Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PESUGIHAN


JEJAKMISTERI - Pada tahun 2009 lalu aku masih duduk di bangku SMA.
Aku sekolah di luar kota dan setiap hari sabtu sore aku selalu pulang, kegiatan seperti itu aku lakukan selama tiga tahun.

Sore itu sepulang dari sekolah aku mengemasi pakaian kotorku untuk dibawa pulang, setelah menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan sampailah aku dirumah.

Di rumah aku punya banyak teman yangtinggal di desa, setiap hari sabtu malam aku selalu berkumpul dan ngopi bersama teman-temanku di desa.

Malam itu aku berkumpul di sebuah pertigaan desa, terlihat malam itu para remaja sudah berkumpul disana dan disana juga ada kakak sepupuku.

Pertigaan itu memang sudah biasa dipakai anak-anak untuk berkumpul karena disitu juga terdapat sebuah warung kopi.

Sepinya malam itu tidak terasa karena kami terlalu asyik memainkan gitar di tengah-tengah pertiggaan dengan beralaskan karpet sambil menikmati kopi

Ketika sedang asyik menyanyikan lagu jadul tiba-tiba dari arah utara aku melihat ada seekor anjing yang sedang berjalan menuju ke arah kami.

Melihat keberadaan anjing itu aku memberitahu yang lain dan spontan mereka yang ada disitu langsung melihat kearah anjing yang ku maksud.

Mereka semua telihat kaget, karena sejak dulu di desa ini tidak pernah ada warga yang memelihara anjing.
Anjing itu terus berjalan kearah kami dan tidak lama kemudian belok masuk kedalam gang rumah warga yang cukup sempit.

Karena penasaran aku dan beberapa orang lainnya berlari mengejar anjing tersebut dan mengikutinya masuk kedalam gang diantara rumah warga, tapi pas kita sampai di gang tersebut tiba-tiba anjing tadi sudah tidak ada, kami berfikir mungkin anjing itu sudah lari entah kemana dan kami beranggapan kalau mungkin itu adalah dari desa sebelah.

Kami kembali ke tempat tongkrongan dan lanjut menyanyikan lagu jadul sambil menikmati kopi.
Karena malam itu malam semakin larut aku berencana untuk pulang dan meninggalkan mereka yang masih asyik nongkrong di pertigaaan.

Hari sabtu berikutnya aku pulang karena ada libur cukup lama setelah satu minggu kemarin aku bergelut dengan soal ujian. Aku kembali nongkrong di tempat yang sama dengan orang yang sama, ya maklum kalo di desa gini nongkrongnya ya di pertigaan kadang juga di perempatan dan malam itu kami kembali menjumpai anjing yang seminggu lalu sempat berkeliaran di desa ini, tapi kali ini terlihat sedikit aneh karena ukuran anjing itu sangat besar seukuran kambing dewasa, anjing itu sedang duduk di tengah-tengah pertigaan satunya yang jaraknya sekitar 100 meter dari pertigaan tempat kami nongkrong itu.

Melihat ada kejanggalan dengan anjing itu kami semua langsung lari mendatanginya untuk menangkapnya, tapi anjing itu berlari sangat cepat menuju kearah yang sama yaitu gang sempit diantara rumah warga, sesampainya kami di gang tersebut anjing itu menghilang lagi.

Karena tidak menemukannya kami memutuskan untuk kembali lagi ke tempat tongkrongan, sesampai di tempat tongkrongan kami saling mengobrol dan menyusun rencana untuk menyergap anjing misterius itu.

Anehnya, setelah kami menyusun rencana itu anjing misterius sudah tidak menampakan dirinya selama dua malam.

Nah karena dua malam kami tidak melihat anjing itu kami pun menganggap mungkin anjing itu sudah tidak berani masuk ke desa ini lagi.

Hari demi hari berganti dan kami masih nongkrong di tempat yang sama.
Pada suatu malam kami kedatangan teman dari desa sebelah yang malam itu datang untuk ngopi di tempat tongkrongan kami, seperti biasa kami nongkrong hingga larut malam sambil main gitar.

Waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari teman kami yang dari desa sebelah itu pamit untuk pulang, tapi belum lama dia meninggalkan kami yang masih asyik main gitar tiba-tiba dia datang lagi dengan keada’an panik. Kakak sepupuku yang biasa ku sebut Arif bertanya,

“Kenapa balik lagi bro?”
“Gila!! Disana ada anjing gede banget, seukuran anak sapi”, jawabnya dengan panik.
“Serius? Dimana emang?”, tanya Arif.
“Itu di depan mushola, dibawah pohon tewel”, jawabnya dengan keadaan yang sama.

Di tengah-tengah desa itu memang terdapat sebuah mushola kecil dan pohon tewel di depannya.
(Tewel itu sejenis nangka tapi ukurannya lebih kecil dan buahnya bisa digunakan untuk sayur)

Arif selaku ketua karang taruna di desa itu merasa khawatir dengan kemunculan anjing tersebut, lalu dia mengajak kami semua untuk menjalankan rencana yang sudah kami susun berapa hari yang lalu untuk menyergap anjing misterius itu.

Dia mengajakku untuk ikut bersembunyi di dekat gang yang biasa anjing itu menghilang dan meminta dua orang lagi untuk menunggu di ujung gang tersebut, sementara yang lain diminta untuk berjalan ke mushola yang terdapat anjing misterius tadi.

Semua rencana sudah siap, beberapa orang berjalan menuju ke mushola tersebut, sesampai disana ternyata benar, mereka melihat sosok anjing yang besarnya se-ukuran anak sapi itu sedang duduk tenang dibawah pohon tewel.

Melihat kedatangan mereka anjing itu langsung lari dengan cepat, sepertiya anjing itu berbobot sangat berat karena terdengar jelas suara langkah kakinya ketika berlari. Mereka pun berlari dan mengejarnya dan anjing itu berlari masuk kedalam gang yang biasa dia menghilang.

Rencana berjalan dengan mulus, melihat anjing itu masuk gang aku dan Arif mengikutinya ke gang tersebut sedangkan di ujung gang sudah ada dua yang siap untuk menghadang.

Ketika kami semua sudah siap untuk menyergap, tiba-tiba anjing itu tidak terliat. Kerena memang gang itu sangat gelap Arif menyalakan senternya untuk mencari keberadaan anjing tersebut, tapi saat itu kami tidak melihat keberadaan anjing itu, dia menghilang lagi entah kemana, padahal tadi terlihat jelas dia masuk kedalam gang ini, dua orang yang siap mengahdang di ujung gang itu juga tidak melihat anjing itu lari keluar gang.

Melihat kejanggalan ini kami mengira mungkin itu bukan benar-benar anjing, mungkin itu anjing jadi-jadian yang sengaja digunakan warga untuk pesugihan.

Ada salah seorang warga yang kami curigai, karena tempat menghilangnya anjing tersebut tepat di di dekat gang rumah orang itu, tapi kami tidak berani mengambil kesimpulan karena takut dibilang fitnah.

keesokan harinya Arif mengajakku untuk melaporkan hal ini pada bapak kepala dusun, kami menceritakan semua tentang anjing yang tiba-tiba muncul dan menghilang secara misterius itu.

Medengar laporan dari kami bapak kepala dusun mengambil keputusan untuk mencari orang pinter, bukan orang yang tau, tapi orang pinter. Beliau pergi ke desa seberang untuk meminta bantuan, karena disana beliau punya kenalan orang pinter.

Sesampai di desa seberang beliau diberi wejangan dan pulang membawa wejangan itu. (Wejangan berarti petunjuk).
Sesampai kembali di kampungnya beliau menemui Arif dan memberikan wejangan itu kepadanya untuk dijalankan.

