DESA GAIB
JEJAKMISTERI - Awalnya mereka bukan 4 orang tapi 3 orang yaitu Topan, Fani dan Enggar.
Akhir-akhir ini mereka bertiga kecanduan dengan kegiatan mendaki gunung setelah sebelumnya mereka di ajak mendaki ke Gunung Sumbing oleh salah satu komunitas pecinta alam di kotanya.
Karena memang sudah ketagihan Topan membuat agenda untuk mendaki ke gunung Lawu bersama Fani dan Enggar. Setelah deal dengan rencana ke Gunung Lawu itu mereka berunding kapan dan dan via jalur mana.
Fani memberi saran agar mendaki ke Gunung Lawu via Cemoro Sewu aja karena jalur itu lebih terkenal rame oleh pendaki tapi Topan kurang setuju, dia menyarankan mendaki ke Gunung Lawu via Candi Cetho aja biar lebih menantang, karena setahu Topan jalur Cetho lebih asri dan masih kental akan hal mistisnya.
Topan memang orangnya cukup nekat dalam melakukan sesuatu dan mereka pun setuju dengan saran dari Topan, setelah berunding soal jalur mereka lanjut berunding kapan mereka akan berangkat.
Berhubung 1 minggu kemudian tepat masuk bulan suro Enggar memberi usul agar berangkatnya nanti pas suroan aja karena setahu Enggar gunung Lawu akan rame sa’at bulan suro.
Akhirnya semua rencana sudah deal, karena waktu itu mereka ini hanya ada 3 orang Topan meminta pada yang lain untuk mengajak 1 teman lagi untuk ikut dengan tujuan agar tidak ada yang berkendara sendiri nantinya mengingat mereka nanti akan mengendarai motor.
3 hari sebelum hari keberangkatan Fani memberitahukan pada teman-temannya kalau nanti ada 1 temannya yang mau ikut tapi sebelumnya temannya ini belum pernah mendaki gunung, alias masih sangat pemula.
Singkat cerita tibalah hari pemberangkatan. Mereka janjian untuk berkumpul di rumahnya Fani, Topan berangkat dan menjemput Enggar kerumahnya dulu baru setelah itu mereka berdua menuju ke rumahnya Fani.
Sesampai di rumahnya Fani terlihat disitu sudah ada Fani dan satu temannya yang akan ikut itu kemudian Fani memperkenalkan temannya itu pada Topan dan Enggar. Sebut saja temannya Fani itu adalah Agus.
Di rumah Fani mereka membagi peralatan yang akan dibawa nanti.
Nah berhubung waktu itu Agus ini masih di bilang pemula mereka tidak memberi Agus beban berat, dia hanya membawa perlengkapan pribadinya saja.
Tenda dan peralatan masak masuk kedalam carriernya Topan karena diantara mereka berempat bisa dibilang Topan ini yang paling strong, dia juga sudah terbiasa membawa beban berat di pendakian-pendakian sebelumnya.
Setelah semua sudah terpacking mereka pamit sama ibunya Fani dan mencium tangannya satu persatu setelah itu mereka berangkat dengan posisi Topan berboncengan dengan Enggar dan Fani berboncengan dengan Agus.
Di perjalanan mereka sempat salah jalan tapi dengan mengandalkan GPS di hp akhirnya mereka sampai di pos pendakian cetho tepat pukul 8 pagi. Sesampai disitu istirahat dulu baru kemudian meminta ijin ke pos pendakian.
Siang itu kondisi sekitaran pos cukup ramai oleh pendaki lain. Setelah mendapatkan ijin, perjalanan dimulai kurang lebih pukul 9 pagi..
Mereka berjalan membuntuti rombongan pendaki lain yang berjumlah 2 orang.
Di awal-awal perjalanan mereka tidak ada kendala apapun hingga sampailah mereka di pos 1. Di pos 1 itu mereka istirahat, sedangkan 2 pendaki yang mereka bututi tadi lanjut berjalan.
