SILUMAN ULAR PUTIH
JEJAKMISTERI - Kejadiannya sudah cukup lama sekitar tahun 2005. Bersamaan dengan aku yang tengah mengalami masa puber. Peralihan dari aku yang semula item, dekil dan jelek karena hampir setiap hari nyari wader di kalen. Berubah jadi anak remaja yang mulai memperhatikan penampilan. Mulai bingung gonta-ganti sabun muka untuk menghilangkan jerawat. Masa dimana mulai tidak percaya diri ketika berkeringat dan muncul bau badan. Pakai deodorant malah muncul noda flek di baju. Entah dapat saran dari siapa, akhirnya pakai batu tawas. Hehe... Sungguh masa-masa SMP yang tak terlupakan.
Seperti yang pernah aku bahas di cerita-cerita sebelumnya. Aku hanyalah anak kampung yang tinggal di pelosok Gunungkidul. Orangtuaku petani dan jika tidak sedang sekolah, aku membantu orangtua di ladang. Bapakku biasa menanam palawija seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, singkong dan lain-lain. Sebenarnya ada sawah juga yang ditanami padi tetapi untuk cerita kali ini background tempatnya adalah ladang dan kebun jati.
Siang itu aku ikut pergi ke ladang untuk menanam jagung. Aku tidak berangkat sekolah karena ada libur sebelum kenaikan kelas. Bapak membuat lubang dengan cangkul lalu aku tabur benih jagung di lubang tersebut sekalian aku urug dengan tanah. Cangkul... Cangkul... Cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita. Yeay... Ada yang masih ingat dengan lagu itu? Hehe... Saat hari makin siang aku pamit untuk pulang duluan. Aku sudah tidak kuat dengan panasnya terik matahari. Mungkin sekitar jam 11 lebih sedikit.
Jarak antara ladang ke rumahku sekitar 1 kilometer. Melewati kebun jati dan semak belukar rumput ilalang. Aku berjalan kaki tanpa alas kaki. Terkadang ada tunas ilalang muda yang runcing menusuk telapak kakiku. Aduh... Sakit dan perih rasanya. Tapi aku tetap melanjutkan perjalanan. Kutapaki jalan kecil itu sambil kudengar suara kicauan burung perkurut saling bersahutan. Ditengah perjalanan aku hentikan langkahku karena melihat ada ular yang sedang menyebrang.
Dengan perasaan deg-degan dan tengkuk yang merinding aku pantau terus ular yang tengah berjalan di hadapanku. Ular berwarna putih dengan ukuran sebesar betis orang dewasa. Aku tidak sempat melihat kepalanya. Hanya bagian leher sampai bagian ekornya saja yang aku lihat. Waktu kecil aku termasuk anak yang suka mbolang dan sudah sering menjumpai berbagai macam jenis ular. Tapi yang ini laim daripada yang lain. Baru kali ini aku melihat ular dengan warna putih seperti itu. Ular itu bergerak dari utara menuju ke selatan.
Dengan perasaan deg-degan dan tengkuk yang merinding aku pantau terus ular yang tengah berjalan di hadapanku. Ular berwarna putih dengan ukuran sebesar betis orang dewasa. Aku tidak sempat melihat kepalanya. Hanya bagian leher sampai bagian ekornya saja yang aku lihat. Waktu kecil aku termasuk anak yang suka mbolang dan sudah sering menjumpai berbagai macam jenis ular. Yang ini lain daripada yang lain. Baru kali ini aku melihat ular dengan warna putih seperti itu. Ular itu bergerak dari utara menuju ke selatan.
*******
Tleser... Tleser... Tleseeerrr... Ular itu terus bergerak. Panjangnya sekitar 2 meter. Merinding mendera semakin parah. Bagian tubuh ular yang sudah masuk ke semak belukar tidak tampak lagi. Sampai akhirnya seluruh bagian tubuhnya berhasil menyebrang jalan setapak itu. Aku masih terdiam berdiri disana. Tidak langsung melanjutkan perjalanan. Takut kalau ularnya masih disekitar situ. Bisa saja kan dia berhenti dan sembunyi di semak belukar. Aku memilih tetap berhenti sambil mengumpulkan keberanian yang tersisa.
Setelah dirasa aman aku kembali melangkahkan kaki. Dengan perasaan yang lebih waspada dengan keadaan sekitar. Tepat diatas tanah bekas ular menyebrang tadi aku menoleh ke arah kiri. Wajahku seperti diterpa angin lembut dan dingin. Jendela dimesi lain pun terbuka. Ada sesosok wanita cantik berdiri disana. Rambutnya agak bergelombang warnanya putih ke abu-abuan. Kulit wajah dan lengannya putih bersih, kornea matanya berwarna biru. Seperti ada mahkota yang bertengger di atas kepalanya. Aku langsung menyadari kalau dia bukan manusia setelah melihat bagian tubuhnya yang lain. Bagian perut kebawah berbentuk ular putih yang bersisik.
Wanita itu menatapku dengan tatapan lembut. Dia berusaha meyakinkan aku agar tidak merasa takut. Senyum manis merekah dibibirnya. Mulutku tak bisa berkata apa-apa. Siluman Ular Putih itu bisa mendengar suara batinku. Hatiku yang bertanya-tanya mengapa dia lewat jalan ini? Dan kenapa lewat di siang bolong seperti ini?
Ada informasi yang aku dapatkan lewat vibrasi yang memunculkan gambaran visual. Di sebelah utara desaku ada kampung siluman yang biasa disebut "Watu Gambar" kemudian di sebelah selatan desaku juga ada kampung siluman yang biasa disebut "Pring Wulung". Dua tempat ini memang terkenal angker menurut cerita dari Simbah dan orang terdahulu di desaku.
Malam itu Siluman ular putih beserta rombongan yang sejatinya warga kampung siluman selatan menghadiri sebuah acara di kampung siluman utara. Setelah selesai acara seharusnya mereka kembali ke selatan sebelum azan subuh. Namun karena suatu alasan Siluman Ular Putih dan pengawalnya tidak bisa pulang tepat waktu. Rombongan utama sudah pulang duluan. Sedangkan Siluman ular putih dan keempat pengawalnya baru bisa kembali ke selatan siang harinya. Ndelalah pas mereka lewat situ berpapasan dengan aku yang tengah pulang dari ladang.
Awalnya aku hanya bisa melihat satu sosok wanita cantik yang aku sebut si Putih. Setelah gambaran visual yang aku lihat tadi berangsur memudar barulah muncul keempat pengawal yang mendampingi si Putih. Ada dua wanita dan sisanya adalah dua pria. Dua wanita yang yang tubuhnya setengah ular sedangkan dua pria yang tubuhnya setengah biawak.
Awalnya Si Putih berhasil meyakinkan aku untuk tidak takut. Secara kecantikan wajahnya memang enak dipandang. Tapi begitu keempat pengawalnya itu menampakkan diri. Asli... Aku takut. Rasa takutku yang semakin besar membuat lubang jendela dimensi lain itu semakin kecil. Aku alihkan pandanganku lalu aku bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
SEKIAN