"Le, kowe gelem njupuk syarat iki?", ucap bapak kepala dusun.
(Nak, kamu mau ambil syarat ini?)
"Mau pak, saya siap menjalankan perintah bapak", jawab Arif dengan tegas.
"Tapi syarat iki abot le, sing jelas iki bakal akeh godane kanggo wong dewe", jelas bapak kepala dusun.
(Tapi syarat ini berat nak, pastinya bakal banyak cobaannya untuk kita berdua)
"Kalau bapak yakin saya bisa, saya akan lakukan", jawab Arif dengan yakin.

Tepat malam jumat legi dalam kalender jawa Arif beniat berangkat untuk mengambil syarat tersebut ke desa seberang, karena syarat yang dimaksud adanya hanya disana, sebelum berangkat aku sempat menawarkan diri untuk menemani tapi dia tidak mau karena syaratnya harus diambil dia sendiri.

Sekitar habis maghrib, sebelum berangkat tiba-tiba terdengar berita dari speaker masjid kalau ibu dari bapak kepala dusun meninggal dunia. Ini sudah merupakan halangan pertama yang sudah di alami.

Mendengar berita itu Arif segera datang kerumah bapak kelala dusun dan bertanya,

"Gimana nih pak? Jadi berangkat nggak?"
"Tetap berangkat nak, demi keamanan desa, yang mengurus jenazah biar warga kampung lainnya saja", jawab bapak kepala desa.

Mendengar jawaban bapak kepala dusun Arif bergegas berangkat dengan mengendarai motor jadulnya seorang diri. Di pertengahan jalan tepatnya di tengah hutan, tiba-tiba ban motornya Arif bocor, lalu Arif menuntun motornya kembali ke kampung yang sebelumnya dia lewati untuk mencari tukang tambal ban, dan syukurlah malam itu masih ada tukang tambal ban yang masih buka, setelah sudah selesai Arif lanjut berkendara hingga sampai di tempat yang ditujunya.

Setelah dia mendapatkan syarat yang berupa tanah lembut dia kembali pulang dan menggenggam tanah itu sepanjang jalan.
(Aku tidak tau itu tanah apa, menurut cerita dari Arif, syaratnya tanah itu harus digenggam hingga sampai dirumah).

Ditengah perjalanan pulang Arif mengalami gangguan lagi, ban motornya meletus tepat di tempat bannya bocor ketika dia berangkat tadi.

Karena memang sudah meletus dan tidak bisa ditambal terpaksa Arif menuntun motornya sambil menggenggam tanah itu sampai kerumah, sesampai dirumah dia memberikannya pada kepala dusun dan beliau meminta agar tanah ini disebarkan di tempat yang biasa dilewati anjing misterius itu.

Malam berikutnya Arif mengajakku dan satu orang lagi untuk menyebarkan tanah itu, sebut saja satu orang itu adalah Irvan.

Kami bertiga berjalan keliling kampung dan menaburkan tanah itu di tempat yang biasanya kami melihat anjing itu miaterius itu, termasuk di pertigaan sebelah, di bawah pohon tewel depan mushola, di dalam gang sempit dan di halaman sekolahan, karena sekolahan itu terletak di ujung gang biasa annjing misterius hilang. Setelah selesai tidak lupa kami berdua nongkrong di tempat biasa kami nongkrong.

Malam itu Arif merasa penasaran dengan hasil yang sudah kami lakukan tadi, dia mengajakku dan Irvan untuk pergi ke sekolahan, selain tempatnya luas disana juga lebih sepi.

Setelah sampai halaman sekolahan kami duduk berjajar di tengah halaman sekolahan sambil menghisap sebatang rokok.

Nah, belum sampai rokok yang kami hisap ini habis tiba-tiba kami mendengar ada suara ledakan yang sangat keras, seperti suara petasan dan suara itu bersumber dari arah pojok selatan timur sekolahan.

Mendengar suara itu spontan kami semua kaget dan menoleh kearah sumber suara itu, keitka kami noleh tiba-tiba aku melihat ada sosok putih yang melintas cepat menuju kearah pojokan sebelah sebelah utara timur sekolahan, sesampainya sosok putih itu di pojokan sebelah utara timur kami mendengar lagi suara ledakan yang sangat keras dari sana, lalu sosok putih itu melintas lagi dengan cepat kearah pojokan sebelah barat utara, sesampai disana suara ledakan itu terdengar lagi dan kali ini semakin keras.

