Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI DAN DUNIA ASTRAL (Part 15) - Ribuan Hewan Berbisa


Tapi bagaimanapun ia sekarang telah menjadi seorang istri,milik dari seseorang suami yang bahkan mungkin suaminya belum pernah melakukan pembunuhan, seorang pria tampan dan berkepribadian halus yang berasal dari kalangan manusia. Walau ia belum mengenal suaminya dengan baik, tapi ia dapat merasakan dari aura yang terpancar, kalau suaminya itu bukanlah pria jahat. Ada aura kedamaian dan kesejukan saat berada didekatnya.

"Pantaskah wanita sepertiku, yang tangan dan kakiku pernah berlumur darah, menjadi istri baginya? Sekalipun orang yang kubunuh adalah memang mereka yang pantas dibunuh. Dapatkah aku menjadi istri yang baik ?" Renung Dewi Yuna, dengan hati yang gundah.

"Mengapa tadi aku menyuruhnya pergi? Mengapa aku tidak mengajaknya ke kamar bersamaku? Bukankah ia telah resmi menjadi suamiku, bukankah kewajiban seorang istri berbakti kepada suaminya, akankah ia membenciku?" Gumamnya getun, dengan menghela nafas panjang.

"Bagaimana kalau bunda Ratu sampai tahu, Jaka Indi suamiku tidak berada bersamaku, dan aku telah memintanya pergi."

"Aiihh..! Kenapa aku jadi bersikap aneh begini?" Dewi Yuna lantas menepuk kening dengan telapak tangan kanannya, lalu bangkit dari bak pemandian air hangat dan segera membasuh tubuhnya dengan handuk putih. "Aku harus segera meminta maaf dan menjemputnya."

Setelah berpakaian semacam pakaian gaun warna merah jambu, dan dengan menggunakan mantel panjang warna hitam di bagian luarnya, Dewi Yuna bergegas menggunakan kuda unicorn menuju ke-kediaman Jaka Indi di pavilliun Kaputran. Tak lama sampailah Dewi Yuna didepan gerbang Pavilliun Kaputran, dan dengan petunjuk prajurit Dewi Yuna dengan mudah menemukan tempat kediaman Jaka indi. Saat Dewi Yuna mendekati pintu kamar Jaka Indi, seorang pengawal yang menjaga disekitar kediaman paviliun Kaputran memberitahu, kalau Raden Jaka Indi sedang berpergian menggunakan Kereta kencana, bersama dua pengawalnya.

"Ouh..! Tahukah kemana perginya?" Tanya Dewi Yuna.

"Maaf.., saya tidak tahu tuan putri, tidak ada prajurit yang tahu kemana perginya tuan Raden.." Kata pengawal tersebut menjelaskan.

"Tidak apa-apa, biar aku menunggu didalam saja." Ujar Dewi Yuna.

Tatkala memasuki kamar Jaka indi, terlihat meja masih terisi buah-buahan yang masih utuh, hanya ada sisa mangkuk bubur sarang burung walet yang telah habis termakan,, pada sisi bagian belakang dekat kamar mandi ada dapur kecil, tapi tidak ada cukup bahan-bahan makanan dan rempah-rempah yang tersedia yang bisa diolah, menjadi masakan, maka pergilah Dewi Yuna ke bangunan Induk Kaputran, dan meminta bantuan pada dayang di dapur utama agar menyediakan bahan-bahan makanan yang diperlukan, setelah mendapatkan bahan-bahan makanan yang diperlukan Dewi Yuna kembali ke kamar Jaka Indi, dan mengolah serta memasak bahan makanan sarang burung walet yang disukai Jaka Indi.

Sekejap saja dua mangkuk sarang burung walet telah tersaji dimeja makan, beserta beberapa buah segar yang telah teriris dengan potongan kecil-kecil, serta dua buah air kelapa muda yang juga sudah siap diminum.

Waktu demi waktu berlalu.., tapi suaminya Jaka Indi belum juga kembali, untuk menghilangkan kejenuhan, Dewi Yuna membuka mantelnya lalu meletakannya pada sandaran kursi, kemudian dilanjutkan dengan membaringkan tubuhnya di satu-satunya dipan pembaringan yang ada..

***

Dinginnya udara malam dan tiupan angin malam yang kencang, terasa bagaikan menggigit kulit dan menusuk tulang, jalan panjang yang pekat membentang sejauh ratusan mil dalam gelapnya udara malam yang dingin.

