AKIBAT GUNA-GUNA
JEJAKMISTERI - Ayahnya Fafa adalah seorang PNS di sebuah kabupaten disalah satu provinsi di Sumatera, beliau sangat berprestasi, dengan prestasi yang di milikinya itu beliau bisa menarik perhatian atasannya dengan cepat, karir beliau menanjak sejak tahun 2004, hingga jabatan beliau diangkat hingga menjadi kepala dinas kantor.
Sungguh karir yang sangat gemilang dan Fafa tau persis itu bukan dari jalur menjilat, itu karena usaha dan ayahnya yang memang mempunya prestasi, tapi disisi lain itu menjadi sisi yang dibenci oleh orang lain.
Akhir 2009 ayahnya Fafa jatuh sakit, dan sakitnya itu aneh, hingga akhirnya beliau meninggal tepat setelah adzan ashar pada tanggal 25 desember 2010.
Ayahnya Fafa tutup usia diumur 50 tahun.
*******
Awal cerita.
Mereka tinggal dirumah barunya ini tepatnya th 2006 saat ayahnya berhasil membangun rumah ini walaupun masih banyak yang harus di selesaikan disana sini, mereka memutuskan untuk pindah kesini, setelah sebelumnya mereka tinggal di rumah dinas dan di rumah dinas itu mereka sekeluarga sering banget mengalami gangguan mistis.
Ibunya Fafa sudah tidak tahan lagi dengan keada’an di rumah sebelumnya hingga akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah barunya ini.
Diawal-awal tahun pindah kerumah barunya ini Fafa mengira mereka akan bebas dari gangguan mistis, tapi ternyata tidak.
Awalnya mereka tidak tahu kalau gangguan mistis itu akibat guna guna yang sengaja dikirim orang lain, atau karena memang rumah ini lama kosong selama proses pembuatan?, ditambah lagi tanah yang dipakai rumah ini dulunya bekas sawah.
Di rumah barunya ini adiknya Fafa yang nomor 2 sering banget mengalami ketindihan (terbangun dari tidur dalam keadaan tidak bisa bergerak), sementara adiknya yang nomor 3 sering banget dihantui sosok makhluk halus.
Pernah pada suatu hari sa’at ia masih terjaga ditengah malam, tiba-tiba ada yg memukul pintu rumah dengan sangat keras, tapi setelah dilihat tidak ada siapa-siapa, pernah juga sa’at adiknya yang nomor 3 masih bangun pada jam 2 dini hari, ada telapak tangan besar sedang mencengkram punggungnya, hingga membuatnya ketakutan.
2 tahun telah berlalu, di awal tahun 2008 Fafa pernah bermimpi, tapi mimpi itu terasa sangat nyata, di dalam mimpinya Fafa melihat ada 7 ekor harimau putih, 1 induk dan keenam anaknya.
Sosok harimau putih putih itu sedang bermain-main mengitari sebuah kolam yang berada di dekat rumah gadang di kampungnya, kebetulan di belakangnya rumah gadang itu ada bangunan rumah yang disambung.
Waktu itu Fafa berdiri diteras atas itu sambil melihat para harimau itu dan harimau itu terlihat sangat tenang, tidak jahat dan tidak mengganggu, Fafa mengabaikannya dan akan beranjak pergi dari teras tempat dia berdiri, tapi belum sempat Fafa beranjak pergi, se’ekor harimau putih yang tadi dilihatnya itu langsung merlompat keatas dan ingin menerkamnya, Fafa sangat ketakutan dan reflek dia langsung berlari berlari masuk rumah lalu menutup pintu, tepat disa'at Fafa menutup pintunya, kuku-kuku harimau yang tadi ingin menerkamnya itu menancap di pintu tepat didepan mata, jadi telat sedikit saja Fafa menutup pintu itu, kuku-kuku harimau itu bisa-bisa menerkamnya, Fafa selamat dari terkaman para harimau itu.
Dengan nafas sesak Fafa terbangun dari mimpinya.
Beberapa hari kemudian, Fafa kembali bermimpi melihat se’ekor harimau putih yang ukurannya sebesar kerbau sedang berjalan seolah mencari mangsa, dengan nafas sesak Fafa bersembunyi sambil coba menahan nafasnya hingga akhirnya Fafa terbangun, dia terbangun dengan sesak nafas.