Setelah suara ledakan yang ketiga itu, tiba-tiba kami mendengar ada suara orang sedang merintih kesakitan dari arah dimana ledakan terakhir kami dengar, tidak lama kemudian, “Kreeeekkkkk.....”, Pintu pagar sekolahan tiba-tiba bergerak pelan dan menutup dengan sendirinya.

Melihat kejadian aneh itu kami semua saling memandang dan jujur saja, aku merasakan takut yang sangat luar biasa.

Irvan mengajak kami untuk lari meninggalkan tempat ini karena takut, tapi Arif mencegah kami, dia memegang erat tanganku dan Irvan.

“Tenang, jangan takut, aku mau tau apa yang selanjutnya terjadi”, ucap Arif dengan gemetar, tangannya memegang erat tanganku dan Irvan.

Tidak lama setelah suara rintihan perlahan tidak terdengar dan membuat kami sedikit tennang, tapi selanjutnya malah membuat kami benar-benar ketakutan.

Dari pojokan terkahir kali kami mendengar suara ledakan, terlihat ada kepulan asap kecil yang keluar dari dalam tanah dan lama kelamaan asap itu semakin membesar hingga membentuk sosok pocong yang sangat menyeramkan, dan... pocong itu terlihat sedang bergerak-gerak seperti menahan sakit.

Melihat sosok pocong itu kami lari terbirit-birit melalui pintu belakang sekolahan, kami tidak berani melalui pintu depan karena pintu pagarnya sudah tertutup rapat dengan sendirinya.

Setelah keluar dari sekohan kami segera menuju ke tempat biasa kami nongkrong, di pertigaan.
Terlihat malam itu suasana pertigaan sangat sepi, mungkin karena ini sudah larut malam sehigga anak-anak lain sudah pada pulang.

Malam itu kami tidak ada yang berani pulang karena takut, selain rumah kita berlawanan arah kami takut sosok pocong tadi akan datang ke kamar tidur, hingga akhirnya kami memutuskan untuk tidur di mushola sembari menunggu adzan subuh.

Sampai disini kami yakin kalau anjing yang biasa kami temui di kampung ini adalah anjing jadi-jadian dan mungkin sengaja digunakan warga untuk pesugihan, sedangkan sosok pocong itu merupakan wujud dari pelakunya.

Beberapa hari kemudian setelah kejadian yang kami alami bertiga itu kampung terasa aman dan beberapa malam selanjutnya anjing misterius itu sudah tidak terlihat lagi, tapi tidak dengan malam-malam selanjutnya lagi. Sosok anjing misterius itu tiba-tiba muncul lagi di kampung, bahkan lebih parah dan semakin menjadi-jadi. Banyak warga yang merasa kehilangan uang sedikit demi sedikit bahkan orang tuanya Arif pun tidak jarang kehilangan uang yang sudah disimpan di dalam lemari.

Uang yang hilang itu tidak banyak, hanya per 5rb, 10rb dan 20rb tapi setiap hari warga merasakannya.

Mendengar pengakuan dari warga aku berfikir,

“Perasaan beberapa malam ini anjing itu sudah tidak terlihat berkeliaran, apa mungkin ada hewan lain yang ngepet?”

Malam itu kami sedang nongkrong di tempat biasa dan aku membicarakan soal itu sama kakak sepupuku Arif sambil kami bermain gitar, ngopi dan bercanda. Di tengah-tengah keasyikan itu tiba-tiba ada teman kami yang dari kampung sebelah datang dan ikut nongkrong bersama, sambil minum kopi dia menanyakan tentang anjing misterius yang pernah dia lihat beberapa hari yang lalu. Kami pun menjelaskan kalau anjing itu sudah tidak lagi terlihat berkeliaran di kampung ini tapi kami tidak mengatakan kalau anjing itu adalah anjing jadi-jadian.

kurang lebih jam 02.00 dini hari teman kami yang dari desa sebelah itu pamit pulang, dia pulang dengan menggunakan motornya dan melewati mushola tengah kampung.