Sebuah kereta melaju dari arah utara. Roda-rodanya menggilas permukaan tanah memasuki kawasan hutan alas purwa yang masih perawan. Kereta kuda yang ditarik sepasang kuda unicorn membawa Jaka indi mulai melesat cepat di atas permukaan tanah, kemudian melayang di udara melalui atas Hutan Alas Purwa. Jaka Indi menguap, seraya menjulurkan kakinya. Di dalam kereta terasa cukup nyaman, tapi perjalanan ini entah mengapa, rasanya sungguh terlalu sepi.m, Jaka Indi merasa bahwa kesepian adalah hal yang paling menyebalkan dalam hidupnya, namun saat ini justru kesepianlah yang menemaninya.

Adanya aksi pertunjukan setiap tengah bulan Purnama di danau Asmoro, merupakan daya tarik yang kuat bagi Jaka Indi untuk mengusir rasa sepinya. Jaka indi kembali melanjutkan pertanyaannya,
"Hai.. pengawal, berapa lamakah acara seputar Danau Asmoro berlangsung?"

"Kalau selama bulan purnama, seperti ini, berlangsungnya setiap tengah bulan, mulai tanggal 13,14 dan 15 pada setiap malam mulai matahari tenggelam, sampai sekitar Jam 12 malam, malam bulan Purnama seperti ini adalah malam yang paling ramai dan paling meriah dengan berbagai aneka atraksi pertunjukan, tapi kalau setiap malam selasa kliwon, banyak didatangi para peri terkait dengan ritual tertentu.."

"Berendam di air atau mandi di Danau Asmoro pada malam selasa kliwon dipercaya bisa membersihkan para peri dari pengaruh buruk dan menghilangkan energi negatif-

-Berkumpulnya para peri Pria dan wanita di danau asmoro ini, juga menjadi ajang mencari Jodoh dan tidak sedikit yang mendapat pasangan." Tutur pengawal wanita tersebut dengan tersenyum.

Dalam pertengahan perjalanan di hutan alas purwa, Jaka Indi tiba-tiba mendengar suara nada irama seruling yang mendayu.hanya saja iramanya seolah menyedot sukma membuat mereka yang mendengarkan ingin menuju tempat beradanya suara tersebut. "Pengawal kita turun dahulu. Aku ingin mengetahui siapakah yang tengah malam meniup seruling di hutan ini?" Kemudian pengawal menurunkan dan menghentikan kereta diarea tengah hutan yang cukup lapang, lalu Jaka Indi turun dari kereta tersebut.

"Pengawal pergilah terlebih dahulu ke Danau Asmoro, nanti pada waktunya aku akan menyusul." Ucap Jaka Indi.

"Ahh.., tidak bisa Raden !!" Tugas utama kami adalah mengawal Raden, kami tidak bisa meninggalkan Raden sendiri ditengah hutan ini. kata salah satu Prajurit pengawal yang berpostur gagah dan tegap.

"Kalau begitu tunggulah kalian disini. Jangan tinggalkan tempat ini sebelum kedatanganku kembali."

Kemudian Jaka Indi mengeluarkan Keris Kyai Sengekelat yang bersinar kebiru-biruan, lalu dengan ujung keris menggores ketanah, dibuatlah garis lingkaran yang besar mengelilingi kereta kencana, seraya Jaka Indi membaca surah al-falaq. Setelah itu Jaka indi berkata kepada kedua pengawal..

"Aku telah membuat prrisai ghaib untuk melindungi kalian, Ingat apapun yang terjadi, jangan sampai kalian keluar dari lingkaran ini."

"Baik Raden, kami akan menunggu disini sampai Raden kembali."

