanya ada 2 kata SIAP dan TIDAK"
"Saya SIAP bi !." Aku menjawab beberapa pertanyaan Abi, namun ada 1 pertanyaan, bukan. Ini bukan pertanyaan ini seperti memberi tau, "cantik juga vin yang ngikutin kamu."

DEGG.. !! Aku terdiam sejenak karena kaget, aku ingin bertanya siapa yang Abi maksud, namun seperinya aku tau siapa yang mengikutiku, dia.. Ya pasti dia yang mengikutiku adalah Wanita di lorong itu...
Tapi kenapa? Kenapa aku tidak sadar? Aku harusnya menyadari itu, lalu ketika aku menghadap kearah Riyan, dia hanya tersenyum, ya.. Riyan tau selama ini wanita itu. Mengikutiku? Namun kenapa dia tidak bilang?
Lalu ketika batinku penuh dengan pertanyaan Abi pun bilang.
"Tenang aja vin, dia gak akan nyakitin kamu, tuh dia nunggu di luar, gak berani masuk"

"Tapi kenapa bi kenapa saya yang harus di ikuti?"

"Karena kamu istimewa, karena kamu yang akan menyelamatkan-nya"

Saya hanya menganggukan kepala.

"Oiya karena murid cabang sudah terlalu banyak, nanti kamu sama ibrahim ya."

Ibrahim adalah salah satu murid yang sudah di angkat menjadi Guru ranting, nanti akan aku jelaskan lebih detail.

Lalu kegiatan mengaji kami di lanjutkan dan tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.00 PM dan pengajian pun selesai.
"Kevin nanti kamu Minggu malam ke rumahku ya" sambil memegang pundakku.

"Oh ia A', tapi saya gatau rumah a'a" Saut ku.

"Riyan tau ko, nanti minta anterin aja" saut a'a ibrahim.

Lalu saya dan Ryan melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Di tengah perjalan aku bertanya,
"Yan kenapa kamu tidak cerita bahwa wanitu itu mengikutiku? Dan mengapa aku tidak dapat merasakan kehadirannya?"

***

Oke disini aku akan menjelaskan struktur pengajian ini..

Pusat berada di bogor, dan Guru besar dari pengajian ini di panggil Abah dan istrinya di panggil UMI

Dan memiliki banyak cabang, dan yang bertanggung jawab di setiap cabang di sebut "ABI" dan di bawahnya juga masih ada "Guru Cabang dan Guru Ranting" Guru cabang bertugas untuk menggantikan ABI jika tidak dapat memimpin pengajian di CABANG, dan Guru Ranting memiliki pengajian sendiri di rumahnya, tentunya masih dalam naungan Cabang tersebut, dan A' ibrahim bertugas sebagai guru ranting.

***

"Yan kenapa kamu tidak cerita bahwa wanitu itu mengikutiku? Dan mengapa aku tidak dapat merasakan kehadirannya?"

"Aku hanya tidak mau kamu panik vin." Jawab Riyan.

"Apa kamu tidak bisa mengusirnya agar dia tidak bisa mengikutiku"

"Aku merasa kasihan padanya vin, Sepertinya dia memiliki beban yang sangat berat hingga Roh-nya tidak tenang." Jelas Riyan padaku.

"Dia Jin yan. Kan kamu sendiri yang bilang, Jin itu menyerupai orang yang telah meninggal untuk menggagu manusia"

"Sayang-nya dia bukan dari golongan Jin seperti yang kamu bilang" jelas Riyan lagi.

"Lalu dari golongan apa dia?"

Ryan membalas dengan senyuman "tidak lama lagi kamu akan tau"

Apakah aku tidak takut di ikuti olehnya? Awalnya tidak, namun setelah aku mengetahui bahwa dia mengikutiku aku sangat takut, sampai-sampai aku mengajak Riyan untuk menginap di rumahnya, namun Ryan menolak.
"Mungkin maksud dari Abi iwan memberitahumu tentang hal itu, supaya kamu berani menghadapinya vin, cobalah kau lawan rasa takutmu"

Memang ada benarnya perkataan Riyan, mungkin saja aku memang harus melawan rasa takut itu sendiri. Ketika aku sampai di rumah, ingin rasanya aku tidur bersama kak dina di kamarnya, karena rasa takutku kian melunjak, kaki-ku lemas. Namun aku tegakkan badanku, dan kukumpulkan keberanianku. "Kalau tidak kumulai sekarang, kapan lagi."

