Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEMATIAN YANG TERTUNDA


JEJAKMISTERI - Air mata terus jatuh membasahi pipi, ketiga orang anak dan sanak soaudara yang menyaksikan proses penguburan ayah nya

Tangisan pecah saat tutup keranda dibuka, di atas liang kubur yang telah siap, sosok lelaki kini terbaring hanya menggunakan sehelai kain kapan menutupi seluruh tubuhnya

Lalu tiga orang pria menyodorkan jasad yang masih di atas keranda kepada ketiga orang pria yang ada di liang kubur

Kemudian jasad tersebut di masukan ke liang lahat, setelah tali kapan di buka, tujuh bantalan yang terbuat dari tanah untuk menganjal di pasang,

Salah satu anak turun ke liang kubur untuk mengumandangkan adzan

"Allahuakbar, Allahuakbar" bait pertama adzan di lantunkan

Pecah sudah tangisan keluarga, sang anak terus menangis, bahkan sampai tak sadarkan diri

"Pak, jangan tinggalkan Eneng, pak. Eneng tidak siap di tinggalkan bapa" teriak anak perempuan sambil memanggil nama ayah nya, yang akan di kuburkan sebelum pingsan

Dan adzan pun selesai di kumandangkan, satu persatu papan penutup di pasangkan, dimulai dari kepala hingga kaki nya,

Papan pun telah terpasang dan menutup semua jasad yang terbaring di tempat peristirahatan terakhirnya.

Cangkul pertama kedua hingga sampai tanah yang di cangkul menutup bagian atas papan oleh para warga yang membantu proses penguburan

Tiba-tiba datang dua orang laki laki, dengan jalan yang tergesa-gesa ketempat penguburan

"Jangan kubur ayahku, ayahku belum meningal" teriak lelaki yang ternyata itu adalah anak pertamanya alharhum

Sebut saja namanya Wandi, tiga hari sebelum ayahnya meninggal, ia pergi meninggalkan rumah, yang katanya ingin mencari orang yang bisa mengobati sakit ayah nya

Karena sakit ayah nya itu di luar logika, keluar serbuk kayu dari kedua telinganya, keluar kelabang dari mulut dan hidung nya, bahkan perut nya kadang besar dan mengeras seperti batu kemudian kempes kembali, sesekali juga keluar air mata nanah dari mata nya dengan bau amis yang sangat menyengat

Bahkan seminggu sebelumnya juga ibu nya telah tiada dengan penyakit yang sama

"Cepat bongkar kembali, ayahku belum meninggal, mengapa kalian kubur!" teriakan wandi sambil menangis sesenggukan

"Yang sabar nak, ini semua takdir Tuhan, yang hidup akan meninggal, kita semua juga akan menyusul nya kelak" ucap tokoh masyarakat menyardarkan wandi karena dia belum terima bahwa ayah nya telah meninggal

"Tapi ayah ku belum meninggal, kenapa kalian semua tega menguburnya" jawab wandi sambil turun keliang kubur, yang tanah nya baru sampe menutup atas papan, sambil mengambil paksa cangkul yang di pegang salah satu warga

Hal yang mengagetkan semua warga dan keluarga yang sedang menyaksikan dan membantu proses penguburan almarhum pun terjadi

Wandi mengcangkul kembali tanah yang baru sampai menutupi atas papan penutup jasad ayah nya

"Kamu apa-apaan, ayahmu telah meninggal, kamu harus ikhlas, Wan" ucap salah satu sahabat wandi sambil berusaha mengambil paksa cangkulnya

Bogem pun keluar dari tangan wandi mengarah tepat di pipi sahabatnya,

"Sudah kubilang ayah ku belum meninggal" ucap wandi sambil mengambil kembali cangkul yang di ambil sahabat nya

"Kita semua disini bukan orang bodoh Wan, masa ia menguburkan ayah mu kalau ia masih hidup" jawab sahabat sambil memeluk erat tubuh wandi, karena ia tau betapa sedihnya wandi, yang belum terima kalau ayahnya sudah meninggal dunia apalagi seminggu sebelumnya, ibunya juga telah tiada

"Tapi ayahku belum meninggal, Mad. Kamu harus percaya" wandi yang terduduk lesu di atas liang kubur ayahnya sambil menangis sesenggukan

"Kak, kakak yang tabah, kak, kita juga tidak rela di ditinggalkan ayah, tapi kini ayah telah tenang menyusul ibu, dan kini ia tidak akan merasakan rasa sakit lagi kak" ucap adik wandi sambil menangis

"Kamu harus percaya Dek, ayah kita belum meninggal" jawab wandi sambil menatap keatas liang kubur

"Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatu" ucapan lelaki tua yang datang bersama Wandi

Sontak semua warga melihat kearahnya lalu serentak menjawab ucapan salam nya

"Mohon maaf sebelumnya, bukannya saya mau memperkeruh keadaan, berhubung tanah kuburan belum sepenuhnya menutup ayah nya wandi, alangkah baiknya kita menuruti ucapan nya, biar dia lihat sendiri dengan matanya kalau ayahnya sudah tiada dan tidak mustahil juga jika Allah berkehendak ucapan Wandi bisa jadi kenyataan kalau ayahnya masih bernafas," ucap lelaki tua

Anehnya semua warga seakan terima ucapan lelaki tua dan warga kini membantu proses pengangkatan tanah yang sudah menutup liang kubur walau belum sepenuhnya terkubur,

Singkat cerita tanahpun kembali di angkat ke atas liang kubur, satu persatu papan penutup di buka oleh wandi

"Pak, bangun pak." Teriak wandi sambil membalikkan wajah bapaknya yang menempel ke tanah, air mata jatuh terus membasahi pipi wandi yang membeluk wajah ayah nya