Tidak lama kemudian kejadian yang sama terulang lagi, dia kembali dengan keadaan panik,

“Eh gila, disana ada anjing lagi dan gede banget!”, ucapnya dengan panik.

Mendengar itu kami dan semua orang yang ada disitu berjalan menuju ke mushola tersebut sambil membawa kayu milik warga yang di jemur di depan rumah, tapi sesampai kami semua disana anjing misterius itu tidak ada, entah teman kami tadi hanya berhalusinasi atau memang anjing itu sudah pergi,

“Mana bro, gak ada gitu?”, tanya Arif.
“Tadi disitu bro, gede banget dan hitam”, jelasnya sambil menunjuk kearah bawah pohon tewel.

Karena waktu itu memang sudah tidak terlihat kami membiarkannya dan karena hari sudah larut malam kami semua pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

Karena rumahku berlawanan arah dengan rumah kakak sepupuku Arif kami pun berpisah, Arif berjalan pulang seorang diri.

Di tengah perjalanan pulang tepatnya di sebuah belokan, Arif sempat melihat anjing misterius itu berlari kearah sawah warga, tapi yang dilihatnya kali ini bukan anjing berwarna hitam, tapi coklat tua. Karena waktu itu Melihat itu Arif berjalan seorang diri dia berlari ketakutan, disisi lain anjing itu terlihat sangat besar, se-ukuran sapi deweasa. Sesampainya dirumah Arif berfikir,

"Kok masih ada ya anjing misterius itu".

Pagi harinya mengajakku melaporkan kejadian tadi malam ke bapak kepala dusun lagi, mengingat banyak warga yang merasa kehilangan uang sedikit demi sedikit kali ini beliau mengajak kami untuk menemui mbah yang berinisial S. Beliau adalah sesepuh di kampung ini.

Setibanya di rumah Mbah S, Arif menceritakan semua tentang anjing misterius itu pada beliau dan menurut beliau itu memang anjing jadi-jadian yang sengaja digunakan untuk pesugihan.

Beliau meminta pada bapak kepala dusun untuk mengumpulkan warganya minimal 40 orang untuk sholat malam selama 7 hari dan dipimpin oleh beliau sendiri.

Sebagian warga pun ikut melaksanakan amanah itu dan sholat malam di masjid dari jam 23.00 hingga jam 02.00, mulai dari sholat hajat, sholat witir, sholat tahajud, dll.

4 hari kegiatan itu rutin dilakukan, dan pada suatu malam lagi-lagi kami melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.

Setelah melakukan sholat rutin di masjid aku dan 3 orang lainnya mampir di tempat biasa kami nongkrong, di pertigaan, waktu itu lampu jalan pertigaan sengaja di matikan dan menyisakan 1 lampu jalan di pertigaan satunya.

Kurang lebih pukul 02.30 dini hari kami berempat melihat anjing misterius itu datang lagi di pertigaan satunya yang lampu jalannya tidak di matikan, pertigaan itu berjarak kurang lebih 100 meter dari sini.

Melihat itu kami semua bersembunyi di balik pagar tembok warga dengan tujuan mengawasi gerak-gerik anjing misterius itu.
Tau nggak apa yang dilakukan anjing misterius itu?

Dia terlihat sedang duduk tenang sambil menoleh kanan kiri, tidak lama kemudian badannya semakin membesar dan berdiri layaknya manusia, badannya berupa manusia tapi berkepala anjing dan berekor, setelah berdiri dia melangkah ke pinggir jalan dan mematikan lampu pertigaan jalan.

Melihat kejadian itu kami semua benar-benar merinding karena jujur saja, baru kali ini kami menyaksikan kejadian yang sangat tidak masuk akal seperti itu.