Sesampainya di tempat tidur, aku mencoba untuk tidur, tapi rasanya sangat sulit, aku mencoba menguling-gulingkan badanku, untuk mencari posisi yang nyaman, namun aku masih tidak dapat tenang, perasaan takut masih menyelimutiku sampai tak terasa sudah tengah malam, akhirnya aku memutuskan untuk sholat tahajud untuk menenangkan jiwaku. Selesai sholat, benar saja hati dan jiwaku terasa lebih tenang, pikiranku segar. Lalu aku kembali mencoba untuk tidur dan tak terasa akhirnya aku tertidur...

..."kevin, maafkan aku" terdengar suara wanita yang begitu jelas tepat di depanku.

Ketika aku membuka mata, aku begitu terkejut, aku melihat hantu wanita yang berada di lorong itu, dengan tatapan mata yang begitu sayu, dan linangan air mata terus menetes dari matanya, namun dia mencoba untuk tersenyum di depanku.

"Apakah ini mimpi?" Gumamku dalam hati.

..."kevin, maafkan aku, aku sama sekali tidak berniat menakutimu"

"Siapa kamu sebenarnya?" Ucapku ketakutan.

"Namaku yuni, aku hanya ingin meminta sebuah pertolongan kepadamu."

"Kau ingin aku melakukan apa?" Balasku.

"Aku ingin kamu...
Sebelum aku mengetahui apa yang ingin Yuni katakan, tiba-tiba aku terbangun dari mimpi, tapi.. Kenapa Kak Dina ada di sini? Kenapa dia memeluku dengan begitu erat? Dan kenapa dia menangis?.

"Vin ini kamu kan? Ia kan?" Tanya kakak-ku sambil memeluku dengan erat, dan dengan air mata yang masih mengalir dari matanya.

"Iya kak ini kevin, kakak kenapa" sautku yang merasa begitu kaget melihat situasi ini.

"Tadi kamu seperti mengobrol dengan seseorang, ketika kakak hampiri, hanya ada kamu, dan kamu ngomong sendiri, ta..tapi suara kamu seperti perempuan" sautnya dengan isak tangis yang tak terbendung, tapi dia coba menahannya agar orang tua kami tidak mendengarnya.

Kepalaku begitu sakit, aku kembali mengingat-ingat, dan aku baru sadar ternyata tadi aku kesurupan oleh wanita itu, mendadak aku begitu kesal dengan wanita itu, tapi melihat wajah Kak Dina yang begitu khawatir aku coba menahan seluruh amarahku.

"Yaudah kak, aku kan udah gapapa, kakak balik tidur lagi sana istirahat" pintaku ke kak Dina.

"Gak !.. Kakak gak mau, kakak gak mau ninggalin kevin, pokoknya malem ini tidur bareng kakak" sautnya dengan nada membentak dan masih menahan isak tangis yang membuat dia sedikit sesak nafas.

Lalu aku mengangukan kepala, tanda bahwa aku setuju. Kalau kalian bilang aku takut dengan Kak Dina. Ya aku memang takut kepadanya, aku takut ketika melihat ia menangis, takut melihat ia khawatir, takut melihat ia sakit, dan aku lebih takut kehilangannya, tidak tau mengapa setiap permintaan yang muncul dari mulutnya, aku tidak pernah bisa menolaknya, sampai-sampai aku rela melakukan apapun untuk melihat senyum di wajahnya.

Akhirnya aku dan Kak Dina pun tidur di kamarku, akupun terlelap karena merasa begitu lelah, karena itu pengalaman pertamaku di rasuki oleh makhluk halus. Ketika aku bangun, aku melihat ke arah Kak Dina yang masih memeluk-ku, kulihat di wajahnya masih ada bekas air mata yang ia keluarkan saat menjagaku, sebenarnya aku tidak tega untuk membangunkannya, karena hari ini adalah Hari Jumat dan kami di haruskan untuk berangkat sekolah. Dengan mata yang masih sayup dia terbangun dan langsung mengelap air matanya.

