PENGHUNI RUMAH LELUHUR
JEJAKMISTERI - Tak selalu rumah tua peninggalan warisan leluhur itu nyaman dan aman untuk di tinggali, karna ada kalanya kita harus tinggal bersama-sama makhluk tak kasat mata yang mereka itu lebih dahulu tinggal disana bahkan sebelum rumah itu di bangun... ini lah kisah saya yang terbaru nyata apa adanya...!!!
«PENGHUNI RUMAH LELUHUR»
Tahun 1980 kampung catur kecamatan selat kapuas tengah di tepian sungai kapuas yang penuh kelok, itulah dulu tempat tinggal orang tuaku tempo dulu. Kala itu orang tuaku menempati sebuah rumah bahari warisan leluhur, bersama lima orang kakak-kakak ku yaitu tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki yang masih kecil-kecil. Menempati sebuah rumah panggung zaman bahari kehidupan orang tuaku begitu damai dan tenang. Walau itu hanya sebuah rumah warisan peninggalan dari leluhur ibuku yang kebetulan masih seorang suku dayak ngaju. Hari-hari di jalani seperti biasa orang tuaku hanya bertani ke sawah dan kakak-kakak ku biasanya mencari dan menanam sayur mayur di ladang juga pekarangan belakang rumah, atau cuma sekedar mencari ikan menggunakan sampan kecil di perairan sungai kapuas yang lumayan luas.
Secara filosopi rumah adalah tempat tinggal sekaligus tempat untuk berlindung bagi manusia, namun apakah hanya manusia sahaja yang bertempat tinggal di dalam sebuah rumah yang besar dan telah di bangun puluhan tahun silam? Jawabannya TIDAK, itulah kata yang tertutur dari lisan mulut Emak ku ketika beliau menceritakan kembali kejadian di awal-awal tahun 80an itu.
Beliau berkisah rumah warisan leluhur itu di bangun tepat di pinggiran sungai kapuas dan di sampingnya berdiri pula sebuah pohon rambai yang menjulang tinggi di perkirakan sudah tumbuh dan berusia puluhan tahun bahkan sebelum rumah warisan itu di bangun.
Tahun pertama biasa saja tidak ada sangka bahkan semua merasa nyaman dan tenang, setenang alur kapuas yang menentramkan jiwa. Dan menjelang memasuki tahun ketiga hari-hari yang tak biasa pun mulai terjadi, yaitu hari-hari yang mendebarkan dada dimana pada tahun itu sebuah musibah kebakaran merenggut satu nyawa anak laki-laki...
Bermula dari sebuah 3 isyarat atau pesan yang entah apakah maksud dari isyarat itu, namun ia pesan yang di kirim dari makhluk tak kasat yang mungkin mereka tak menyukai kalau orang tuaku menjadi penghuni baru di rumah itu atau bisa juga itu sebuah peringatan untuk orng tuaku bahwa akan ada musibah yang bakal terjadi di kemudian hari.
Isyarat atau pesan yang pertama, ini terjadi ketika ketiga orang kakak-kakak ku yang semua itu perempuan mereka pergi untuk ke ladang sekalian hendak mencari ikan di aliran sungai-sungai kecil dan lubuk-lubuk yang berair, yang kebetulan ladang itu dan tempat mencari ikan air tawar itu ada di seberang sungai kapuas lumayan jauh dan harus menggunakan jukung atau sampan kecil menuju ke sana.
Ketika mereka pergi semua nampak biasa saja, namun ketika menjelang petang saat mereka hendak pulang, ketika sampan yang mereka tumpangi hendak mencapai di pinggiran tebing atau batang titian kayu, mata mereka terbelalak, terkejut sudah pasti karna melihat puluhan ekor ular berwarna hitam pekat keluar dari dalam tanah bawah kolong rumah panggung tempat orang tuaku tinggali itu, ular-ular itu meluncur keluar menuju arah sungai, sentak kakak-kakak ku ketakutan karna kejadian ini tak biasanya. Kejadian di hari itu berlalu begitu saja tanpa orang tuaku pun tahu apa sebab dan musababnya puluhan ular-ular yang berwarna hitam itu bisa ada dan keluar dari bawah kolong rumah warisan leluhur itu.
Isyarat atau pesan yang kedua terjadi beberapa hari setelah kejadian itu berlalu. Ketika petang hari atau senja kuning mewarnai langit di cakrawala dan ketika orang tuaku juga semua saudara-saudaraku berada di dalam rumah, tiba-tiba terdengar gaduh dari arah luar rumah, suara dari beberapa orang terdengar memanggil-manggil kedua orang tuaku sentak mereka pun keluar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, terucap kata dari salah satu orng kampung yang menjelaskan bhwa ia melihat ada gumpalan bola api yang berputar-putar di belakang rumah kami lalu gumpalan bola api itu menghilang di balik pohon rambai yang tumbuh di samping rumah leluhur kami itu.
Seisi kampung menjadi gaduh akan kejadian di hari itu dan menjadi pembicaraan mistis di masyarakat kampung catur karya kapuas tengah. Bahkan ada yang bilang itu adalah sosok makhluk hantu api sebagai isyarat bertanda bakal akan ada musibah yang terjadi. Tapi orang tuaku tepis semua kisah-kisah yang bersifat tahayul yang beredar di masyarakat pada saat itu. Dan isyarat atau pesan yang ketiga terjadi di pertengahan malam kamis, ketika udara malam berhembus sangat dingin yang di sertai suara binatang malam yang bertingkah mengalun membahana di pesisir sungai kapuas nan anggun.
