KUTUKAN ILMU PELET SEMAR IRENG
Dalam dunia mistik Kejawen, Aji Pelet Semar Ireng merupakan salah satu Ilmu Pengasihan tingkat tinggi, yang tidak bisa diremehkan kedahsyatannya.
Diceritakan konon pemilik ajian satu ini akan mampu menaklukkan banyak wanita yang dikehendakinya. Bahkan dalam beberapa tingkatan tertentu, ajian ini akan menjadikan si pengamalnya memiliki kesaktian luar biasa.
Kisah berikut ini dituturkan oleh narasumber kepada JEJAKMISTERI, alamat maupun jati dirinya saya rahasiakan.
Dia adalah seorang yang pernah merasakan kedahsyatan Aji Pelet Semar Ireng untuk menaklukkan banyak perempuan dalam petualangan cintanya.
Berikut kisah nyata penuturan dari pelaku peristiwa.
JEJAKMISTERI - Mempunyai wajah tampan dan materi berkecukupan tidak seutuhnya menjamin seorang pria dapat dengan mudah menaklukkan dan mengencani wanita cantik. Lain lagi dengan kisahku. Meski wajahku terbilang biasa saja dengan kulit agak hitam dan postur agak pendek, serta kehidupan yang sederhana, tapi aku mampu menundukkan hati setiap wanita yang kudekati. Bahkan, aku adalah seumpama sang Surjana pemetik bunga. Ya, itulah julukan yang pantas disematkan oleh mereka yang mengetahui aksiku.
Semua itu terjadi karena aku berhasil mengamalkan ritual ilmu kuno bernama Aji Pelet Semar Ireng dengan tingkatan sempurna. Rangkaian peristiwanya sendiri berawal dari persahabatanku dengan sosok jin yang mendiami jamban kujang di sungai Citarum yang ada di kampungku.
Peristiwa itu sudah cukup lama terjadi, yakni sekitar tahun 1999. Saat itu aku kerap dimarahi oleh kedua orang tuaku. Maklum, kami tergolong keluarga serba kekurangan dalam hal ekonomi. Setiap hari ada saja ulahku yang membuat mereka marah. Mereka bilang aku adalah anak yang bandel dan susah diatur. Hal inilah yang membuatku selalu tidak tenang. Aku sering merenung dan melakukan mutih (makan hanya nasi putih dan minum air biasa).
Konon, kata orang tua, dengan lelaku ini akan menentramkan Hati dan banyak kemudahan dalam hidup.
Suatu hari aku sedang merenung di pinggir kali Citarum, memikirkan nasibku yang selalu dimarahi orang tua. Tidak jauh dari sungai ada sebuah pohon besar. Masyarakat desaku menyebutnya pohon Elo. Mereka percaya bahwa pohon ini ada penunggunya. Entahlah!
Menjelang Maghrib aku masih duduk di bebatuan di sebelah barat sungai. Entah dari mana tiba-tiba terdengar seseorang menegurku, "Nak, pulanglah... sudah Maghrib!"
Aku terkejut, dan langsung berdiri mencari si pemilik suara. Namun aku tak menemukan seorang pun di sekitar sungai. Saat itu bulu kudukku mulai meremang. Namun perlahan kucoba tidak mempedulikan keanehan itu. Aku malah kembali duduk diatas batu yang sejak tadi kududuki.
Selanjutnya tanpa kuduga, aku dikejutkan oleh sebongkah batu besar yang jatuh ke sungai. Kontan dengan perasaan takut akhirnya aku segera naik ke atas tanggul untuk pulang.
Setelah sampai di rumah, aku langsung mandi, kemudian sholat Maghrib. Usai sholat aku keluar menuju rumah Kang Akim, yang letaknya tak jauh dari rumahku. Kepada sahabatku yang kuanggap seperti abangku sendiri ini kuceritakan kejadian yang baru saja kualami.
Lelaki yang berprofesi sebagai tukang jahit ini memang kutahu mengerti tentang dunia kebatinan.
Dan nampaknya dia begitu serius menanggapi ceritaku.
"Yang mengganggumu di sungai itu adalah sosok makhluk halus sebangsa jin. Namun kamu jangan khawatir. Karena pada dasarnya dia tak bermaksud mencelakaimu" ungkap Kang Akim.
"Mungkin jin itu ingin kau ajak bersahabat" katanya disaat aku masih berdiam diri.