"Sekarang kamu lihat sendiri kan kak, kalau ayah kita sudah tiada, kakak harus kuat dan tabah ia" ucap adek wandi sambil memeluk tubuh kakaknya

Semua warga meneteskan air mata menyaksikan kejadian tersebut

"Belum Dek, belum. Ayah kita belum meninggal" jawab wandi

Adek nya terus menangis mendengar jawaban wandi

"Ya Allah tunjukkan keagunganmu bahwa ayah saya belum meninggal dunia" teriak wandi menatap langit sambil memeluk wajah ayah nya di liang kubur

Tapi ayahnya tidak bangun juga menandakan kalau ia memang sudah tiada

Dan wandi pun di angkat paksa oleh warga dari bawah liang kubur, kemudian satu persatu papan penutup di pasang kembali, warga mulai menguburkan nya kembali

*******

"AYAHKU BELUM MENINGGAL,,,,,!!!!"
teriak Wandi sangat kencang di atas liang kubur ayahnya sambil di pegagangi beberapa orang warga

"Duuuuaaaaaaaaarrr" suara petir di siang bolong menggelegar, seakan langit mendengar teriakannya Wandi, padahal langit begitu cerah pagi itu

Sontak semua warga menundukkan kepalanya, takut terkena sambaran petir, warga yang sedang menutup kuburan ayah Wandi pun sejenak menghentikan proses penutupan tanah kuburan

Warga maupun keluarga saling tatap akan hal yang baru saja terjadi, dalam hati semua orang di tempat pemakaman, mungkin satu pemikiran

Karena sedikit besarnya semua orang tahu akan penyakit almarhum, suami istri itu meninggal dengan penyakit di luar logika

Namun tidak ada perasaan takut di hati semua orang yang tengah membantu proses penguburan almarhum, yang ada rasa sedih yang sangat mendalam akan meninggal nya suami istri dalam waktu yang berdekatan dengan penyakit yang sama

Suami istri itu adalah sosok yang dermawan, baik hati dan suka membantu tetangga.

Yang tidak habis pikir oleh warga kenapa suami istri itu meninggal dengan penyakit seperti terkena ilmu sihir, tapi itu semua hanya terkaan warga, yang mengira-ngira

Selang beberapa saat warga pun melanjutkan proses penutupan liang kubur yang kedua kalinya harus terhenti sejenak

Baru satu cangkulan proses penutupan liang kubur, tanah yang baru menutup hanya setengah papan

"Dug, dug, dug" 
Semua papan penutup bergetar, seperti ada yang ingin keluar dari dalam sana,

Warga pun menghentikan kembali proses penutupan liang kubur nya dan semua warga saling tatap satu sama lain

"Lihat papan nya bergetar, itu tandanya ayah ku masih hidup" teriak Wandi sambil menunjuk papan yang menutup ayah nya diliang kubur

Dan di saat wandi mau loncat kebawah liang kubur, dia hendak membuka kembali papan nya

Tiba-tiba semua papan nya terbang keatas dengan sendiri nya, sontak semua warga mundur kebelakang takut ada hal yang membahayakan terjadi

Karena setelah papan itu terbang, keluar asap hitam sangat pekat dari dalam kuburan

*******

Wandi yang hendak loncat kebawah liang kubur ayahnya pun terhenti sesaat, karena asap berwarna hitam keluar dari dalam kubur

"Mundur" ucap lelaki tua yang datang bersama wandi

Dan wandipun menuruti ucapan lelaki tua tersebut

Dari pertama kedatangan nya, ada sedikit warga yang memperhatikan gerak-gerik nya, lelaki tua itu terus menerus membaca do'a Walaupun pelan

Walaupun tak jelas yang ia bacakan, gerakan tangan sambil memutar tasbih dan gerakan mulut yang seperti sedang membaca sesuatu, di simpulkan lelaki tua itu bukan orang biasa

Contohnya saja setelah ia berucap untuk menuruti mau nya wandi, warga langsung menurut dan malah membantu menggali lagi

"Akhirnya keluar juga" lelaki tua berucap sendiri ke arah asap hitam yang keluar dari dalam kuburan

Samar terlihat sosok wujud sangat menyeramkan di dalam asap tersebut, awalnya semua warga mengira dua titik cahaya merah menyala seukuran telur ayam itu api, tapi setelah di lihat secara seksama itu adalah bola mata berwarna sangat merah menyala

Sosok tersebut seakan sedang saling tatap dengan lelaki tua, tapi tak ada obrolan sedikitpun diantara mereka berdua

"SEeeuuuutth" gerakan tangan seakan mengambil sesuatu di udara oleh lelaki tua

Dan seketika asap hitam maupun bayangan wujud menyeramkan ikut sirna di dalam kuburan

Siapa sebenarnya lelaki tua yang datang bersama Wandi dan mengapa hal seperti ini bisa terjadi, saya akan mulai menceritakan di awal kisah

Kisah nyata ini di dapat saat saya sedang menunggu angkutan umum untuk pulang kembali ke Sukabumi untuk bekerja

Istri dan anak pertama ku ikut mengantarkan, karena saat itu saya tidak pulang kampung memakai sepeda motor melainkan memakai kendaraan umum otomatis pulang kembali nyapun menganggukan angkutan umum kembali

Kurang Lebih setengah jam menunggu mobil yang akan saya naiki tidak kunjung tiba,

"Bu pulang aja, ga usah ikut menunggu kasian si dede takut nangis minta disusui" ucap ku ke istri untuk segera pulang, karena anak kedua baru berumur 3 bulan, takut ia bangun dari tidurnya yang di titipkan sebentar kepada mertua

"Ia yah, takut Raihan bangun, bunda pulang duluan, hati hati di jalan ia" jawab istri sambil pamitan mencium tangan ku

