Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PETAKA BATU SAFIR (Part 2)


Mbah Bhanu lalu menghampiri Eko yang sedang menahan rasa sakit pada jarinya. Ketika mbah Bhanu memegang pergelangan tangannya, eko memperlihatkan jari manisnya kepada lelaki tua itu. Aku sangat terkejut melihat jari manis Eko, ada bekas lebam hitam mengelilingi jari manisnya, lebam itu menyerupai ring dari sebuah cincin.

"Hm... tinggal selangkah lagi kamu bisa keluar dari perjanjian ini" kata mbah Bhanu

"Apa lagi mbah? Bukannya saya sudah mendapatkan pengganti saya?" suara EKo terdengar masih menahan sakit

"Fikirmu semudah itu melepaskan perjanjian dengan Jin?!" kali ini suara mbah Bhanu agak sedikit keras

"Besok tepat tengah malam dia akan datang dan mengambil haknya, setelah itu kamu baru bebas dari perjanjian ini"

Eko hanya bisa menunduk, entah apa yang ada difikirannya saat itu.

"Dan untuk kamu, jangan pernah lepaskan cincin ini apapun kondisinya, cincin ini akan memberikan jalan yang mudah untuk semua keinginanmu" kata mbah sambil menatap kearahku

"Dan ingat, untuk pertama kali dia akan mengambil orang yang kamu cintai, lalu setiap tanggal satu bulan Suro dia akan mengambil korban dari orang yang merasakan kebaikanmu"

Note:
Untuk para pembaca yang budiman, sekali lagi ini adalah pengalaman yang pernah temanku jalani. Semoga kita semua terhindar dari segala bentuk kemusyrikan. Jangan pernah berusaha menebak lokasi kejadian baik berupa pertanyaan via komentar, ataupun PM ke saya. Terima kasih..

Karena dirasa sudah malam, maka kamipun pamit kepada mbah Bhanu dan istrinya. Eko langsung menghidupkan mobil dan langsung melaju diatas jalan bebatuan ini. jalan ini membelah perkebunan karet sejauh hampir lima kilometer. Mobil kami terus melaju tanpa ada percakapan sama sekali malam itu.

Sesampainya dirumah Eko, kami langsung duduk diruang tamu dan terlihat Milta berjalan dari arah dapur dengan mengenakan baju tidur dan membawakan beberapa gelas air untuk kami.

"Dari mana saja sih pah?, koq sampai malam begini?" tanya Milta

"Oh, kami habis berkeliling, aku habis ngajak Bayu jalan-jalan, besok kan dia sudah balik ke Jakarta" kata Eko

"Koq cepat amat sih? apa tidak mau nginap lagi?" lirikan mata Milta genit menatapku

Aku merasakan cincin ini terasa hangat, dan berfikir bahwa ini adalah salah satu reaksi dari kehebatan cincin ini, melihat hal ini Eko langsung menyuruh istrinya kekamar.

"Wah gawat sob, mending lu balik aja malam ini, bukannya ngusir, dari pada ada apa-apa sama bini gw. Lu nginep aja di hotel besok pagi baru balik ke Jakarta" kata Eko

"Ini, gw kasih uang buat nginep di hotel dan buat ongkos lu balik" kata Eko sambil mengeluarkan sejumlah uang yang menurutku cukup untuk biaya hidup sebulan

"Yaudah sob, lu atur aja baiknya. Gw beres-beres barang dulu ya" kataku sambil berjalan kekamar atas untuk mengambil semua perlengkapanku

Setelah semua siap, aku berpamitan dengan Eko dan mengucapkan ribuan terima kasih untuk sesuatu yang saat itu aku anggap sangat membantu. Aku lalu diantar security Eko menggunakan mobil menuju hotel .

- "Abang mau naik apa ke zakartanya?" (Jakarta maksudnya, biasa logat batak cok)

+ "Pesawat mungkin bang" kataku yang berfikir uang dari Eko sudah jauh dari cukup untuk ongkos pulang dan biaya hidup selama satu bulan

- "Ah, kalau gitu biar ku carikan hotel yang dekat dekat dengan arah bandaranya?'

- "Nanti si abang ini tinggal naik betor saja dari hotel itu"

+ "Betor?? apa itu bang?

- "Becak moTor bang, ah macam itu lah"

Dia menunjuk sebuah kendaraan motor dan disambing bagian belakangnya terdapat tempat tambahan yang dibuat sedemikian rupa agar penumpang bisa duduk disitu.

+ "Oh unik juga ya bang, makasih ya infonya. Oh iya bang, bisa cari agen pesawat dulu yang buka 24 jam?"

- "Oh siap bang, ada nanti di kota"

Ketika asik berbincang, mobil kami ternyata sudah berhenti di salah satu agen tiket pesawat. Aku lalu memesan tiket pesawat pagi dan membayar sejumlah uang kepada seorang agen disana.

"Jam 07.50 ya mas, ini tiketnya" kata pria itu

Setelah selesai, kami melanjutkan perjalan ke sebuah hotel yang berada pinggir jalan, tidak jauh dari tempatku memesan tiket tadi, agak ramai tempatnya dan terdapat sebuah minimarket kecil disamping hotel tersebut. Aku lalu mengucapkan terima kasih kepada security yang baru saja mengantarkanku, dan tidak lupa memberikan uang rokok untuknya

"Ah apa ini bang? tak usah lah" katanya sambil mengambil uang dari tanganku

"Hahaha, tidak apa bang, anggap saja ucapan terima kasih saya"

Setelah security itu pergi, aku lalu masuk kedalam hotel dan langsung memesan kamar kepada recepsionis.