Ketika sedang istirahat di Pos 1 itu Agus terlihat ngos-ngosan, ya karena mungkin ini adalah pendakian pertamanya. Melihat itu Topan memberinya semangat, " Ayo Gus semangat Gus, di puncak Ada Indomaret nya". Ucap Topan bercandain Agus, agar dia semangat.
Tidak lama beristirahat di Pos 1 terlihat ada satu rombongan yang berjumlah 3 orang yang baru datang dan baru sampai di pos 1. Mereka rombongan itu tidak istirahat dan lanjut jalan sambil menyapa Topan dan rombongannya,
"Monggo mas", ucap salah satu pendaki itu dan Topan pun membalasnya,
(Mari mas)
"Injih monggo".
(Iya silahkan)
Kemudian Topan mengajak teman-temannya untuk melanjutkan perjalanan dan perjalanan pun kembali dilanjutkan dengan posisi Topan paling depan dan Enggar paling belakang.
Mereka berjalan membuntuti pendaki yang disapa tadi dengan jarak yang cukup jauh.
Di perjalanan menuju Pos 2 ini sesekali mereka mengajak Agus untuk ngobrol dengan tujuan agar capek yang dirasakan Agus tidak terasa.
Cukup lama berjalan akhirnya mereka sampai di pos 2 bersama'an dengan rombongan pendaki yang mereka buntuti tadi.
Nah di pos 2 ini terlihat Agus sudah sangat kelelahan, dia terduduk lemas di dalam bangunan Pos dan nafasnya sudah tidak beraturan, melihat itu Fani bertanya pada Agus,
"Kondisi gimana Gus?"
Sambil berusaha mengatur nafas Agus menjawab,
"Gila capek banget, puncak masih jauh ya?"
"Masih lama banget Gus, ini mah belum ada setengahnya", sahut Topan.
Mendengar itu Agus terlihat semakin lemas, dia sudah menghabiskan 1 botol air minum yang di bawanya.
Ketika sedang istirahat itu Topan mengobrol dengan 3 orang pendaki yang juga sedang istirahat di situ, ternyata mereka rombongan dari Jakarta, mereka sedang menyusul teman lainnya yang sudah duluan diatas.
Sekitar 20 menit istirahat rombongan asal Jakarta itu pamit untuk jalan duluan, melihat itu Topan juga mengajak temannya untuk melanjutkan perjalanan. Dengan berat hati Agus berdiri dari duduknya dan mengumpulkan semua tenaganya untuk melanjutkan perjalanan.
Perjalanan menuju ke selanjutnya ini mereka bareng dengan tiga orang asal Jakarta itu tapi waktu itu jalan Topan dan teman-temannya ini sangatlah lambat karena mengimbangi langkah Agus yang waktu itu terlihat sudah sangat kelelahan hingga akhirnya Topan dan teman-temannya tertinggal jauh oleh tiga orang asal Jakarta tadi.
Kira-kira di tengah perjalanan menuju pos 3 itu sering kali Agus mengajak mereka semua untuk istirahat di pinggir jalur. Ada kali kalau 5 kali berhenti.
Nah, di sini sebenarnya Topan sedikit kesal karena sebentar-sebentar harus berhenti tapi dia berusaha menyimpan emosinya itu karena mengingat Agus ini masih sangat pemula.
Ketika berhenti yang kelima kalinya akhirnya Topan ini tidak bisa menahan kesalnya karena waktu itu Topan membawa beban yang paling berat dan kalau keseringan berhenti itu akan membuat Topan juga kelelahan. Dengan nada sedikit kesal dia bilang ke Agus,
"Ayok Gus jangan sering-sering berhenti ntar malah capek"
Agus yang memang sudah benar-benar sangat kelelahan dia bilang,
"Kalian kalau mau duluan duluan aja enggak apa-apa, aku jalan pelan-pelan", jawab Agus yang sepertinya juga sedang menahan emosi.