Namun ketenangan di malam itu terusik oleh suara orang yang berteriak dengan memakai bahasa daerah "tege hantuein tege hantuein (ada hantu...ada hantu), yang kembali teriakan itu terdengar dan membangun kan orang tuaku, mereka pun keluar rumah untuk melihat siapa orang yang berteriak itu, namun sayang orang itu sudah lari jauh ketakutan menghilang dalam kegelapan.
Pada ke esok kan harinya barulah di ketahui bhwa orang yang berteriak ketakutan itu adalah nelayan yang sering memancing ikan di sungai pada malam hari, ia menceritakan ketika hendak berangkat untuk memancing ke sungai kapuas dan berniat hendak menuju tempat perahu (jukung) yang sering ia ikat tambatkan yang kebetulan berdekatan dengan rumah milik orang tuaku itu, dengan seksama ia melihat sesosok makhluk besar berwujud seperti kerbau atau sapi berwarna hitam dan matanya merah saga seperti api, yang makhluk itu berada tepat di bawah kolong rumah kami, saat melihat makhluk itu nelayan itupun lari pulang ke rumahnya niat memancing pun ia batalkan.
Hal ihwal tentang berita itupun tersebar juga seantero kampung yang memang pada masa itu hanya di huni beberapa puluh orang saja dengan jarak antara satu rumah ke rumah lainnya lumayan jauh.
Namun kejadian demi kejadian itupun di anggap angin lalu saja dan orang tuaku menganggap hal itu kejadian yang wajar dan sudah biasa berlaku pada rumah tua jaman bahari, karna pada masa-masa itu di setiap rumah yang besar selalu ada yang mengisi atau penjaganya dan biasanya syarat untuk memperoleh penjaga rumah itu dengan mengambil darah bekas korban karna terbunuh atau di bunuh, lalu darahnya di ambil dan disimpan ke dalam botol kecil dan di letakkan/kubur dalam tanah di bawah kolong rumah,
Al kisah kejadian di malam itu pun berlalu begitu saja, isyarat atau pesan yang di terima oleh orang tuaku di anggap hanya tahayul orang-orang kampung yang terlalu ketakutan dengan hal-hal yang berbau mistis. Dan beberapa hari setelah kejadian itu, pada malam kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah kami lupakan sesudahnya, yang kebetulan pada saat itu abahku tidak ada di kampung karna beliau sedang pergi untuk beberapa hari berdagang ke kota banjarmasin. Malam itu angin berhembus amat kencang dari arah sungai, sungguh sangat berbeda tak seperti saat malam-malam biasanya, rumah orng tuaku pada saat itu yang hanya memakai penerangan dengan memakai lampu/pelita minyak tanah dan lampu/pelita itu pun emak ku letak kan agak jauh di samping kelambu, hal itu sudah biasa beliau lakukan seperti itu pda malam-malam yang telah lalu, malam yang begitu dingin membuat setiap makhluk akan terlena di peraduannya, termasuk tiga orang kakak-kakak ku yang semuanya perempuan yang bersebelahan dengan kamar emak ku yang pada saat itu bersama dengan dua anak laki-laki beliau yang masih kecil berusia 8 dan 4 tahun, dan ketika semua makhluk sedang terlelap di mayapada yang membekukan jiwa.
Namun secercah cahaya hawa panas menyeruak dari dalam rumah milik orang tua itu. Ya itulah musibah kebakaran hebat yang menghaguskan dan membakar apa saja yang ia dapati, rumah warisan milik leluhur itupun terbakar dengan hebatnya. Dan entah dari mana datangnya asal muasal api tersebut ada yang mengatakan mungkin saja api itu bermula dari lampu pelita yang di letakkan emak ku di samping kelambu dan ketika angin malam mulai bertiup kencang menembus dinding-dinding rumah dan meniup/menerpa kelambu sehingga mengenai api lampu minyak yang berada di sampingnya.
Terbakar ya itulah kata yang tepat karna semuanya habis terbakar, semua saudara-saudaraku berlari berhamburan keluar dari rumah itu untuk menyelamatkan diri, begitu juga dengan emak ku beliau keluar rumah dengan hanya menggunakan sarung sambil menggendong anak laki-laki beliau yang berusia 8 tahun tanpa beliau sadari masih ada anak beliau yang masih kecil berada di dalam kelambu rumah itu.
Namun sudah terlambat dan sangat terlambat tidak ada apa-apa lagi yang dapat di selamatkan.
Setelah kejadian itu ada yang mengatakan yang kebetulan beliau itu seorang Balian semacam orang yang memiliki kemampuan lebih dalam hal-hal yg berkaitan dengan ilmu ghaib, beliau sesepuh disana mengatakan bahwa musibah yang terjadi itu terkirim melalui isyarat dan pesan-pesan kejadian demi kejadian yang berlaku beberap hari sebelumnya, dan pesan itu di kirimkan oleh makhluk tak kasat mata atau penghuni rumah leluhur itu, yang menghendaki agar orang tua untuk lekas pergi dari rumah itu karna akan ada musibah yang bakal terjadi. Beberapa tahun setelah kejadian itu emak ku pun mengandung dan aku pun di lahirkan di sebuah kampung dayak di mandomai kapuas barat.
S E K I A N