"Dadah Yayah, mmmuuuuuach" lambaian tangan anak pertama ku

Istri dan anakku pulang kembali kerumah tak sempat melihat kepergian ku untuk naik kendaraan umum, dan akupun duduk menunggu di kusri depan warung pinggir jalan

"Emangnya mau kemana A" tanya seorang pria tua yang duduk di sampingku sambil meneguk kopi,

"Saya mau kesukabumi pak, mau berangkat kerja kembali' jawabku

"Oh bigitu ia" ucap pria sambil menghisap rokoknya, seperti nya ia sedang beristirahat dari perjalanan nya

Akhirnya mobil yang akan saya tumpangi datang juga,

"Nah itu mobilnya datang juga" ucapku sambil berdiri

"Bukan A, itu angkutan umum jurusan pagelaran Ciwidey" jawab nya

Akupun duduk kembali, sambil bertanya

"Ada juga ia, mobil jurusan pagelaran Ciwidey, baru tahu"

Dan seketika aku teringat ucapan bapaku untuk mengunjungi seseorang di daerah Ciwidey

"Tahu kampung *** di daerah Ciwidey" tanya ku

"Tinggal naik mobil itu aja, bilangin ke supir nya mau turun disana, mau ngapain a kesana, Ada yang sakit bukan?" jawab nya

"Engga ada yang sakit pak, saya mau mengunjungi saudara saja disana" ucap ku

"Kirain ada yang sakit, disana itu ada seorang kakek tua, dibilang ada, ia ada, di bilang tidak ada emang kenyataan tidak ada, kalau ada yang sakit karena ilmu hitam sihir dan perbuatan manusia yang bersekutu dengan jin, bisa sembuh kembali bahkan yang sudah meninggal pun atas ijin Allah hidup kembali, padahal saat itu dia yang meninggal sudah di kubur" jelas pria yang duduk di kursi

"Di gali lagi maksud nya" tanya ku

"Ia di gali lagi, dan yang meninggal nyapun itu bapak ku" jawabnya

"Kalau tidak keberatan, mau kah bapak menceritakan kisahnya, dan akan saya tuliskan kisah nya" pintaku

Sebelum menjawab permintaan ku, bapak itu menghirup rokoknya dalam-dalam, seakan sedang playback kembali saat kejadian

Cerita ini terjadi pada tahun 90'an, bapak empat bersaudara tiga laki-laki dan satu perempuan, hal mengerikan terjadi pada suatu hari yang menimpa ibu saya sebelum meninggal dunia

Waktu itu ibu sedang duduk di teras rumah, tiba-tiba ibu menjerit kesakitan

"Sakit, tolong sakit, Allah hu Akbar" teriak ibu

Saya yang kebetulan belum beraktivitas di luar rumah, langsung datang menghampiri ibu, betapa ketakutannya saya melihat ibu, dia duduk dengan mata melotot, perutnya membesar dan mengeras seperti batu, keluar kelabang dari mulut nya, keluar air mata yang awalnya darah berubah jadi nanah dan yang tak habis pikir adalah keluar serbuk kayu dari kedua telinganya, saat itu ibu saya masih hidup sempat bertahan beberapa hari

"Mohon ma'af memotong cerita nya, bu kopi hitam" pinta ku memesan kopi kepemilik warung

*******

"Astaghfirullah haladzim" wandi beristighfar melihat kondisi ibu nya

"Wan, perut ibu sakit sekali Wan" ibu Wandi meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang membesar seperti ibu hamil yang mau melahirkan

"Ibu, kenapa bu, ya Allah kenapa dengan ibuku ini" wandi kebingungan dan ketakutan melihat kondisi ibu nya

"Gatal, gatal sekali tenggorokan ibu," ringis ibu sambil memegang lehernya, seketika mulutnya menganga dan hal mengerikan pun terjadi, keluar kelabang dari mulut ibu nya

"Aaaaaaaaassaa" mulut ibu wandi menganga dan yang membuat wandi tambah ketakutan adalah air mata ibunya mengeluarkan darah, selang beberapa saat air matanya juga berganti nanah dengan bau amis yang sangat menyengat

"Gatal, gatal sekali telinga ibu" ringis ibu yang ngini mengorek ngorek telinga nya

"Ya Allah, ibuku kenapa ya Allah" Wandi sangat was-was melihat kondisi ibunya, karena kini di telinga nya juga mengeluarkan serbuk kayu

Setelah serbuk kayu keluar dari kedua telinganya, ibu wandi pingsan tak sadarkan diri

"Tolong, tolong, tolong ibu saya" teriak wandi terus menerus memintaa pertolongan

Sontak tetangga yang mendengar teriakan minta tolong wandi langsung berdatangan

"Ada apa Wan, kenapa ibu mu" ucap tetangga yang sudah datang

"Saya juga tidak tahu , tiba-tiba saja ibuku jadi seperti ini, perut membesar, keluar kelabang dari mulut dan keluar juga serbuk kayu dari telinga nya

"Inalilahi, cepat kita gotong ibu mu masuk kedalam" ucap warga

Kemudian ibu wandi yang tak sadarkan diri di bawa kedalam rumah untuk di baringkan di kamar nya

Ayah wandi yang sudah ke sawah di beritahu tetangga untuk segera pulang

"Ya Allah" ucap ayah wandi saat berada di rumah melihat kondisi istrinya

Ayah, ke empat orang anak dan beberapa warga sangat bersedih melihat kondisi nya, karena setiap ibunya wandi bilang, tenggorokan nya gatal, tidak lama keluar kelabang dari mulutnya, dan jika bilang telinga nya gatal keluar serbuk kayu dari telinganya, perutnya membesar dan mengecil dengan kulit yang sangat keras selang beberapa jam sekali

Dokter, tokoh masyarakat dan ustad setempat pun di datangkan kerumah, semua nya hanya menggeleng kan kepala

Hingga di hari ketiga setelah kejadian tersebut ibu wandi pun menghembuskan nafas terakhirnya