Mendengar itu Enggar menyahut,
"Udah nggak apa-apa santai aja lagian juga masih siang kan"
Akhirnya Topan ngalah dia berusaha mengimbangi Agus walaupun sebenarnya beban yang dibawanya ini akan terasa semakin berat kalau keseringan berhenti.
Setelah cukup lama istirahat perjalanan kembali dilanjutkan, pelan-pelan akhirnya mereka sampai di pos 3.
Di pos 3 itu ada beberapa pendaki lain yang juga sedang istirahat termasuk rombongan asal Jakarta yang mereka temui di pos 2 tadi.
Nah di pos 3 itu, bisa dibilang Agus ini hampir nyerah, nafasnya benar-benar sudah tidak beraturan, sering kali dia bilang ke Fani agar mendirikan tenda disini aja. Melihat kondisi Agus yang seperti itu mereka berunding,
“Pan gimana nih Agus kayaknya udah gak kuat lagi?”, ucap Fani pada Topan, lalu Topan menjawab,
“Gpp santai aja, sebentar lagi sampai di pos 5 kok, ntar kita camp disana”.
Di pos 3 mereka istirahat cukup lama hingga satu per satu pendaki yang ada disitu bergerak melanjutkan perjalanannya. Melihat waktu yang sudah menjelang sore Topan mengajak yang lain untuk melanjutkan perjalanan dengan tujuan agar segera bisa sampai di pos 5 dan mendirikan tenda di sana, sering kali dia memberi semangat pada Agus, "Ayo Gus semangat, sebentar lagi sampai di pos 5 kok dan kita camp disana".
Perjalanan kembali dilanjutkan, tapi yang itu sebentar-sebentar mereka berhenti untuk mengimbangi langkah Agus.
Nah, hira-kira di pertengahan antara Pos 3 menuju pos 4 tepatnya ketika berhenti di pinggir jalur, Topan ini merasa semakin kesal sama Agus yang seringkali meminta berhenti tapi dia tidak mengucapkan secara langsung kekesalannya ini.
Merasa kalau semakin sering berhenti Malah semakin capek Topan berinisiatif untuk berjalan duluan, dia bilang enggak teman-temannya,
"Rek, aku jalan duluan ya pelan-pelan soalnya kalau keseringan berhenti ini tasku malah semakin berat".
Memang sih beban yang ada di tasnya Topan itu memang yang paling berat di antara yang lain.
Menyadari hal itu Fani dan Enggar mempersilahkan Topan untuk jalan duluan dan memintanya untuk menunggu di pos 4.
Topan kemudian bergegas jalan dulu dengan pelan dan meninggalkan teman-temannya yang masih istirahat di pinggir jalur.
Nah ketika sedang berjalan sendiri itu Topan bertemu dengan satu rombongan yang tadi juga Istirahat di pos 3, mereka sedang istirahat di pinggir jalur.
Topan menghampiri para rombongan itu kemudian salah satu renungan itu bertanya pada Topan,
"Loh mas perasaan tadi berempat kok skg sendirian?"
"Iya Mas, mereka istirahat di belakang karena kecapean", jawab Topan.
belum lama berhenti rombongan itu kemudian melanjutkan perjalanan dan Topan pun ikut jalan bareng mereka hingga sampai di pos 4.
Di pos 4 Topan istirahat cukup lama untuk menunggu teman-temannya yang masih di belakang, dia juga mempersilahkan rombongan yang tadi bareng dengan ya untuk berjalan duluan.
Karena lama menunggu teman-temannya tidak juga sampai Topan mengeluarkan alat masaknya untuk membuat kopi.
Lama menunggu, tapi teman-temannya itu tidak kunjung sampai. Disini Topan merasa sedikit khawatir takut terjadi apa-apa dengan temannya itu, tidak lama kemudian ada satu rombongan yang baru sampai di pos 4 dan Topan bertanya pada mereka,
"Mas tadi lihat ada tiga pendaki yang juga sedang naik gak? salah satunya pakai tas biru dan pakai topi"
Salah satu dari mereka menjawab,
"Oh iya udah deket kok, bentar lagi juga sampai".