"Kevin udah bangun? Udah gapapa kan?" Seru dia yang masih sangat khawatir atas kejadian semalam.

"Ia kak udah gapapa" sautku.

"Sholat subuh bareng yuk kak, nanti aku Imamin" 

Sontak wajah kakak-ku berubah kaget, ya.. baru kali ini aku mengajaknya untuk sholat, karena biasanya aku malas untuk sholat, semenjak aku masuk ke perguruan itu, aku sudah membulatkan tekat, aku harus menjadi pribadi yang lebih baik.

Setelah sholat dan sarapan kami pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak ke sekolah hanya 10-15 menit dari rumahku.

"Kakak gak akan bilang sama papah dan mamah, asal kevin mau cerita kenapa bisa gitu." Tanya kak Dina.

"Gapapa kok kak, kevin cuma kecapean aja soalnya abis belajar semalaman."

"Hmmm. Yaudah maka-nya mulai sekarang kalau belajar inget waktu. Sama satu lagi, Awass kalo kakak liat kamu nonton film horor lagi."

"Ia kak" saut ku dengan wajah menunduk.
Tapi aku tau Kak Dina mengetahui kalau aku sedang menyembunyikan sesuatu, aku yakin itu. Mungkin karena dia juga tidak mau melihatku tertekan atas kejadian semalam.

Aku tidak mau kejadian semalam terulang dan aku bulatkan tekad untuk menghampiri hantu wanita itu di lorong itu. Ketika jam pelajaran matematika tiba aku beralasan sedang tidak enak badan dan izin untuk pergi ke UKS, kenapa aku tidak menghampirinya pada jam istirahat? Karena pada waktu istirahat akan banyak murid di lorong itu, dan aku tidak mau di CAP anak aneh, karena berbicara sendiri. ketika aku tiba di lorong itu, Aneh.. aku tidak melihat hantu wanita itu, aku coba memanggilnya, karena aku sekarang tau bahwa namanya ialah "Yuni", aku mencoba memanggil beberapa kali namun tidak ada tanggapan. Setelah sekian lama mencari, aku masih belum dapat menemukan-nya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali besok. Dan tetap NIHIL, aku tidak dapat menemukan-nya di setiap sudut sekolah, bahkan aku sempat bertanya kepada Hantu Anak kecil yang berada di kebun belakang sekolah, namun ia bilang sudah tidak pernah melihatnya lagi, "Aneh sekali" gumamku, kenapa dia menghilang setelah kejadian itu, apakah dia sudah pergi ke alam sana, tapi jika memang dia sudah pergi ke alam sana, kenapa masih ada perasaan janggal, perasaanku mengatakan dia masih ada di sini. Tapi dimana?.. Bahkan aku pernah bertaya ke Guru di perguruanku, apakah wanita itu masih mengikutiku, dan Guruku bilang hantu wanita itu tidak mengikutiku lagi. Namun Guruku mengatakan. "Suatu hari nanti dia akan kembali kepadamu."
"Kenapa tidak sekarang" gumamku.

Hari demi hari berganti, setiap aku ke sekolah pasti aku sempatkan untuk mencarinya, namun hasilnya tetap NIHIL, aku masih juga belum dapat menemukan-nya. Sampai suatu hari aku menyerah, banyak tanda tanya yang mengisi penuh otaku, dan mengapa di saat aku sudah mulai memberanikan diri dia malah menghilang, mungkin suatu saat dialah yang akan mencari dan datang padaku.

Tidak terasa hari ini adalah hari kelulusanku dari Bangku SMP, dan Band ku mendapatkan kesempatan untuk manggung di acara kelulusan itu, aku bermain menjadi Gitaris, ya walaupun hanya sekedar bisa dan gak jago-jago banget. dan 1 hal yang membuatku kaget waktu itu, Hani teman sekelasku yang sudah kuceritakan sebelumnya, dia meminta untuk foto beresamaku, lalu dia meminta no. telfon dan YM ku, karena Hani wanita yang ku kenal ini biasanya tidak pernah melakukan hal tersebut, lalu aku bertukar CP (Contact Person) dengan-nya. Aku akui aku memang cukup dekat dengan-nya dari kelas 1 SMP hingga sekarang, namun baru kali ini kita bertukar CP. Dengan senyuman khas-nya yang begitu indah, dan geraian rambutnya yang kini sudah mencapai bahu.
"Vin nanti jangan lupa sama aku ya, nanti kalo aku kangen, pasti aku chat" seru dia dengan senyuman di wajahnya.