Rasa sedih yang sangat mendalam dirasakan keluarga dan para tetangga saat proses penguburan ibunya

Tidak ada yang aneh saat proses penguburan, tapi kejanggalan terjadi setelah semua keluarga pulang kembali kerumahnya

Pagi itu setelah proses penguburan ayah wandi duduk di kursi ruang tamu dengan expresi wajah sangat sedih, mata yang berkaca-kaca karena harus merelakan kepergian istri tercinta untuk selamanya

"Pak, jangan melamun pak" ucap eneng anak perempuan satu-satunya, sambil membawa kan segelas air

Tapi ayah wandi tidak menjawab, hanya meneteskan air mata saja, air mata yang terus keluar dari matanya tiba-tiba berubah warna, warna air matanya jadi merah darah,

"Pak, bapak kenapa" teriak eneng karena langsung teringat kejadian yang terjadi pada ibunya sebelum meninggal

Membuat semua keluarga yang dirumah menghampiri eneng

"Ya Allah" ucap anak kedua melihat kondisi ayahnya, karena perutnya membesar seperti kejadian yang di alami ibunya

Semua menangis melihat kondisi ayahnya, karena yang di alami ibunya sebelum meninggal kini terjadi juga pada ayahnya

Teriakan minta tolong dari dalam rumah, membuat para tetangga berdatangan kembali kerumah wandi

Semua warga yang rumahnya dekat langsung datang dan betapa kagetnya warga melihat kondisi ayah wandi yang sama persis seperti istrinya

"Wan lebih baik kamu berikhtiar untuk kesembuhan ayahmu, sepertinya ini penyakit sihir" ucap tokoh masyarakat kepada wandi

"Tapi Saya harus mencari orang yang bisa mengobati kemana pak" tanya Wandi

"Katanya di kampung sebelah ada tabib yang suka ngobatin, wan" jawab tokoh masyarakat

Langsung wandipun bergegas untuk menjemput tabib yang di beritahu tokoh masyarakat

Tapi setelah tabib itu di datangkan, hasil nya tetap nihil juga, tidak ada perubahan yang terjadi

Semua orang yang katanya bisa membantu mengobati di datangkan kerumah, mantri, tabib, bidan, dan ustadpun di datangkan hasilnya tetap nihil juga,

hingga di hari ketiga setelah ayahnya jatuh sakit, Wandi di beritahu salah satu warga katanya di kampung sebelah ada pesantren yang pimpinan pondoknya suka bantu orang sakit di luar logika

Wandi yang terus berusaha mencari orang yang bisa membantu mengobati ayahnya tidak putus harapan, sekecil apapun harapan itu wandi terus berusaha tak ingin kehilangan kembali orang tuanya

Di saat perjalanan menuju pondok pesantren hujan turus sangat deras, wandi memutuskan untuk berteduh di warung pinggir jalan

Di dalam warung, ada dua orang yang ikut berdetuh, kedua orang itu memakai baju koko , peci putih dan sorban

"Permisi, numpang berteduh" ucap wandi yang ingin duduk di kursi warung

"Oh silahkan, saya juga numpang berteduh disini" jawab salah seorang

"Kang, motor simpan saja disini tak usah di lanjutin lagi perjalanan menuju pondok pesantren, orang yang akan kamu temui di sana adalah saya, mohon maaf saya tidak bisa membantu ayah mu, tapi saya akan mendoakan untuk kesembuhan nya, akang pergi lah kedaerah Ciwidey, di sana ada guruku, insya Allah kalau guruku berkenan dia bisa bantu untuk mendoakan kesembuhan ayahmu" ucap seorang pria paruh baya, yang ternyata dia adalah ustad yang akan di temui wandi,

"Dari sini ke daerah Ciwidey, memerlukan waktu beberapa hari kalau berjalan kaki, pak ustad" ucap wandi

"Ia saya tau" jawab ustad

"Saya takut tidak ayahku meninggal, seperti hal nya ibuku yang tidak bisa bertahan lama" ucap Wandi

"insya Allah, ayahmu tidak akan meninggal karena sakit yang ia rasakan sekarang, pergi lah, lurus saja jalannya, jangan pernah berbelok walau ada pertigaan jalan, lurus saja" jawab ustad

Wandi terkejut melihat jalan yang di tunjukan ustad, karena di sembrang warung itu, wandi sangat ingat tidak ada jalan raya, karena awalnya yang wandi lihat disebrang warung adalah perkebunan pinus

"Ujung jalan itu rumah guruku, teruslah berjalan walaupun harus memakan waktu berhari-hari" ucap ustad

Tampa keraguan, setelah motor ia titipkan ke pemilik warung, wandi mulai berjalan, karena hujan sudah reda

Ada sedikit perdebatan dengan pemilik warung saat menitipkan motor, karena jalan yang akan dilalui wandi di sebrang warung adalah kebun pinus, sedangkan yang dilihat wandi adalah jalan raya.