Mendengar itu Topan merasa lega karena setidaknya tidak terjadi apa-apa sama teman-temannya.
Mereka para rombongan itu hanya istirahat sebentar di pos 4 kemudian lanjut jalan lagi.
Setelah kurang lebih 1 jam menunggu akhirnya keliatan tuh teman-temannya Topan sampai di pos 4 dengan keada'an Agus yang sudah sempoyongan.
Sesampai di situ Topan membuatkan teman-temannya nya kopi. Dia bilang sama Agus,
"Gimana Gus, aman?"
Agus hanya mengacungkan jari jempolnya. Lalu Topan lanjut bilang,
"Tenang Gus Ntar kalau udah sampai di puncak pasti akan kebayar semua".
Setelah kopi sudah habis Topan mengajar yang lainnya untuk lanjut berjalan lagi, Agus yang masih nyaman dengan istirahatnya meminta untuk camp di sini aja tapi Topan tidak mau dia masih bersikukuh lanjut jalan, karena menurut Topan nanggung kalo camp disini mengingat habis ini sudah sampai di pos 5.
Melihat Agus yang masih nyaman dengan istirahatnya Topan tidak bisa memaksa.
Merasa kedinginan karena sudah terlalu lama berhenti di pos 4 dan mengingat waktu itu hari sudah akan hampir gelap Topan berinisiatif untuk lanjut jalan dulu lagi,
"Rek aku jalan duluan ya ntar sampai di pos 5 aku langsung diriin tenda dan masak biar Agus bisa langsung makan dan istirahat", ucap Topan pada teman-temannya, lalu Enggar menjawab,
"Jangan Pan kita bareng aja, ntar kalo ada apa2 di jalan gimana?"
"Tenang aja, lagian kan rame pendaki yang naik ntar juga ketemu orang di jalan", jawab Topan.
(Memang sih di gunung itu kalau terlalu sering diem dan tidak ada aktifitas itu akan membuat suhu terasa semakin dingin)
Akhirnya mereka mempersilahkan Topan untuk lagi jalan dulu dan memintanya agar segera mendirikan tenda sesampai di pos 5 nanti.
Topan kemudian membereskan alat masaknya dan pamit sama teman-temannya untuk lanjut berjalan duluan.
(Entah bisa dibilang Topan ini egois atau gimana, yang jelas dia ini tidak bisa Kalau lama-lama berhenti karena dingin di sisi lain dia juga tidak bisa keseringan berhenti di jalan karena itu akan membuat tas yang dibawanya ini terasa semakin berat, maka dari itu itu dia sering ninggalin teman-temannya)
Setelah peralatan masak sudah dikemas dia lanjut jalan duluan tepat jam setengah 6 sore dan meninggalkan teman-temannya di situ.
Topan yang saat ini jalan seorang diri, tiba-tiba dia merasa ada yang janggal di dalam pikirannya tapi nggak tahu apa. Dia terus berjalan dan selama perjalanannya itu dia tidak menjumpai satu pendaki pun.
Tidak lama kemudian tiba-tiba kabut tipis turun, udara pun tidak terasa begitu dingin.
Nah disini Topan cemas, dia mengira mungkin malam ini akan turun hujan.
Topan tidak terlalu mempermasalahkan soal itu lagian dia juga membawa jas hujan kalau hujan ya tinggal dipakai aja.
Semakin jauh berjalan kabut yang turun ini semakin tebal hingga jarak pandang kurang lebih hanya 2 meter. Melihat kabut yang setebal ini Topan berhenti, dia berinisiatif untuk menunggu teman-temannya tapi cukup lama dia berhenti teman-temannya tidak juga terlihat, hingga akhirnya Topan memutuskan untuk lanjut jalan aja mengikuti jalur lagipula jalurnya juga jelas.