"Apa? Berteman dengan jin?" Tanyaku heran. "Memangnya bisa?"
"Tentu bisa! Asal kamu berani. Malam Jum'at kamu datang ke rumahku!" Tantangnya.
Tanpa berpikir panjang, malam Jum'at kemudian, aku kembali datang ke rumah Kang Akim. Ketika malam semakin larut dia mengajakku masuk ke sebuah kamar khusus yang telah disediakannya. Disana sudah disiapkan berbagai sarana ritual seperti bunga 7 rupa, air putih, kelapa muda, kopi pahit, teh manis, kue 7 rupa, rokok cerutu dan kemenyan.
Sekitar pukul 12 malam, kami menjalankan doa bersama. Setelah lama berselang, saat kami masih berkonsentrasi melafadzkan wiridan khusus tiba-tiba bulu kudukku pun meremang. Serasa ada hawa lain menerpa tubuhku.
Setelah itu, lampu kamar mendadak mati dengan sendirinya. Ruangan berubah jadi gelap gulita. Hanya secercah sinar rembulan yang masuk lewat celah ventilasi. Selanjutnya secara mengejutkan munculah sosok bayangan hitam yang berwujud mirip manusia.
Makhluk itu berdiri di hadapan kami.
Tampak sepasang matanya seperti mata kucing, tapi lonjong dari bawah ke atas. Sosok ini memakai pakaian hitam panjang serta mengenakan ikat di kepalanya, seperti layaknya yang biasa dipakai orang Jawa di pedesaan.
"Cepat kau ucapkan salam perkenalan dengannya!" Bisik Kang Akim.
Dia bahkan menyuruhku berkenalan dengan cara berjabat tangan dengan makhluk itu.
Meski agak ragu dan takut, aku mencoba memberanikan diri bersalaman dengan sosok jin itu. Dan saat kupegang tangannya, dari tubuh jin itu tercium bau anyir seperti sperma.
Setelah kusebut namaku, makhluk itu pun menyebut dirinya bernam Abubahri. Setelah sedikit kami berbincang jin itu lambat laun menghilang dan pergi dari hadapan kami yang masih duduk bersila.
Itulah awalnya aku bersahabat dengan jin. Semenjak aku bersahabat dengan sosok jin bernama Abubahri itu, kurasakan banyak keanehan dan keistimewaan dalam kehidupanku. Pada malam-malam tertentu, secara tiba-tiba bulu kudukku meremang seolah ada sosok yang selalu mengawasiku dimanapun aku berada.
Yang tak kalah aneh, pada saat sinar rembulan redup, aku dapat melihat makhluk-makhluk halus yang ada di sekelilingku. Hingga pada suatu hari, aku pernah naik bis jurusan Bandung-Jakarta. Aku mengambil duduk ditengah dan disamping penumpang lain. Namun begitu seorang kondektur datang menghampiriku dia tidak meminta ongkos padaku. Sedang pada dua penumpang di sebelahku dia meminta ongkos. Begitupun pada penumpang lainnya. Dan begitu aku sodorkan uang, kondektur itu diam saja. Seolah dia tidak melihat sama sekali keberadaanku.
Peristiwa aneh semacam itu sudah terjadi berulangkali. Ya, tiap aku naik bus, maka kondektur tak melihatku.
Keanehan bahkan tak berhenti sampai di situ. Saat aku makan di sebuah rumah makan dan hendak membayar, si pemilik warung malah tak mau menerima uangku alias gratis.
Suatu ketika aku pernah dikeroyok tiga orang preman yang bermaksud memalakku. Salah seorang diantaranya membawa pisau. Dalam perkelahian, kedua preman membekap tubuhku dari belakang. Seseorang diantaranya menusukkan benda tajam itu tepat ke perutku.
Keanehan pun kembali terjadi. Pisau itu ternyata tak mempan melukai kulitku.
Sedang dua orang temannya kulempar ke depan hingga membuat mereka terpental beberapa jauh dari hadapanku.
Kontan hal itu membuat ketiga preman itu kabur. Aku sama sekali tak habis pikir, dari mana aku punya kekuatan seperti itu.
Selain beberapa kelebihan yang kurasakan, kehadiran jin Abubahri itu juga pernah membuat efek tidak baik.