*******

Sekaan mendapatkan setitik harapan, wandi melangkahkan kaki tampa keraguan, meskipun pemilik warung mengatakan sebrang jalan itu kebun pinus

"Bismillahirrahmanirrahim"

Ada yang aneh saat mulai memasuki jalan tersebut, langit jadi begitu cerah terik matahari sangat menyengat kulit, padahal tadi cuaca nya hujan sangat deras

Lebih dari dua jam berjalan tak ada satu orang pun yang ia temui, padahal banyak rumah yang berjajar di pinggir jalan, layaknya perkampungan

Wandi merasakan kelelahan yang luar biasa, karena terik nya matahari, sesekali ia mengetuk pintu rumah mencoba untuk meminta air, tapi tak ada satu orang pun yang keluar rumah

Dan setitik harapanpun muncul kembali saat wandi melihat ada masjid, wandi langsung bergegas masuk kedalam masjid dan mencari tempat wudhu untuk di minum air nya

"Alhamdulilah" ucapan syukur dari wandi, setelah meminum air keran, rasa dahaga pun langsung hilang

Saat wandi mau melanjutkan perjalan, terdengar suara alarm jam dalam masjid

"Teng, teng, teng" bunyi alarm jam, jam clasik yang sangat antik sekali

Saat wandi tengok dari jendela luar ternyata jam menunjukan jam dua belas siang, langsung wandi bergegas kembali ke tempat wudhu untuk melaksanakan solat dhuhur

Tapi anehnya tidak ada satu orangpun yang datang ke masjid, dan saat wandi melihat jadwal adzan dhuhur beberapa menit lagi waktunya adzan, wandi yang terbiasa adzan di kampung nya, dia berinisiatif untuk mengumandangkan adzan

Setelah adzan di kumandangkan tak ada satu orangpun juga yang datang, hingga akhirnya wandi memutuskan untuk sholat sendiri

Di saat wandi sedang membaca Fatihah di rakaat pertama, ada yang menepuk pundaknya, otomatis dalam hati wandi mengubah niat sholatnya menjadi imam

Betapa kagetnya ia setelah selesai melaksanakan sholat,

"Ya Allah sembuhkan kembali ayahku, angkat kembali penyakit yang kau berikan kepada ayahku, jangan kau ambil nyawanya seperti kau ambil nyawa ibuku, aku belum siap untuk kehilangan ayahku," do'a Wandi setelah beres sholat

"Aamiin" gemuruh di belakang wandi yang mengaminkan do'a nya

Dan saat wandi tengok kebelakang, masjid yang sangat besar itu penuh dengan orang, mereka solat berjamaah bersama wandi

"Pergilah, lanjutkan kembali perjalanan mu, dan kami semua akan mendoakan untuk kesembuhan ayahmu, kamu anak yang berbakti, nak" ucap Ma'mum yang berada tepat di belakang wandi

Dan wandipun langsung bergegas melanjutkan perjalanan nya

Setelah keluar masjid keanehan pun terjadi, kini di pinggir jalan maupun di teras rumah samping jalan jadi banyak orang, layaknya sebuah perkampungan

Mereka semua hanya tersenyum kepada wandi, tak ada yang aneh saat melanjutkan perjalanan wandi hanya berhenti untuk melaksanakan solat ashar dan magrib di masjid yang ada di pinggir jalan

Dalam hati hanya berharap ingin segera sampai di ujung jalan dan segera bertemu guru nya ustad untuk membantu kesembuhan ayahnya

Jam menunjukan jam sepuluh malam, saat wandi masuk kembali kedalam masjid dia memutuskan untuk sholat isya dan beristirahat sejenak

Setelah beres sholat isya, tiba-tiba ada seorang lelaki tua membawa nampan, di atas nampan tersebut ada sepering nasi dan lauknya, segelas air putih juga

"Makanlah, lanjutkan kembali perjalanan besok pagi" ucapnya

"Terima kasih banyak, tapi aku harus bergegas menemui gurunya ustad di ujung jalan ini" jawab nya

"Di luar berbahaya, ini bukan lagi alam mu, dan guru yang akan kamu temuipun tidak akan kemana, jika Tuhan menakdirkan kamu bertemu" jelasnya pria Tua

"Saya takut ayahku kenapa napa jika tidak segera bertemu, apapun rintangan nya akan saya hadapi" jawab wandi

"Yang penting saya sudah mengingatkan, balik lagi kesini, kalau kamu tidak kuat menyaksikan apa yang akan kamu lihat" ucapnya sambil pergi keluar masjid

Setelah beres makan, wandi melanjutkan kembali perjalanan nya, karena di pinggir jalan lampu penerangan menyala membuat wandi berani melakukan perjalanan malam

Tapi kurang lebih jarak 100 meter dari masjid, bulu kuduk nya berdiri, wandi merasakan ada hal yang ga bener walau wandi belum melihat apapun

Langkah nya terhenti saat wandi mendengar suara jeritan, tangisan dan tertawaan dengan suara yang sangat menyeramkan

Di saat ia menengok kepinggir jalan, semua hantu yang ada di Indonesia menampakan wujudnya dengan wajah yang sangat menyeramkan kan

Membuat nyali wandi ciut, dan memutuskan untuk balik lagi ke masjid mengunakan langkah seribu

"Sudah ku bilang ini bukan lagi alam mu, besok pagi lanjutkan kembali perjalanan nya, ngeyel, katanya berani buktinya lari" ucap pria tua yang berdiri di depan pintu masjid

"Mereka keroyokan pak" jawab wandi sambil ngos-ngosan

"Ini alam mereka, kamu yang ganggu mereka, sudah sekarang tidur aja, besok setelah sholat subuh baru lanjutkan lagi perjalanan nya" ucap pria tua

wandipun beristirahat di dalam masjid, menurut ucapan pria tua, sedangkan pria tua itu pulang kerumahnya

*******

Di dalam masjid suasananya begitu damai, hati yang tidak karuan karena terus memikirkan ayahnya yang sedang sakit pun sejenak sirna

Tapi di luar masjid hawanya begitu berbeda, disaat wandi keluar masjid untuk mengambil air wudhu

Lampu penerangan jalanpun semuanya mati, angker sekali suana di luar membuat wandi merinding ketakutan

"Hiiiiiih, sebenarnya saya sedang berada dimana, perasaan ini bukan alam manusia, ah yang penting ayahku bisa di bantu untuk proses kesembuhan nya" ucap wandi setelah mengambil air wudhu