Setelah lampu itu dimatikan kami tidak bisa melihat anjing itu lagi karena gelap, lalu Arif mangajak kami semua untuk berjalan pelan-pelan kearah pertigaan itu. Jalannya sangat gelap karena lampu jalan sebelumnya sengaja di matikan.

Pelan-pelan kami berjalan menuju kesana, sesampai disana kami berempat dikejutkan oleh beberapa ekor anjing yang sedang berkumpul di depan rumah salah satu warga yaitu rumah warga yang kami curigai sebelumnya. Kumpulan anjing itu berwarna cokelat, hitam, belang, putih, dsb.

Sekumpulan anjing itu sepertinya merasakan kedatangan kami hingga akhirnya sekumpulan anjing itu bubar berlari ke berbagai arah.

Melihat itu kami semua kaget dan kala itu aku berfikir,

"Apa mungkin, pemilik rumah itu yang benar-benar menggunakan pesugihan?"

Tapi sekali lagi! Karena takut dibilang fitnah, aku tidak mau menyimpukannya dulu begitupun dengan teman-temanku.

Singkat cerita.
Malam itu tepat malam ke 7 kami melakukan sholat rutin di masjid, setelah selesai sholat mbah S selaku sesepuh di kampung itu meminta para jama’ah untuk tidak pulang dulu dan mengajaknya membaca sholawat sambil berjalan mengitari kampung.

Perjalanan mereka menjadi 4 titik karena tujuannya adalah ke setiap sudut pojok kampung, mbah S meminta para pemuda untuk berjalan di barisan depan sedangkan mereka yang tua mengawalnya di belakang.

Sebelum berjalan mbah S sempat berkata pada jama’ah,

"Iki mengko ono salah siji teko awak dewe, sing bakal nyawang kedadean gede, sing sakdurunge durung tau diweruhi".
(Ini nanti akan ada salah satu dari kita, yang akan melihat kejadian besar, yang sebelumnya belum pernah dilihat)

Mereka mulai berjalan dari titik 1 hingga ke titik 4 sambil bersholawat, sesampai di titik 4 mereka berhenti dan mbah S mengambil segenggam tanah yang diinjaknya kemudian ditiup.

Setelah beliau meniup tanah itu, aku melihat kakak sepupuku Arif ini tercengang, matanya melotot kearah barat dan tanpa berkata apapun, sekujur tubuhnya kaku, beberapa aku memanggilnya tapi sepertinya dia tidak bisa mendengarku.

Tidak lama setelah itu kakak sepupuku Arif akhirnya meresponku dan terlihat mbah S berjalan mendekati Arif sambil berkata,

“Le, wes yo, kowe sing dadi saksi nek kampung iki wes resik tur adem”.
(Nak, udah ya, kamu yang menjadi saksi kalau kampung ini sudah bersih dan adem)

Setelah ritual malam itu para jamaah pulang kerumahnya masing-masing, sambil berjalan pulang aku bertanya pada kakak sepupuku Arif tentang kejadian yang membuatnya tercengang tadi.

Katanya, tadi dia melihat ada air yang sangat besar bagaikan tsunami dan akan menyapu bersih kampung ini sekaligus dirinya tapi ketika air sudah menyapu kampung itu seketika Arif sadar, dan melihat sekitar ternyata tidak ada apa-apa.

Setelah ritual malam itu anjing misterius sudah tidak pernah muncul lagi di kampung dan ternyata itu memang benar anjing jadi-jadian yang dipakai untuk pesugihan oleh warga setempat.

Pelakunya memang sangat kuat, ilmu hitam itu didapatkan dari sebuah gunung keramat di Jawa Timur.
Sampai sekarang pelakunya masih hidup tapi anggota tubuhnya sudah tidak utuh, akibat kejadian di sekoalahan itu.

Kami dan semua warga sengaja diam dan tidak menegur atau menanyakan hal itu pada pelakunya, yang terpenting kami semua sudah tau dan kampung kami sudah aman, disisi lain si pelaku pesugihan itu mendapat akibat atas perbuatannya.

SEKIAN

close