Tak lama dari mimpi-mimpi aneh yang di alaminya itu Fafa mengalami sakit kulit yang sangat aneh, hampir 80% tubuhnya ditutupi penyakit itu, bernanah dan bau.
Penyakit itu awalnya hanya kecil di bagian betisnya, tapi tidak lama kemudian memenuhi seluruh betisnya.
Fafa berobat ke orang pinter atau bisa dibilang soerang tabib di kampung halaman pacarnya yang sekarang menjadi suaminya, dia pergi berobat bersama ayah dan ibunya.
Setelah dilihat-lihat ternyata penyakitnya Fafa ini tidak wajar, kata beliau yang mengobati,
"Ini adalah guna-guna”.
Sebenarnya sasarannya adalah ayahnya Fafa tapi karena waktu itu Fafa yang kondisinya sedang lemah, jadi Fafa lah yang terkena.
(Jadi telat sedikit lagi bisa-bisa dia tidur di daun pisang)
Mendengar perkata’an beliau ayahnya Fafa bertanya,
"Siapa pelakunya pak?",
"Tak perlu tau, cukup kita obati saja", jawab tabib yang mengobati Fafa.
Beliau berdo’a dan mengobati Fafa dengan rempah-rempah dedaunan yang dicampuri genangan air mata dari perih aroma daunan itu.
Ketika sedang mengobati tidak sengaja Fafa mendengar ucapan dari tabib itu,
"Kuat sekali anak ini, pasien ku yang lain, pada lari terbirit ku kasih obat ini".
Dan ucapan itu menjadi penyemangatnya Fafa untuk berobat, dia yakin dia bisa sembuh.
Singkat cerita, sepulang dari berobat Fafa malah muntah-muntah dan hilang selera makan, padahal dia harus menyusun skripsinya waktu itu.
Jadi terpaksa sambil berobat Fafa tetap berusaha mengurus skripsinya, walaupun kakinya terasa sakit untuk berjalan, karena nanah yang keluar dari lukanya itu dengan mudah menempel ke bajunya, sehingga sangat sakit ketika kain itu sudah menempel erat di lukanya, dan kalau sudah menempel untuk melepasnya pun susah, jika dilepas maka nanah bercampur darah akan mengalir deras seperti air.
Dalam hati Fafa menangis,
“Kenapa aku aku mengalami nasib ini?”.
Singkat cerita tibalah waktunya Fafa untuk pergi berobat lagi, di perjalanan mereka bertemu dengan bupati yang merupakan atasan ayahnya.
Ayahnya Fafa menceritakan penyakit yang dialami Fafa itu dan apa yang di katakan tabib waktu itu kepada bupati.
Mendengar itu bpk bupati dan istrinya menatap kasihan kepada Fafa.
Entah benar-benar kasihan atau jijik melihat penyakitnya?
Setelah selesai mengobrol mereka lanjut berjalan untuk berobat.
Sesampainya di tempat tabib Fafa kembali di obati, ketika sedang mengobati tabib itu sangat terkejut karena penyakitnya Fafa ini sudah hampir ke seluruh tubuh.
"Kenapa sudah hampir ke seluruh tubuh?” Ucap tabib itu setelah melihat penyakitnya Fafa yang semakin parah.
Tapi Fafa masih tetap menunjukkan kalau dia kuat agar orang tuanya tidak semakin khawatir.
Tabib itu terus menempelkan daun sereh dan obat-obatan ke seluruh bagian tubuhnya Fafa yang sakit, dan sesekali ditaburi jeruk nipis.
(Bisa bayangin nggak sakitnya gimana?)
Sambil terus melantunkan do'a dan sholawat, Fafa terus diobati, hingga sebuah kalimat penuh emosi terucap oleh tabib itu,
"Dasar dukun kurang ajar, dia tau kau diobati, makanya dinaikkannya bisanya".
Fafa berteriak dan menangis,
"Ayah... Ibu... Ini sakit, aku ingin menyerah, biarlah dia orang itu membunuhku saja karena aku sudah tdk sanggup lagi".
Tapi wajah sedih kedua orang tuanya bisa menguatkan Fafa kembali, dalam hati dia berkata,
"Tidak aku tidak akan menyerah!".
Ibu dan ayahnya Fafa sudah menahan tangisnya waktu itu.