Langsung wandipun menunaikan shalat hajat,

"Ya Allah, angkat kembali penyakit yang kau berikan kepada ayahku, mau itu penyakit kiriman, sihir maupun guna-guna, semua atas kehendak mu, saya belum ikhlas jika harus merelakan kepergian ayahku yang penyakitnya sama seperti almarhum ibuku, berikan juga tempat terindah disisi mu untuk almarhum ibuku ya Allah" do'a wandi setelah selesai melaksanakan solat sambil meneteskan air mata

Wandipun tidur di dalam masjid dan bangun di waktu subuh untuk melaksanakan solat, setelah mentari menyinari dunia, wandi berjalan kembali untuk meneruskan perjalanan

"Ingat tujuan mu dari rumah, jangan pernah lari kebelakang apapun yang terjadi, karena di perkampungan yang akan kamu lalui akan berbeda, takutlah hanya kepada Tuhan" ucap pria tua semalam di pintu keluar masjid

Benar saja di kampung yang dilalui nya sekarang sangat berbeda, jika di kampung sebelum nya penduduk layaknya manusia biasa, di kampung ini banyak sekali wajah yang sangat menakutkan

Muka hancur, matanya tinggal sebelah, wajahnya pun di penuhi belatung, mau itu perempuan ataupun laki-laki

Bagian bawahnya seperti manusia tapi kepalanya, kepala hewan mungkin semua jenis hewan ada, bahkan juga sebaliknya kepala manusia tapi tubuh bagian bawah seperti hewan

Dan yang membuat wandi ingin lari kebelakang adalah karena sosok tampa kepala yang hendak mendekati nya,

Tapi ia teringat ucapan pria tua yang melarangnya berlari kebelakang, sempat diam sejenak pilihan mana yang harus dipilih, wandi mundur beberapa langkah karena sosok tampa kepala itu semakin mendekat

"Bismillahirrahmanirrahim" dia berlari kedepan sambil menutup mata, melawan rasa takutnya, tak terhitung jumlahnya ia jatuh bangun karena terjatuh terus menerus

Membuat kaki dan tangan nya pun penuh luka, lebih dari tiga jam wandi berlari hingga akhirnya nya ia melewati seperti gapura,

Dan benar saja kini ia berpindah kampung, karena di kampung yang akan di laluinya berbeda

"Alhamdulilah, hah, hah, hah" ucapan syukur keluar dari mulutnya sambil ngos-ngosan

"Kenapa kang, cape benar kayanya" suara perempuan berparas sangat cantik menyapa di depan rumah samping gapura

"Ia, akang ketakutan neng, soalnya di kampung itu banyak yang menyeramkan, membuat akang lari tunggang langgang" jelas Wandi sambil terbata bata karena melihat paras wajahnya yang sangat cantik

"Takut sama Tuhan kang, bukan takut sama hantu, sini mampir, neng obatin lukanya" jawab perempuan

"Ia, terima kasih. Sekalian akang mau minta segelas air" ucap wandi sambil menghari perempuan

"Duduk dulu aja, neng kedalam dulu" jawab perempuan mempersilahkan duduk di teras rumah

Betapa kagetnya wandi saat melihat perempuan yang datang dari dalam rumah

"Kang, mana lukanya sini saya obatin, kata adik saya akang terluka karena lari ketakutan melihat hantu di kampung sebelah" ucap perempuan sangat cantik sekali, memakai kebaya berwarna merah muda, rambut yang di kepang dan wangi parfum yang memikat jiwa sambil membawa piring yang terbuat dari tanah liat

Ternyata dalam piring tersebut adalah obat tradisional dari dedaunan yang telah di tumbuk, dengan sentuhan manja tangan perempuan cantik itu mengobati luka wandi yang di siku tangan dan kaki yang terluka saat terjatuh

"Aduh" rengek wandi

"Perih ia kang, yang penting luka akang sembuh" jawab perempuan cantik dengan manisnya

"Kang, ini airnya diminum dulu" ucap perempuan yang pertama menyapa wandi

Langsung wandipun meminumnya,

"Dik, ini nasinya sudah matang, si akangnya bawa masuk kedalam, kasian pasti sangat lapar" teriak perempuan di dalam rumah

Ternyata di rumah tersebut ada tiga saudara perempuan dengan paras sangat cantik semua, wandipun masuk kedalam rumah sambil di bopong kedua perempuan cantik,

Padahal sakitnya tidak seberapa, tapi seakan wandi ingin berpura-pura sakit.

"Kita bertiga sudah menunggu akang dari kemarin, mari kita makan, kang" ucap perempuan yang lebih cantik lagi

"Ia, mari" jawab wandi

Mereka berempat pun makan dengan lahap nya, dan membuat wandi lupa akan tujuan awalnya

Setelah makan, wandi duduk di ruang tamu, tidak di kursi melainkan di atas tikar duduk nya

"Istirahat dulu aja kang" ucap salah satu perempuan sambil menyodorkan bantal

Wandi tidak menolak, hanya menurut saja, di saat wandi tiduran, betapa kagetnya ia saat merasakan belaian manja tangan yang sangat halus menyentuh betis kaki dan tangannya, ternyata ketiga perempuan itu sedang memijat wandi

Betapa melayang layang nya pikiran wandi, karena ini kali pertama ia di pijat perempuan, langsung tiga orang pula yang memijat nya

Selang beberapa saat rasa kantuk pun datang, wandi tertidur lelap dan betapa kagetnya dalam mimpi ada yang memanggil² namanya membuat ia langsung terbangun

"Wan, Wan, wan" suara itu adalah suara ayahnya

"Astaghfirullah haladzim" ucap wandi karena tersadar akan tujuan awalnya

"Neng, terima kasih banyak atas jamuan makan dan membolehkan akang beristirahat di sini, bukannya akang tidak betah, tapi akang harus segera menemui gurunya ustad, karena ayah akang sedang sakit" ucap wandi berpamitan