Suatu hari, jin itu mencuri uang arisan yang disimpan ayahku. Kami sekeluarga jadi cemas. Beruntung, ada Mak Ijah, seorang dukun di kampungku yang memberi tahu, bahwa hilangnya uang itu akibat ulah sosok jin yang bersarang di tubuhku. Karena kejadian ini ayah marah besar.
"Kalau kau bersekutu dengan jin, maka sebaiknya kau tidak usah menjadi anakku. Musyrik hukumnya!" Ancam ayah dengan keras.
Sejak saat itu aku bertekad untuk tidak lagi bersahabat dengan jin Abubahri. Namun menghilangkan pengaruh makhluk itu ternyata tidak mudah. Bahkan menurut kang Akim, untuk hal ini aku harus bersetubuh dengan seorang wanita, maka barulah jin itu akan keluar. Edan, benar-benar edan! Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?
Waktu terus berlalu. Suatu malam, antara sadar dan tidak sadar aku bermimpi mendapat petunjuk untuk pergi ke suatu tempat yang disebut sebagai jamban kujang sungai Citarum. Saat terbangun, seperti ada dorongan yang sangat kuat. Malam itu juga, sekitar pukul 01.00 dini hari aku segera bergerak menuju sungai yang memang tidak begitu jauh dari rumahku.
Begitu sampai di pinggir sungai, aku menemukan sebatang bambu yang setelah kubuka, di dalamnya berisi secarik kertas tua yang terbuat dari kulit pohon waru. Dalam kertas itu ternyata ada sebuah tulisan dalam aksara Sunda Kuno yang sulit kupahami. Aneh, memang!
Esok sorenya aku mendatangi rumah Aki Asep, seorang dalang wayang golek di desaku yang sudah berusia sepuh dan sudah lama pensiun mendalang. Setelah kuutarakan maksud kedatanganku, dengan teliti Aki Asep menerjemahkan tulisan diatas kulit waru itu ke dalam aksara latin dengan bahasa Sunda.
Setelah diterjemahkan, tulisan itu ternyata sebuah mantera ilmu pengasihan bernama Aji Semar Ireng, lengkap dengan tata cara ritualnya.
Anehnya, karena dorongan yang tidak kupahami darimana datangnya, aku malah terus menghafal dan mempelajari ilmu itu, sekaligus menjalankan ritualnya walau relatif berat.
Setelah berhasil menjalankan ritual, untuk pertama kalinya, aku mencoba memelet Murni, seorang gadis yang telah lama kutaksir, yang masih teman sekolahku sendiri.
Dulu aku sempat mengutarakan perasaan cintaku pada Murni, namun yang kudapat hanya penolakan dan cacian. Sejak saat itu aku menjadi minder dan tidak percaya diri mendekati perempuan di sekolah.
Aku mulai menjalankan puasa selama 3 hari yang dimulai pada hari Selasa.
Bukan hanya makan nasi 3 kepal dan segelas air. Hari kedua makan nasi 2 kepal dan air putih, dan hari ketiga makan hanya 1 kepal dan air putih. Dan terakhir ditambah patigeni (tidak makan dan tidur) sehari semalam.
Saat patigeni, malamnya mantera kubaca satu kali sambil konsentrasi membayangkan wajah perempuan yang hendak kupelet. Selama menjalankan ritual, tiap malam banyak sekali godaan.
Diantaranya sering terdengar suara rintihan dan tawa seorang perempuan yang kuyakini adalah sosok kuntilanak.
Selain itu, muncul berbagai bayangan menyeramkan mendatangiku, dan hal-hal lainnya yang berusaha menggagalkan tirakatku. Namun aku tetap bertekad untuk terus bertahan demi keberhasilan ilmu yang aku kuasai.
Seminggu kemudian, nampak tanda-tanda keberhasilan dan tirakat yang kujalani. Murni mengirimiku sepucuk surat yang berisi perasaan cintanya padaku. Dan pada saat kami melakukan pertemuan di belakang sekolah, gadis itu kurayu dan dia diam saja saat kupagut bibirnya yang manis. Ah, betapa bahagianya aku berhasil mendapatkan gadis impianku.
Aku berpacaran dengan Murni selama hampir setahun. Namun yang kurasakan hanya hampa. Entah kenapa, aku tak berani melakukan lebih dari sekedar pacaran biasa dengan Murni. Padahal banyak gadis-gadis lain yang menaruh hati selain Murni. Diantaranya adalah Sofiah. Gadis seksi yang masih teman Murni itu telah lama suka padaku sejak aku memiliki Aji Pelet Semar Ireng.