Sampai disini Topan masih belum bertemu dengan pendaki lain satu pun, setelah beberapa meter berjalan, samar-samar di depan terlihat seperti ada sebuah bangunan, karena waktu itu berkabut jadi tidak begitu jelas.
Melihat itu Topan mikir, "Ah itu pasti pos 5 tuh".
Dia mempercepat jalannya menuju ke bangunan itu, sesampai disitu ternyata itu memang benar bangunan tapi bukan pos 5 tidak ada satu pendakipun terlihat disana.
Bangunannya ini semacam rumah joglo, gelap, dan tidak berpenghuni. Kapan mikirnya mungkin bangunan ini sengaja didirikan oleh penduduk setempat dengan tujuan tertentu.
Tanpa berhenti di tempat itu Topan lanjut jalan, setelah beberapa meter berjalan di depan kelihatan lagi tuh seperti sebuah gapura. Tanpa berpikir aneh-aneh Topan berjalan mendekati gapura itu, dia mikirnya mungkin itu pos 5 yang memang ditandai dengan gapura.
Nah gapuranya ini unik, semacam gapura kalau kita akan masuk ke sebuah desa dan diatasnya ini terdapat sebuah ukiran yang membentuk lambang tapi Topan tidak tahu itu lambang apa.
Topan terus berjalan masuk ke gapura itu, beberapa meter setelah masuk di depan terlihat ada beberapa bangunan lagi dan beberapa orang sedang mondar mandir. Topan mikirnya "Ah ini pasti pos 5, karena terlihat banyak pendaki lain".
Setelah didekati ternyata itu bukan pos 5, lebih tepatnya seperti sebuah perkampungan. Melihat semua ini Topan mikir, "Kok bisa ada perkampungan ya, apa jangan-jangan ini yang dinamakan kampung gaib?".
Awalnya Topan berpikir seperti itu tapi melihat orang-orangnya seperti orang biasa Topan tidak berfikir sampai kesana dulu, dia berjalan menyusuri beberapa bangunan yang seperti rumah joglo itu dan mengabaikan orang-orang yang sedang mondar mandir di sekitarnya.
Beberapa meter kemudian terlihat beberapa orang yang ada di situ jalan berbondong-bondong, sepertinya akan pergi ke suatu tempat, berbarengan dengan itu sayup-sayup terdengar ada suara gamelan dari kejauhan, sepertinya suara itu berasal dari sebelah kanan.
Melihat orang-orang yang berbondong-bondong itu Topan bertanya sama salah satu orang,
"Pak Pak ini kok pada rame-rame mau kemana ya?"
Lalu orang itu mejawab,
"Lho sampeyan enggak tahu toh, disana ada yang punya hajat"
Setelah menjawab orang itu langsung pergi.
Karena penasaran tahu kan ikut berjalan dengan orang-orang yang itu dan semakin lama suara gamelan ini terasa semakin keras hingga akhirnya tampak jelas ada sebuah pertunjukan unik khas Jawa.
Jadi pertunjukan yaitu ada tiga orang wanita yang sedang menari dengan lincah diiringi beberapa orang yang sedang memainkan musik Jawa Klasik, dan musik yang dimainkan itu memberi khas tersendiri di kampung ini.
Melihat semua itu Topan berhenti dan memutuskan untuk menonton pertunjukan itu. Musik yang dimainkan benar-benar sangat merdu ditambah lagi 3 penarinya berparas sangat cantik dan sangat serasi dengan kemben yang dipakainya, selendang merah yang ada di tangannya pun dengan lincah dia mainkan seiring dengan tarian yang mengikuti alunan musiknya.
Melihat semua itu Topan benar-benar kagum dengan Gunung Lawu, ternyata semeriah ini antusias penduduk kalau bulan Suro.