"Istrahat dulu aja kang" ucap salah satu perempuan

"Tidak terima kasih, akang harus bergegas" jawab wandi dan betapa kagetnya ia saat keluar rumah, ternyata hari sudah senja

Wandipun jalan cepat tak ingin bertemu malam di jalan, tapi tetap saja wandi kemalaman di jalan,

Tak ada yang aneh saat perjalanan malam ini, tidak ada penampakan ataupun hal yang menyeramkan

Sesekali ia istirahat di jalan, tidur beberapa saat dan melanjutkan perjalanan kembali, hingga pagi pun tiba,

Tepat di arah mentari terbit itu adalah ujung jalan, dan ada sebuah rumah, rasa cape seketika sirna melihat pemandangan tersebut, karena ia yakin kalau ujung jalan dan rumah tersebut adalah tempat tinggal orang yang akan ia temui

"Asalamualaikum" ucapan salam dari luar rumah

"Waalaikum salam" jawaban salam dari seorang pria tua di dalam rumah sambil membukakan pintu

"Loh, ko kakek ada disini, bukankah rumah kakek dekat masjid di kampung yang jauh di sana" ucap wandi keheranan

"Rumah kakek disini, dan orang yang ingin kamu temui adalah saya, kiranya kamu ga bakal sampai kesini, karena takut hantu dan betah diam dirumah perempuan" jawab pria tua

"Awalnya saya mau kabur, dan juga sangat betah diam dirumah perempuan yang seperti bidadari paras wajahnya, tapi saya teringat ucapan kakek tujuan awal dan bermimpi ayahku terus memanggil namaku, tolong bantu ayahku kek, saya mohon, karena sakitnya itu diluar logika, seperti terkena ilmu sihir" pinta wandi

"Mau itu karena santet, guna guna dan ilmu sihir itu semua kehendak Tuhan, mintalah kesembuhan kepada tuhan, karena tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, kakek tidak bisa apa-apa tapi kakek akan bantu mendoakan kesembuhan ayahmu, insya Allah ayahmu bisa sembuh kembali, Tapi" jelas pria tua

"Tapi, ayahku kenapa kek" tanya wandi

"Sekarang, ayahmu sedang di solatkan dan sebentar lagi akan di kuburkan, bahkan kuburan nyapun sudah siap" jawab Kakek

Wandi terduduk lesu sambil meneteskan air mata, mendengar ucapan pria tua

*******

Penyesalan sangat mendalam di rasakan Wandi, air mata tak henti-hentinya menetes dari matanya, bahkan ia sampai menangis sesenggukan

"Andai saja saya tidak tidur di masjid dan tidur dirumahnya perempuan, mungkin ayahku masih bisa di bantu, kamu bodoh wandi, kamu lebih takut hantu dan diam dirumah perempuan, coba kalau terus berjalan mungkin ayah mu masih bisa di tolong" gerutu wandi kepada dirinya sendiri sambil menampar wajah dan dadanya sendiri

"Sudah hentikan perbuatan bodohmu yang melukai diri sendiri" ucap kakek tua

"Saya tidak ingin ayah ku meninggal, hiks, hiks, hiks" teriak wandi sambil menangis sesenggukan

"Saya tahu kamu ingin ayahmu sembuh kembali, sudah hentikan perbuatan bodohmu itu kita berangkat sekarang" ucap kakek tua

"Perjalan dari sini memerlukan waktu 3 hari kek, pasti tidak akan keburu" jawab wandi sambil menangis

"Keburu, jikapun sudah dikubur, gali lagi aja. insya Allah ayahmu masih hidup dan belum saatnya meninggal karena sakit yang ia alami sekarang" jelas kakek tua

"Yang benar kek, bahwa ayahku belum saatnya meninggal" jawab wandi sumbringah mendengar perkataan kakek tua

"Atas ijin Allah ayahmu masih hidup walaupun sudah dikuburkan, kita berangkat sekarang, hapus air matamu itu" kakek tua berucap kembali

Dan keanehan pun terjadi lagi, saat pintu rumah di buka, kini wandi dan kakek tua berada dipinggir jalan tidak lagi di ujung jalan, dan di sebrang jalan itu adalah warung tempat ia menitipkan motor untuk memulai perjalanan

Belum sempat Wandi bertanya, kakek tua berkata duluan

"Sudah jangan banyak tanya, sekarang kita harus cepat, nyalain kendaraan mu itu" ucap kakek tua

Setelah berterima kasih kepada pemilik warung, wandi menyalakan sepada motor nya,

Mereka berdua berangkat dengan laju motor yang sangat cepat karena ingin segera sampai kerumah,

Kurang lebih setengah jam perjalanan dari warung tempat dititipkan sepeda motor untuk sampai kerumah nya

Benar saja saat sampai di rumah tidak ada satu orang pun, Wandi pun bergegas kepemakaman, dan di pemakaman banyak orang yang berkumpul

Disana sedang menguburkan ayahnya wandi, tanah kuburan baru menutupi setengah papan yang menutupi ayahnya

"JANGAN KUBUR AYAHKU, AYAHKU BELUM MENINGGAL" teriak wandi sangat kencang membuat Warga menghentikan sejenak proses penguburan ayahnya

wandi menggali kembali tanah kuburan yang belum sepenuhnya menutup ayahnya diliang kubur, walaupun sempat berkelahi dan cekcok sama warga maupun keluarga

Wandi tidak menghiraukan nya, dia menggali lagi kuburan ayahnya, tapi saat papan penutup dibuka, ayah nya tidak hidup kembali menandakan ia telah meninggal dunia

Hingga ia di angkat paksa oleh warga, untuk segera menguburkan kembali ayahnya,

"AYAHKU BELUM MENINGGAL, TUNJUKAN KEAGUNGAN MU TUHAN" teriak wandi di atas kuburan ayahnya yang hendak di tutup kembali liang kuburnya