Lalu Fafa memohon kepada tabib itu,
"Bantu aku untuk sembuh om".
Pengobatan demi pengobatan, sakit demi sakipun dialami oleh Fafa dan beberapa bulan sudah berlalu, luka yang bernanah itu mulai mengering.
Pada suatu hari Fafa kembali ke tempat tabib itu untuk mengecek keada’annya yang hanya ditemani oleh neneknya.
Sesampai di tempat tabib, tabib itu membelah jeruk dibagi dua dan menggosokkan jeruk ke kedua betisnya Fafa, tidak lama setelah itu beberapa ekor belatung kecil mulai berloncatan keluar dari betisnya hingga membuat Fafa menahan jijik karena melihat belatung itu.
Tabib itu terus menggosok betisnya Fafa dengan jeruk yang sudah dibelah dua sambil berdoa.
Singkat cerita, beberapa minggu setelahnya, akhirnya Fafa berhasil disembuhkan, walaupun hingga saat ini masih meninggalkan bekas luka hampir sekujur tubuhnya.
Tapi kejadian aneh tidak berhenti disini, pernah pada suatu meja kaca yang berada di rumahnya yang baru dibeli tiga hari yang lalu retak dengan sendirinya, binatang berbisa alias ularpun sangat sering masuk ke dalam rumah, bahkan dengan posisi yang aneh.
Pernah sekali ular tersebut tiba-tiba sudah berada didepan kamarnya Fafa, ketika dia menyadari keberadaan ular tersebut, ular itu langsung masuk kesela-sela pintu kamarnya, lalu Fafa meminta adiknya untuk meletakkan kain di sela-sela pintu agar ularnya tidak bisa keluar, lalu adiknya keluar untuk mencari bantuan, sedangkan Fafa berjaga didepan pintu kamar untuk mengawasi ular tersebut.
Setelah mendapat bantuan kamarnya Fafa dibongkar, setelah dibongkar ternyata ular itu sudah tidak ada dan hilang begitu saja.
Kan aneh, padahal mereka sangat yakin tidak ada jalan keluar untuk ular itu, lagi pula dari tadi Fafa juga sudah mengawasi ular tersebut.
Ada juga kejadian aneh lainnya, waktu itu Fafa sedang mencuci piring, tiba-tiba (Prang.... Prang) dua gelas bergantian jatuh dari tangannya, dan sa’at itu Fafa merasa ada yang tidak beres, apa ini firasat?
Ternyata benar, tidak lama setelah itu ayahnya Fafa mulai sakit dan sakitnya itu perlahan memburuk, tubuhnya pun makin hari makin kurus.
Awalnya mereka sekeluarga mengira itu adalah efek samping dari obat yang pernah diberikan dokter, karena kebetulan ayahnya Fafa memang habis suntik untuk menghilangkan benjolan yg ada di lehernya. Secara medis, dokter bilang obat tersebut tidak cocok untuk penyakit beliau, sehingga ada efek
sampingnya.
Tapi selang beberapa minggu kemudian ada benjolan baru yang tumbuh didekat telinga ayahnya Fafa.
Melihat hal tersebut, temannya ayahnya Fafa menganjurkan agar beliau ruqyah.
Singkat cerita, mereka pergi ruqyah sesuai saran teman ayahnya tadi, dan menurut beliau yang meruqyah, ayahnya Fafa sedang diguna guna dan nama penyakitnya adalah tinggam.
(Tinggam adalah penyakit yang dibuat seseorang, semacam santet)
Fafa tidak percaya, bagi Fafa penyakit ayahnya itu murni medis, tapi rasa percaya Fafa mulai goyah disa’at ahli spritual lain juga mengatakan hal yang sama, bahwa penyakit ayahnya adalah tinggam.
Penyakit itu sengaja dikirim seseorang karena ada yang iri dengan karir ayahnya Fafa.
Selama ayahnya Fafa sakit, rumah yang ditempati ini seperti bising banget, sering kali loteng rumahnya terdapat bunyi seperti hantaman kayu, tapi akhirnya ayahnya Fafa berhasil disembuhkan, setelah sembuh beliau bisa kembali beraktifitas.