Karena terlalu asyik menonton pertunjukan itu Topan hampir lupa kalau tujuannya ini adalah ke pos 5, setelah ingat dia pergi meninggalkan pertunjukan itu untuk melanjutkan perjalanan. Setelah cukup jauh meninggalkan pertunjukan tadi Topan berjalan menyusuri kampung itu tapi sudah cukup lama berjalan Topan masih saja berada di dalam kampung itu, seakan-akan kampung ini sangat luas.
Topan terus berjalan mengikuti jalanan yang ada di kampung itu hingga akhirnya dia meninggalkan beberapa rumah yang tadi dijumapinya itu.
Tidak lama berjalan kabut perlahan menghilang dan suhu kembali menjadi dingin, melihat itu Topan merasa lega karena setidaknya hujan tidak jadi turun, lalu dari depan terlihat ada beberapa warna warni cahaya tenda pendaki lain dan Topan pun segera berjalan ke sana.
Sesampainya di situ ternyata sudah ramai oleh pendaki lain yang sedang camp dan terlihat Fani, Enggar dan Agus sedang terduduk seperti sedang menunggu kedatangan Topan.
Melihat Topan yang baru sampai di pos 5 Enggar bertanya,
"Loh Pan kamu dari mana, kita dari tadi nyariin tenda mu eh malah baru nyampe di sini"
"Eh iya maaf, aku tadi nonton pertunjukan dulu di bawah"
Mendengar itu Enggar penasaran, dia tanya lagi,
"Pertunjukan apa Pan?"
"Itu tadi ada tari-tarian, penarinya cakep jadi lupa waktu hehe"
lalu Fani menyahut,
"Dimana ada tari-tarian Pan kamu jangan mengada-ada ah"
"Di bawah tadi yang ada rumah2nya, emang kalian gak ngeliat?"
Enggar yang merasa aneh dengan penjelasan Topan itu, dia mengalihkan pembicaraan dan mengajak yang lain untuk segera mendirikan tenda mengingat suhu di tempat itu semakin lama semakin terasa dingin.
Setelah tenda sudah didirikan mereka Masak untuk makan malam. Malam itu kondisi Agus terlihat sudah sangat payah, sementara yang lain masak Agus berdiam di dalam tenda sambil menutupi tubuhnya dengan sleeping bag.
Setelah masakan sudah matang mereka makan setelah itu Agus dan Fani tidur di dalam tenda sedangkan Topan dan Enggar masih asyik menikmati kopi diantara tenda-tenda pendaki lain.
Sambil menikmati kopi Enggar bertanya tentang rumah-rumah dan pertunjukan kan yang tadi dibilang Topan. Topan pun menjelaskan kepada Enggar secara detail tentang apa yang dilihatnya barusan. Lalu Enggar memberitahu Topan Kalau mungkin semua yang dilihat Topan tadi itu adalah gaib, karena enggak mungkin ada sebuah perkampungan di tengah gunung seperti ini ditambah lagi pertunjukan khas Jawa Seperti apa yang sudah diceritakan Topan.
Mendengar itu Topan sedikit tidak percaya karena menurut Topan semua itu terlihat nyata begitupun dengan orang-orang yang ada di kampung itu.
Karena Topan ini tidak percaya Enggar meminta pada topan,
"Gini deh Pan, besok tunjukin kampung itu sama aku, kalau tidak ada berarti itu emang bener kampung gaib"
Akhirnya oke. Topan berencana menunjukkan kampung itu pada Enggar besok kalau turun dan Enggar meminta pada Topan agar merahasiakan ini pada Fani dan Agus sebelum nanti Topan bisa menunjukan kampung itu pada Enggar.
Karena malam semakin larut dan suhu juga semakin dingin mereka berdua memutuskan untuk masuk ke Indah kemudian tidur.
Keesokan harinya mereka semua bangun dan pagi itu Agus sudah terlihat lebih sehat dari sebelumnya. Pagi itu mereka bertanya pada Agus apa masih kuat kalau lanjut ke Puncak?