"DUUUUAAAAAAAAARRR" suara petir menggelar tidak ada angin maupun hujan, di pagi itu matahari bersinar begitu cerah Seakan langit mendengar teriakan wandi

Sontak semua warga yang berada di pemakaman menundukan kepala, takut terkena sambaran petir

Selang beberapa saat warga mulai menutup kembali liang kubur ayah nya, tapi baru satu cangkulan tanah di turunkan keliang kubur, tiba-tiba papan penutup dimana ayahnya terbaring, bergetar sendiri, membuat wandi sangat kegirangan melihat kejadian itu

"Lihat ayah ku masih hidup, ia berusaha keluar" ucap Wandi sambil mau loncat kedalam liang kubur

Belum sempat Wandi loncat, semua papan penutup terbang dengan sendirinya dan keluar asap hitam pekat dari dalam liang kubur, membuat wandi menghentikan langkahnya

Samar terlihat sosok dengan wajah sangat menyeramkan dan dua benda menyala seperti api seukuran telor terlihat, dua benda itu ternyata mata dari sosok dibalik asap yang keluar dari liang kubur

"Akhiri nya keluar juga, sheeeuuut" ucap kakek yang bersama wandi sambil menggerakan tangannya seakan menangkap mahluk menyeramkan tersebut

Dan seketika asap hitampun hilang dari dalam liang kubur

Betapa kagetnya warga beserta keluarga yang ada di tempat pemakaman ayahnya wandi saat mendengar

"Ohok, ohok, ohok" suara batuk dari dalam liang kubur

"Alhamdulilah, aaaaaaaaayyyaaaah" ucapan syukur keluar dari mulut wandi sambil loncat kedalam liang kubur

Wandi terus menangis sambil memeluk kepala ayah nya

"Ini, dimana wan, kamu kenapa menangis, kenapa juga ayah memakai kain kavan dan berada diliang kubur, apakah ayah sudah meninggal Wan" sepatah kata yang terucap dari mulut ayah Wandi, membuat tangisan kesedihan berubah jadi kebahagiaan, semua warga dan keluarga pun ikut menangis menyaksikan hal di luar logika tersebut

"Ayah belum meninggal, sudah jangan dulu banyak pikiran kita pulang kerumah, entar wandi jelasin semuanya, tolong bantu kakak dek, bantu angkat ayah kembali sekarang kita bawa kerumah," jawab wandi ke ayah dan pinta wandi ke adek nya

Ayahnya pun kembali menghirup udara dunia, walaupun sebenarnya tepat jam 6 pagi ia telah tiada

Dan langsung semua warga menutup kembali kembali liang kuburnya namun kini tak ada isinya, karena ayah Wandi hidup kembali, dan sembuh dari penyakitnya juga

Setelah berada di rumah, wandi baru tersadar dimana kakek tua yang datang bersamanya, di cari dan di tanyakan kepada semua warga dan keluarga juga tidak ada yang melihatnya setelah kakek itu seakan mengambil sesuatu di balik asap yang keluar dari liang kubur, wandi dan semua warga tidak berfokus kepadanya karena berpindah pokus kepada ayahnya wandi yang hidup kembali

Hingga akhirnya wandi memutuskan untuk kembali ke warung tempat dimana jalan menuju rumah kakek tua tersebut,

Tapi saat sampai di warung, sebrang jalan hanya kebun pinus tidak ada jalan raya, tak putus harapan wandi pun meneruskan perjalanan kepondok pesantren yang akan ia tuju sebelumnya, tapi berhubung bertemu di jalan ia tidak jadi kesana

Dan betapa kagetnya wandi saat sampai di pondok pesantren, pimpinan pondok mengatakan tidak pernah berjumpa dengan wandi di warung saat berteduh, karena di hari itu ustad tidak kemana-mana berada di pondok dan tidak tahu menahu soal kakek tua yang di ceritakan wandi

"Itu pertolongan dari Tuhan, lewat perantara orang seperti saya dan bertemu kakek tua, perbanyak bersyukur dan perkuat juga keimanan mu kepada Tuhan, jika Tuhan berkehendak yang jelas sudah meninggal pun bisa hidup kembali, sekarang kamu pulang lah" pesan yang di berikan kepada wandi dari ustadz pimpinan pondok pesantren

"Tapi saya belum mengucapkan terima kasih ustad" jawab wandi

"Cukuplah kamu berterima kasih kepada Tuhan, tidak mustahil di kemudian hari kamu bisa berjumpa dengannya lagi untuk mengucapkan terima kasih" jawab ustad

wandipun pulang kembali dengan hati gundah karena belum sempat mengungkapkan terima kasih kepada kakek tua tersebut

Selang beberapa bulan kemudian, hati wandi yang masih gundah karena belum mengucapkan terima kasih, ia datang kesuatu tempat di Ciwidey, nama tempat yang di berikan ustad sebelum bertemu dengan kakek tua itu, sayangnya tidak juga berjumpa, tempat nya ada tapi rumah dan kakek itu tidak ada, warga disana tidak ada yang tahu, tapi rasa gundah wandi sedikit terobati karena satu pohon yang berada di sana, karena ia ingat betul di depan rumah kakek ada pohon yang sama persis dengan pohon tersebut

*SEKIAN*

Note:
Ayah wandi meninggal di usia 70 tahun lebih penyakitnya tidak kambuh lagi, dan meninggal nyapun selang sepuluh tahun kemudian dan saat itu wandi ikhlas merelakan kepergian ayahnya untuk selamanya

Nyata tidaknya kisah yang di berikan bapak wandi kepada saya saat menunggu kendaraan umum, saya kembalikan kembali kepada pendapat kalian masing-masing, tapi saya harap tidak menjadi perdebatan lebih baik anggap dongeng sebelum tidur jika kisah yang di berikan pak wandi fiksi, terima kasih.

close