Suatu hari, saat tak ada guru yang mengajar di kelas, Sofiah mengajakku ke dalam toilet. Di dalam kamar WC yang sepi, Sofiah mengajakku untuk bercinta. Berawal dari ciuman yang panas, kemudian dia membuka baju dan bH-nya. Aku disuruh mencium dan mengulum payudaranya yang besar menantang.
Saat gairah Sofiah kian berkobar, dia mulai membuka celana dan selanjutnya... gila! Sofiah mengoral alat kelaminku. Setelah puas dengan adegan itu, dia pun membuka roknya dan melepas CD-nya. Setelah itu, Sofiah mengajakku bersetubuh. Setan keparat! Aku menggoyang tubuh Sofiah dari belakang. Kamar WC yang sempit menjadi saksi bisu akan perbuatan bejatku.
Selanjutnya, suatu hari aku menaruh hati pada deviyani, salah seorang primadona di desaku. Dia mondok di sebuah pesantren di Garut. Dan setiap dua Minggu sekali dia pulang ke kampung. Saat itulah aku mulai mendekati gadis cantik bertubuh mungil padat yang menjadi buah bibir teman-temanku. Beberapa pertemuan, awalnya Devi menolak saat kuutarakan cintaku.
Namun, setelah kugunakan Aji Pelet Semar Ireng, gadis yang terkenal jutek ini akhirnya takluk juga. Malah dia membuat janji agar aku bertandang ke rumahnya.
Pada hari yang ditentukan aku mendatangi rumahnya sekitar pukul 4 sore. Dan sore itu cuaca mendung. Di rumahnya yang sepi karena orang tuanya sedang pergi menyambangi keluarga, kami duduk berdua dan bincang-bincang. Dari obrolan biasa sampai ke hal-hal yang berbau pornografi.
Sejam kemudian hujan turun. Aku mulai merayu dan membisikan kata-kata gombal padanya. Kemudian saat dia jatuh ke dalam pelukanku, kupegang tangannya dan kukecup bibirnya. Dan dia kian bernafsu saat tanganku yang nakal meremas payudaranya yang padat.
Bahkan dia tak menolak saat kuajak masuk ke kamarnya. Di dalam kamar inilah segala hasrat mulai tersalurkan.
Gadis itu diam saja saat kulucuti pakaiannya satu persatu. Tubuhnya yang mulus bersih sangat menantang kelelakianku. Begitu kucumbui tubuhnya dari atas hingga bawah desah nafasnya kian memburu. Selanjutnya segera mulai kupacu dan kudaku puncak nirwana sambil berjanji akan bertanggung jawab padanya. Devi hanya memejamkan mata dan menjerit kenikmatan sambil menjambak rambutku.
Setelah aku menyelesaikan hajatku, segera kutinggalkan gadis yang masih telanjang bulat di ranjangnya itu. Aku pulang dengan penuh kemenangan yang sulit kuungkap dengan kata-kata.
Sejak kejadian sore itu, aku tak lagi datang ke rumah Devi. Aku malah semakin giat memburu gadis-gadis ABG untuk kukencani. Berbekal Aji Pelet Semar Ireng yang kumiliki, bagiku tidak ada kesulitan menaklukkan gadis secantik apapun.
Di desaku aku menjadi sosok pemuda yang sangat berbahaya dalam hal wanita.
Dimana ada gadis cantik dan menjadi rebutan para pemuda, disitu aku hadir dan berhasil menyaingi mereka untuk menaklukkan gadis pujaan itu. Banyak sudah keperawanan seorang gadis yang kurenggut dengan mudah hanya bermodal rayuan dan rapalan mantera.
Tak sedikit gadis-gadis yang masih tetanggaku sendiri pun aku setubuhi. Bagiku masalah tempat tak jadi persoalan. Jika malam hari aku biasa melakukannya di semak-semak, pekarangan, alun-alun, rumput lapangan bola, di gubuk tengah sawah, di rumah temanku, bahkan di belakang rumah si gadis. Entah, seakan gairahku tak pernah padam. Tak heran bila dalam seminggu saja aku bisa menyetubuhi beberapa gadis berbeda yang telah masuk ke dalam perangkapku.