Hari demi hari berganti, kesehatan ayahnya Fafa kembali melemah, seperti kehilangan sebagian tenaganya, padahal biasanya beliau tidak seperti ini, selama ini beliau tidak pernah mengeluh dengan sakit yang di deritanya, tapi kali ini beda, beliau mengeluh dan bilang merasa sakit di bagian kepalanya.
"Apa aku akan mati?",
Kata-kata itu keluar dari mulut beliau, dan kondisinya makin hari makin drop.
Akhirnya ayahnya Fafa dirawat di salah satu rumah sakit di kota inisialnya P, dan dokter bilang ini adalah kanker dan dokter hendak mengoperasi benjolan yang ada di tubuh ayahnya Fafa itu.
Ketika akan di operasi tiba-tiba gula darah beliau naik sangat tinggi, padahal sebelumnya beliau tidak pernah menderita penyakit itu.
Lama di rawat sambil menunggu kondisi fisik beliau siap untuk dioperasi, di samping itu itu Fafa juga mencari pengobatan alternatif, hingga akhirnya Fafa bertemu dengan ahli spritual lain dan dia juga mengatakan kalau ayahnya Fafa itu kena tinggam.
Fafa berfikir mungkin dia telah syirik, tapi yang ada di dalam pikirannya waktu itu hanya satu, yaitu dia ingin ayahnya sembuh, ditambah sa’at itu hatinya terasa hancur melihat mata ayahnya yang sekarang juling secara mendadak, seperti ditarik sesuatu.
Fafa ingin teriak,
"Akan kubunuh kau yang sudah mengirim ini untuk ayah ku!".
Sore itu ketika ibu dan adiknya sedang berada di rumah sakit untuk menjaga ayahnya, di rumah Fafa sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk ritual pengobatan ayahnya, kemenyan dan jeruk 7 rupa sudah siap di racik sesuai arahan dr ahli spritual yang di temui itu, rendaman air jeruk 7 rupa dia percikan disepanjang rumah, kemudian membakar kemenyan dan di sapukan asapnya keseluruh rumah.
Setelah selesai Fafa memprhatikan setiap sudut rumah maupun comberan, apakah ada kotoran ke’esokan harinya?, ternyata benar di salah satu kamar di rumahnya tiba-tiba saja ada sejumlah kotoran tepatnya di comberan kamar mandinya.
Ritual demi ritualpun dilakukan, dan puncaknya adalah di malam hari.
Malam itu Fafa harus membongkar tanah taman bunga yang berada di depan kamar ayahnya, karena menurut hasil terawangan dari ahli spiritual itu, disitu akan ditemukan sejumlah paku dan kayu runcing di dalam tanah itu, dan waktu itu Fafa dibantu oleh om nya.
Dengan perasa’an deg-degan Fafa menunggu hasil galian om nya, dan ternyata benar didalam galian itu ada kayu yang melintang seolah memanah kearah kamarnya ayahnya dan sejumlah paku yang sudah karatan.
Kemudian Fafa menghubungi ahli spiritual yang di temuinya itu dan dia bilang kalau disitu memangn ada sebuah kayu runcing dan sejumlah paku.
Mendengar itu ahli spiritual bertanya,
"Bagaimana kondisinya?",
"Kayunya sudah rapuh dan patah-patah, sementara pakunya sudah karatan", jawab Fafa.
"Astagfirullah, itu artinya tubuh ayahmu sudah separah itu, perbanyaklah do’amu", jawab ahli spiritual itu kepada Fafa.
Lalu ahli spiritual itu berkata lagi,
“Sekarang bongkar tanah di depan pintu masuk, dia pindah kesana".
Fafa dan om nya bergegas membongkar tanah depan pintu rumah dan mengabaikan tatapan tetangganya, tapi usaha itu tidak membuahkan hasil.
Setelah ritual itu dilakukan, siang harinya ayahnya Fafa minta ke dokter untuk pulang, beliau berucap,
"Saya mau pulang 2 - 5 hari saja dirumah, kasur besar saya sudah menunggu dirumah".
Waktu itu kesadaran ayahnya Fafa sudah sangat menurun.
Singkat cerita, setelah satu minggu beliau dirumah, ibunya Fafa akhirnya memutuskan untuk kembali membawa ayahnya ke rumah sakit di kota (B), selama dirawat disana, ayahnya sudahh sangat jauh dari kesadaran, dan beliau kerap melihat sosok yang tidak kasat mata.