Kemudian melesatlah Jaka Indi menuju sumber suara seruling berasal. Tiba-tiba terdengar bunyi suara seruling yang berubah iramanya dari nada mendayu menjadi nadanya melengking tinggi. Di atas permukaan tanah Alas Purwa sekonyong-konyong muncul bayangan hitam yang merayap-rayap dalam jumlah yang sukar dihitung, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang panjang, ada yang pendek, dan ada banyak suara mendesis yang menggidikkan hati, yang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam kegelapan malam sukar diketahui benda apa yang merayap dan bergerak tersebut, hanya terendus bau amis kuat yang menusuk hidung. Jaka Indi masih berlari ke depan menuju sumber suara seruling. Mendadak tampak sekelebat bayangan seseorang yang melayang cepat menuju salah satu pohon yang tinggi. Jaka Indi juga melesat ke-salah satu pohon untuk mengetahui apa yang bergerak-gerak dipermukaan tanah dan apa yang sesungguhnya terjadi. Pada saat Jaka Indi berada di atas salah satu dahan pohon, jaka Indi melihat ada seekor ular berbisa, dan kadal berbisa,yang merayap turun dari atas pohon menuju kebawah. Saat ular berbisa itu merayap didekatnya, dengan menggunakan Keris Kyai sengkelat Jaka Indi menggores tubuh ular yang melintas didekatnya, yang membuat ular tersebut mati seketika dan jatuh kebawah.

Diwaktu Jaka Indi melihat kepermukaan tanah tampak beribu-ribu hewan melata berbisa, sedang berbondong merayap bersama menuju kearah yang sama, ada ular berbisa, kelabang, kalajengking, laba-laba hitam, dan berbagai macam hewan berbisa lainnya yang bergerak menuju sumber suara seruling itu ditiup.

Dalam kegelapan malam, sekonyong-konyong terdengar suara jeritan seorang wanita memecah keheningan malam, yang suara jeritannya penuh rasa ngeri dan ketakutan. Jaka Indi segera melompat dari atas pohon tempat persembunyiannya dan berlari menuju sumber suara, kedapatan seorang wanita yang sedang dalam keadaan gemetar ketakutan karena melihat beberapa binatang melata berbisa yang menuju dirinya. Seketika Jaka indi menyambar tubuhnya dan me-mondongnya ketempat yang masih kosong dari mahluk melata berbisa tersebut, lalu dengan ujung keris kyai sengkelat dan dengan membaca surah al-falaq Jaka indi membuat garis lingkaran yang cukup untuk mereka berdua.

Tampak ribuan mahluk melata yang berbau amis, menuju sumber suara seruling berlalu melewati tempat dimana Jaka indi dan wanita itu berdiri. bayangan kecil yang merayap-rayap di permukaan tanah alas purwa itu sudah mengepung rapat Jaka indi dan ada beberapa ekor di antaranya sudah berada di dekat kaki mereka. tapi tak satupun dari binatang merayap tersebut yang dapat memasuki lingkaran yang Jaka Indi buat. Wanita yang diselamatkan Jaka indi terlihat ketakutan dan terus mendekap tangan Jaka Indi dengan erat, tubuhnya tampak bergetar keras.

Terdengar suara, "Sreet-sreet-sreett" yang ramai, dalam sekejap saja seekor babi hutan yang tak sempat menyelamatkan diri sudah berubah menjadi seonggok tulang. termakan habis kawanan ular dan hewan melata yang berbisa itu. Ada rasa jijik dan mual.., saat Jaka Indi melihat banyaknya binatang melata yang berbisa sehingga hampir saja tumpah isi perutnya. Saat ia Perhatikan wanita yang diselamatkannya, ternyata ia adalah salah satu wanita utusan dari kerajaan Malayapada.

Sedang wanita utusan Malayapada langsung dapat mengenali Jaka Indi penolongnya. Sebelum ini tidak pernah ada pria yang melihat tubuhnya dalam keadaan setengah telanjang, tentu saja ia sangat mengingat pria yang telah ikut memeriksa dirinya dalam keadaan berpakaian yang sangat minim. Sementara itu kedua tangan wanita tersebut masih menggenggam erat lengan Jaka indi.

"Nona siapakah nama nona, mengapa tengah malam nona ada sendirian ditengah hutan Alas Purwa ini?"

"Aku Kaniya, Raden, aku tersesat di hutan ini Raden." Jelas Kaniya dengan gugup.

Jaka Indi merasakan, kalau ada hal yang disembunyikan Kaniya, tapi Jaka Indi tidak terlalu mempersoalkannya.

"Nona Kaniya.., tinggallah dalam lingkaran, jangan sekali-kali keluar dari lingkaran ini, sampai aku kembali."

"Raden mau kemana? "Jangan tinggalkan aku Raden."

Kali ini kedua tangan Kaniya menarik tangan Jaka Indi merapat ke tubuhnya.

[BERSAMBUNG]
close