Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MISTERI MBAH KALIAGUNG


JEJAKMISTERI - Di sepanjang pinggir sungai bengawan solo terdapat hutan-hutan bambu di salah satu tempat hutan bambu itu hidup beberapa orang yang bersembunyi dari jajahan kolonial belanda mereka mencari tempat yang mereka anggap aman, dan di lokasi hutan bambu yang banyak kali-kali kecil nya itulah yang mereka anggap cocok untuk bermukim meskipun tempatnya angker dan tidak ada yang di makan hanya dedaunan serta anak pohon bambu yang masih muda yang mereka makan, dengan i'tiqad yang kuat mereka memohon kepada Sang Maha Kuasa agar merasa nyaman dan aman dari kejaran para kolonial belanda, tidak seperti sebelumnya mereka di kejar-kejar untuk di jadikan pekerja paksa jika tidak mau akan di siksa bahkan di bunuh, kemudian selama berminggu-minggu berbulan-bulan mereka merasakan keamana & kenyamanan di tempat itu karena para kolonial belanda itu tidak pernah menemukan persembunyian mereka,

Begitu rindangnya pohon-pohon bambu dan angkernya hutan-hutan bambu itu. Kolonial belanda menganggap hutan bambu itu kosong dan sepi serta gelap jadi kolonial itu dari arah selatan langsung menuju utara satu kilo dari hutan bambu pinggir bengawan solo, banyak sekali orang-orang di tempat itu yang di kejar-kejar di siksa bahkan di tembak di tempat karna karena membangkang dan tidak mau di suruh kerja paksa oleh belanda. Seiring dengan berjalanya waktu karena jasa para pahlawan bangsa dan Rahmat Allah SWT indonesia akhirnya merdeka,

Masyarakat mulai bebas mengolah lahan dan bercocok tanam begitupun orang yang bersembunyi di pohon bambu itupun mulai membuka kehidupan baru beberapa orang itu bergotong royong membangun sebuah masjid dari bambu dan mengisinya dengan sholat jama'ah serta tahlil dan dzikir-dzikir lainya serta tempat yang di pisahkan oleh kali-kali kecil itu pun menjadi satu kesatuan masyarakat, dengan keyakinan pohon bambu yang angker itu bagian tengah sedikit di tebang untuk memperluas pemukiman sehinga menjadi kampung kecil yang asri, pada akhirnya masyarakat menamainya desa Kaliagung, dan orang yang pertama kali menempati dan membubak pohon-pohon bambu itu di juluki mbah Kaliagung. Sosoknya kurus tegap berjubah hitam sambil membawa tongkat.

Pada masa itu banyak orang gemar tirakat untuk mengetahui sejatinya hidup sehingga banyak juga orang-orang yang bertapa di pohon-pohon bambu yang di anggap angker, banyak di antara mereka yang berhasil menguasai ilmu alam gho'ib mampu berkomunikasi dengan bangsa jin, menyembuhkan orang sakit dan juga Santet, dulu ilmu agama tidak begitu ada yang mumpuni hanya dengan kejawen dan sedikit ajaran agama yang mereka buat untuk mendekat pada sang Maha kuasa. Mbah kaliagung pun wafat dan di makamkan di sebelah timur kampung, namun sosoknya terkadang nampak kepada orang-orang tertentu, terkadang terbang membawa sajadah di atas pohon bambu di sore hari, terkadang naik kuda di malam hari dan terkadang berjalan berjubah hitam bertongkat kakinya tidak menyentuh tanah di siang hari.

Waktu terus berjalan pergantian generasi sehingga yang mampu menguasai Ilmu gho'ib itu tinggal satu dua orang saja,, diantaranya bernama mbah Solotuno dia mampu mengobati orang yang sakit hanya lewat si sakit itu di beri segelas air putih dan di langkahi oleh kucingnya dengan dua tiga hari si sakit segera sembuh, dia di anugrahi ilmu seperti itu karena tirakatnya bertapa membuat lubang kubur di bawah kamar rumahnya kemudian dia bertapa di lobang kubur itu selama 40 hari 40 malam beliau mendapat satu karung benda pusaka,

Dan mbah Solotuno itupun menjadi Juru Sembuh yang kondang pada masanya, Beliau mengajarkan ķepada masyarakat kalimat "La ilaaha illalloh", "bismillah", "Lahaula wala quwata" dsb, misalkan bila orang berjalan agar selamat harus membaca "bawang abang nyimpang bawang puteh nyiseh La haula wa quwata illa billahil aliyil adzim", seperti itu, makamnya terletak di kuburan utara yang sekarang maesanya hanya tinggal separuh.

Lambat laun akhirnya berganti generasi, banyak orang-orang yang faham agama karena sudah banyak berdiri pondok-pondok yang tidak jauh, anak-anak kecil mulai di ajari membaca Al Qur'an, banyak pemuda-pemuda kreatif yang mengajarkan ilmunya terkadang mengajar kitab-kitab kecil sampai Qiro'atul Qur'an bahkan Sholawatan di masjid, di rumah, di musholah dll, sehingga kampung itu seakan bercahaya terang seperti gelapnya malam di lawan terangnya Sinar mentari.

*Sekarang Tinggal Kalian yang Meneruskan Kisahnya.
*Alfatehah ilaa Ruh Danyang Qoryah Lahul Fatehah.

 

close