Fafa masih dengan ritualnya untuk menyembuhkan ayahnya dan pagi itu Fafa diminta ibunya untuk datang ke rumah sakit, dia datang dengan membawa obat-obatan dan ritual yang harus di mandikan ke ayahnya.
Di rumah sakit Fafa menyuapkan makanan ke ayahnya sambil bilang,
"Yah... Ini anak gadismu datang, ayok makan”.
Dan siang itu beliau bisa makan beberapa suapan, dan Fada tidak menyangka kalau itu ternyata hari terakhir Fafa bertemu dengan ayahnya.
Sore harinya Fafa disuruh pulang kerumah oleh ibunya meskipun sebenarnya dia tidak ingin pulang.
Sehabis ashar Fafa sampai dirumah, lalu dia mendapat telfon dari ibunya dan memberinya kabar kalau ayahnya Fafa sudah berpulang tepat pada tanggal 25 desember 2010.
(Ternyata 2 5 hari yang dibilang ayahnya kepada dokter waktu itu adalah tanggal 25).
Fafa tidak menangis, dia hanya diam, mukanya terasa dikerumuni sejuta semut, dia hanya diam menerawang, berkecamuk, marah dan ingin membunuh.
Semua perasaan itu menjadi satu, hingga akhirnya kesedihannya pecah sa’at dia mendengar mobil ambulance telah datang kerumahnya.
Ayahnya benar-benar sudah tenang, wajah beliau sangat terlihat muda dan tampan.
Ternyata surga menginnginkan ayahnya Fafa untuk tinggal disana, yang semasa hidupnya beliau adalah tempat curhat bagi Fafa, tempat dia mengadu, tempat dia bermanja, dan sekarang telah pergi untuk selamanya.
Derita ini belum selesai disini, Fafa menjadi linglung, berat badannya turun hampir 10 kg, tiap waktu magrib Fafa selalu menunggu ayahnya, berharap ayahnya mati suri dan kembali pulang dengan sehat, tapi yang ada hanya langit senja yang ditutupi hujan.
Dalam hati Fafa berkata sambil menangis,
"Ayah kenapa tidak pulang?".
Beberapa hari kemudian ahli spiritual yang tadi membantu Fafa bilang kalau guna-guna itu akan pindah ke dia, dan tanpa dia sadari selama beberapa minggu ini Fafa memang sering bermasalah, dan kata ahli spritual itu, mereka sekarang ingin menjadikan Fafa target, yang akan dilakukan adalah membuat Fafa tidak bisa BAB sampai perutnya membesar hingga akhirnya meninggal.
Mendengar penjelasan ahli spiritual itu Fafa terus diobati, disuruh minum racikan obat-obatan yang bisa membuatnya memuntahkan isi perutnya.
Di muntahannya Fafa itu awalnya seperti busa-busa hinga keluar darah berwarna coklat.
Fafa juga menjalani ritual mandi kembang, dan yang terakhir dia dimandikan di sungai yang deras agar penyakitnya ikut mengakir bersama sungai itu.
Ketika mandi di sungai itupun, di celananya Fafa masih mengeluarkan kotoran dan tidak tau dari mana asalnya.
Singkat cerita Fafa sembuh.
Dia tau kalau ritual yang di jalani itu mungkin syirik tapi Fafa sudah bertobat dan memohon ampunan, jika seandainya memang syirik.
Karena yang ada dipikirannya sa’at itu hanya kesembuhan ayahnya dan kesembuhan dirinya yang harus bertahan hidup demi ibu dan kedua adiknya.
Tak lama setelah ayahnya Fafa meninggal, Fafa mendengar berita dari orang kepercaya’an bupati, kalau ini adalah perkara politik, dan target mereka ada 4 yaitu bupati, dua orang kepercayaan bupati dan anak bupati.
Dua orang kepercaya’an bupati itu adalah teman ayahnya Fafa yang sudah lebih dahulu meninggal mendadak tanpa penyakit, dan satu lagi adalah ayahnya.
Sekitar 2 tahun lalu, anak bupati juga meninggal hanya sakit perut saja, tapi entahlah itu benar atau tidak hanya Allah yang tahu, tapi yang diyakini Fafa waktu itu adalah ayahnya sudah tenang di alam sana.
~~S E K I A N~~