Agus yang merasa dirinya belum begitu Fit sebenarnya tidak ingin melanjutkan perjalanan ke Puncak tapi mengingat perjalanan ke puncak itu mereka tidak membawa beban apapun akhirnya Agus mau untuk lanjut jalan ke Puncak, di sisi lain sayang kan udah jauh-jauh sampai disini tapi enggak sampai puncak.
Setelah selesai sarapan mereka packing peralatan yang akan dibawa ke puncak, satu botol air dan perlengkapan penting lainnya dimasukkan ke dalam tasnya Agus yang ukutannya lebih kecil kemudian tas itu digendong Topan berjalan menuju ke puncak.
Di perjalanan menuju ke puncak yaitu Agus terlihat lebih baik dari kemarin dia tidak sering sering berhenti ditengah jalur dan singkat cerita sampailah mereka di Puncak gunung Lawu tanpa ada kendala apapun.
Siang itu di puncak terlihat sangat keren, Topan dan yang lain merasa sangat senang terutama Agus yang baru pertama kalinya mendaki gunung dan melihat pemandangan sebagus ini.
Setelah cukup dokumentasi mereka kembali turun dan mampir di area Hargo Dalem untuk istirahat sebentar, biar ke dalam itu terlihat cukup ramai oleh pendaki lain begitu juga dengan pendaki spiritual dengan tujuan tertentu.
Melihat situasi yang cukup ramai Topan bener kagum dengan Gunung Lawu, "Ternyata Gunung Lawu emang bener-bener keren terutama Kalau bulan Suro kayak gini".
Setelah cukup Istirahat di Hargo Dalam mereka kembali turun ke tempat nge-camp. Sesampai di tenda mereka santai-santai dulu dan membuat kopi sebelum nanti lanjut berjalan turun.
Nah setelah cukup puas istirahat mereka berkemas setelah itu lanjut berjalan turun.
Mereka berjalan dengan sangat santai sambil sesekali ngobrol membahas keindahan pemandangan di puncak tadi hingga tidak terasa sampailah mereka di Pos 4 dan di perjalanan turun itu Agus sudah tidak tampak kelelahan seperti naik kemarin. Sesampai di pos 4 itu Enggar berbisik pada Topan,
"Pan, mana kampungnya?"
Mendengar pertanyaan itu Topan baru ingat kalau tadi dia ini mau menunjukkan kampung itu pada Enggar tapi sejak perjalanan dari pos 5 menuju ke pos 4 tadi dia tidak melihat ada kampung yang semalam dilihatnya. Dia bilang pada Enggar,
"Oh iya Nggar aku lupa, tapi kok aku gak ngeliat ada apa-apa ya"
"Nah kan aku bilang juga apa, itu kampung gaib Pan", jelas Enggar.
"Masa sih? tapi kok kayak nyata gitu ya?", tanya Topan penasaran.
"Emang kehidupan mereka sama seperti kehidupan kita, hanya saja beda alam", jelas Enggar.
Mendengar itu Topan sedikit merinding kalau ternyata kampung dan pertunjukan semalam itu adalah gaib. Untungnya Topan bisa keluar dari alam itu tanpa kendala apapun.
Setelah cukup Istirahat di pos 4 mereka lanjut berjalan turun dan singkat cerita sampailah mereka kembali di pos perijinan tanpa ada kendala apapun. Sampai di situ mereka istirahat sebentar kemudian lanjut berkendara pulang dengan selamat.
(Nah pelajaran yang bisa kita ambil dari pendaki yang sopan dan teman-temannya, kalau bisa dalam kondisi apapun itu kalau di gunung jangan sampai kita ini ninggalin temen entar kalau ada apa-apa di jalan kita mau minta tolong siapa. Beruntung kamu tidak terjadi apa-apa kalau kenapa-napa gimana kan?)
---===SEKIAN===---