Ya, aku memang selalu tidak puas dan penasaran pada kemolekan para gadis yang kutemui. Beberapa bunga desa dan teman sekolah wanitaku banyak yang pernah kucicipi tubuhnya.
Bahkan saat aku masih SMU, aku pernah membobol beberapa kali seorang mahasiswi yang menjadi primadona di Kota Kembang Bandung. Dan kalau aku mau, beberapa kali aku ditawari kencan oleh seorang pelacur dengan imbalan uang. Namun saat itu aku selalu menolaknya.
Banyak perempuan yang aku taklukan dengan mudah tentu membuat teman-teman sebayaku merasa iri. Tak sedikit diantara mereka yang memusuhiku.
Perkelahian pun kerap kali terjadi. Untung aku sedikit-sedikit memiliki ilmu beladiri yang pernah aku pelajari dari sebuah perguruan silat di daerahku.
Dengan banyaknya gadis yang kukencani, saat itu aku merasa sebagai Sang Arjuna yang haus berpetualang cinta. Tanpa ada yang bisa mencegah segala aksiku. Bila dihitung-hitung, dalam beberapa tahun tak kurang dari 45 orang gadis yang masih ting-ting aku bobol keperawanannya. Sedangkan belasan perempuan lainnya sudah tidak perawan lagi. Dan bahayanya lagi, nyaris semua perempuan yang terkena pengaruh Aji Pelet Semar Ireng akan sangat sulit melepaskan pengaruhnya yang sangat dahsyat itu.
Seringnya kurenggut kenikmatan para wanita, akibatnya pernah aku terkena penyakit kelamin sejenis Sphylis. Hal itu terjadi usai aku menyetubuhi Rohayati, gadis tetanggaku sendiri yang kebetulan saat itu tengah menstruasi. Sejak saat itu tumbuh bintik-bintik pada alat vitalku.
Dari mulai gatal-gatal hingga kurasakan sakit luar biasa. Namun dalam keadaan sakit, aku masih menyetubuhi lagi seorang gadis yang berbeda. Anehnya, setelah itu rasa sakitku hilang. Bahkan, akhirnya rasa sakit itu berpindah ke gadis yang baru kusetubuhi.
Sepandai-pandai tupai melompat akan jatuh juga. Itulah yang terjadi padaku. Semua kejayaan yang kualami terjadi antara 1999-2004. Akhirnya pada 2005 hukum karma nampak terasa dan nyata. Tanpa kusadari, Tuhan telah mengutuk segala perbuatanmu. Sejak aku menguasai Aji Pelet Semar Ireng, aku mulai meninggalkan sholat. Aku begitu larut dalam kenikmatan semu oleh buaian nafsu syetan.
Awal petaka mulai menimpa kakak Perempuanku. Seorang preman bernama Jhoni Dahlan menghamili kakak kesayanganku. Hal ini tentu membuat aib keluarga kami. Begitu keluargaku melaporkan perbuatan itu kepada pihak berwajib, namun kakakku menolak dengan alasan dia sangat mencintai preman itu.
Usut punya usut, akhirnya kutahu kakak perempuanku terkena kekuatan ilmu pelet dunia hitam, yang konon pengaruhnya setara dengan Aji Pelet Semar Ireng yang kumiliki. Selanjutnya, mau tak mau keluargaku pun menggugurkan kandungan kakakku.
Beberapa waktu kemudian, karma selanjutnya menimpa diriku. Aku sempat berurusan dengan pihak berwajib dengan tuduhan menghamili beberapa gadis yang pernah kutiduri. Lagi-lagi orang tuaku harus menanggung aib. Mereka nyaris mengusirku.
Tidak hanya itu, selama beberapa tahun sejak keluar sekolah aku menganggur karena aku selalu kesulitan dalam hal pekerjaan dan keuangan.
Ah, betapa sialnya kehidupan yang aku jalani akibat perbuatanku. Tiap hari aku merasa selalu dikejar-kejar dosa.
Semoga pengalamanku ini menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa semua perbuatan yang dilakukan manusia pasti mendapat balasan, baik di dunia maupun di akhirat. Dan semoga Tuhan mengampuni segala dosa-dosa yang kualami!
Kini aku telah menikah dengan seorang gadis bisu. Aku sengaja memilihnya demi menghapus dosa-dosaku. Walaupun bisu, istriku sangat baik. Ia telah memberi seorang anak perempuan yang lucu dan cantik secantik ibunya...
SEKIAN