"Ohhh jadi kalo cuma kangen doang" saut ku dengan nada sedikit sebal.

"Gak usah cemberut, muka udah kaya donald bebek masih aja cemberut" dengan nada meledek dia langsung pergi meninggalkanku sambil melambaikan tangan.

"Mungkin aku bakal beneran kangen sama senyum itu" gumamku pelan.
Ya karena Hani mendapatkan nilai UN yang sangat tinggi maka dia dapat masuk ke SMA Negeri unggulan.

Sebenarnya nilaiku waktu itu di atas rata-rata namun tidak tinggi juga, jadi aku bersyukur masih mendapatkan SMA Negeri lainnya. 

Berat rasanya meninggalkan sekolah ini, sekolah dengan ribuan kenangan di dalamnya, aku begitu menyukai sekolah ini, disini aku mendapatkan begitu banyak teman yang cukup baik denganku, bahkan aku sampai berpamintan dengan beberapa makhluk halus di sekolah ini, seperti hantu anak kecil di kebun belakang sekolah dan Hantu Wanita di dekat masjid sekolah, dan tentunya mereka bukan Jin yang jahat yang suka menjaili manusia. Namun secara tidak sadar kenapa aku berjalan ke Lorong ini? Ya.. Lorong dimana aku pertama kali bertemu dengan Hantu wanita itu "Yuni". Sampai saat di hari terakhir aku menginjak sekolah ini pun, aku masih belum dapat menemuinya, "yuni.. Kamu dimana..!" dan secara tidak sadar kalimat itu muncul dari mulutku, aku berteriak di lorong itu, untung ya waktu itu di lorong sedang tidak ada siapa-siapa. "Aku akan menunggumu sampai hari dimana kau datang kepadaku" gumamku dalam hati sambil berjalan meninggalkan lorong itu.

Teman akrabku Riyan juga memutuskan untuk masuk ke SMK dan otomatis aku akan berbeda sekolah dengan-nya nanti, karena Riyan tau ayah dan ibu-nya mungkin tidak akan mampu menguliahkan-nya, karena itu dia lebih memilih masuk ke SMK, dengan harapan agar dapat langsung bekerja setelah lulus nanti. Tentu saja aku masih akan sering bertemu dengan-nya di tempat pengajian kami.

Sedangkan Kak Dina. Dia mendapat Predikat murit terbaik di sekolahku, dan juga mendapat nilai UN tertinggi di sekolahku, apakah dia akan masuk ke SMA unggulan? Tidak. Dia lebih memilih 1 sekolah denganku, padahal aku sudah berkali-kali bilang kepadanya agar sekali-kali mementingkan dirinya sendiri, jangan terus khawatir denganku. Namun apa daya, Kakak-ku ini mewarisi sikap keras kepala seperti ayahku, dia tidak mengubris perkataanku. Namun kalau boleh jujur, aku senang dapat 1 sekolah lagi dengannya. 

Lalu ketika aku sampai di rumah, aku memutuskan untuk mengistirahatkan badan dan tidur sebentar setelah Sholat Ashar. Karena di acara kelulusan itu aku menjadi salah satu Panitia dan harus membantu menyiapkan segala yang di butuhkan. Namun ketika aku tertidur, aku kembali mendengar suara itu. Ya... Suara yang tidak asing denganku, "selamat ya kevin" saya yakin 100% INI SUARA DIA !...

Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan mencari sumber suara itu. Suaranya berasal dari teras lantai 2 rumahku, ketika aku berlari menghampiri suara itu, dan sampai di teras. Tanpa aku sadar, Mataku mengeluarkan air mata..

"Ini kamu kan?"

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya
close