"Semuanya 300 ribu, bisa pinjam KTP nya sebentar" kata resepsionis cantik itu sambil tersenyum kepadaku

Aku lalu memberikan sejumlah uang dan KTP kepada wanita ini, dan wanita itu langsung mencatat namaku didalam buku besar miliknya. Setelah proses pemesanan kamar selesai, wanita itu berdiri sambil membawa sebuah kunci kamar hotel.

"Mari saya antar..." kata wanita itu yang kembali menebar senyum kearahku

"Loh, Room Boy nya tidak ada mba?" tanyaku

"Mm.. agak sibuk kayanya" jawabnya cuek sambil terus berjalan menaiki tangga

Aku terus mengikutinya dari belakang, terlihat bok*ng wanita itu meleak leok nakal didepanku. "ASTAGA..." aku berusaha untuk fokus pada setiap langkahku menaiki tangga ini.

Lantai tiga, dan kamarku ada paling ujung diantara beberapa kamar dilantai ini. Wanita itu masuk dan menyalahkan lampu serta penyejuk ruangan.

"Kalau butuh apa-apa mas nya bisa telpon ke bawah ya, nomernya ada di atas meja dekat telpon" kata wanita itu yang kembali memberikan senyuman kearahku

Setelah wanita itu pergi, aku langsung menutup pintu dan mengganti pakaian. Teringat kembali wajah istri dan anakku, "Aku akan membawakan kebahagiaan untuk keluarga kita sayang, tunggu saja"

Akupun terlelap, dan aku bermimpi sangat aneh malam itu. Aku melihat sebuah kolam yang airnya berwana merah, didalam kolam itu terlihat beberapa ikan berwarna kuning keemasan yang meloncat loncat seperti ingin keluar dari dalam kolam itu. Aku lalu menangkap seekor ikan dan seketika ikan itu berubah menjadi busuk dan tinggal tulang belulang. Lalu aku menangis, seolah habis kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Keesokan harinya setelah meminum kopi yang kupesan di resto hotel ini, aku bersiap untuk kebandara. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, dan sudah ada beberapa betor yang mangkal di seberang hotel ini. Aku lalu memakai jasa salah satu betor disana, dan kamipun berangkat ke bandara.

"Tunggu saja sayang, sebentar lagi aku akan sampai ke rumah, dan kita akan hidup bahagia"

***

Singkat cerita sampailah pesawatku di Jakarta, setelah mengambil tas ranselku pada pengambilan bagasi penumpang, akupun keluar dan langsung memesan taxi. Entah kenapa hatiku sangat bahagia sekali, setelah melewati pengalaman-pengalaman aneh selama berada di Sumatera, kini aku seperti akan memulai kehidupan baru yang aku yakin akan jauh lebih bahagia.

Ditengah perjalanan aku menyempatkan mampir di toko mainan, membeli mainan-mainan yang agak bagus untuk anak kesayanganku dirumah. Waktu masih menunjukkan jam 11.30 Wib, jadi aku rasa masih ada waktu untuk mampir sebentar membeli oleh-oleh untuknya. Mobil kami melanjutkan perjalanan kembali, dan beberapa lama tibalah aku di depan gang rumahku.

Setelah membayar taxi, aku melangkah penuh kebahagiaan, membayangkan anak dan istriku yang melihat aku pulang membawa uang dan mainan untuk anakku. Didepan gang terdapat bendera kuning, dan sempat berfikir "siapa yang meninggal?".

Aku teringat oleh perkataan mbah Bhanu, bahwa orang yang kita sayang akan diambil terlebih dahulu oleh jin penunggu cincin ini.

"ASTAGA..!!"

Aku langsung berlari kerumahku, dan nampak rumahku sudah dipenuhi oleh beberapa warga. Firasatku sudah tidak enak, aku langsung menuju kedalam rumah, dan nampak sosok anak kecil yang sudah terbujur kaku, dan tengah dikafani

"RAMAAAA......."

Air mataku seketika jatuh tak tertahankan. Ya, dialah Rama, anak kesayanganku, yang telah meninggalkanku untuk selama-lamanya. Sedih, hancur, menyesal, marah... entah apa lagi yang aku rasakan saat itu. Aku hanya bisa pasrah sambil terus menangis dan memeluk tubuh anakku tercinta

*****
KEMBALI MEMBANGUN BISNIS

Sudah satu minggu berlalu semenjak meninggalnya putra kesayanganku. Hati ini seperti hancur, setiap detik aku selalu mencoba untuk menerima resiko dari jalan yang aku tempuh. Dan hari ini aku harus mendapatkan juga hakku dari perjanjian antara aku dan makhluk itu.

Hari minggu ini aku berencana pergi ke pak Nur, dia adalah investor bisnisku dulu ketika aku mendirikan usaha Event Organizer (disingkat EO). Dengan keyakinan bahwa batu ini akan membantuku membujuk hatinya yang sempat membeku karena kesalahanku waktu itu.

“Mau kemana pah?” tanya istriku

“Kerumah pak Nur mah” kataku sambil menghidupkan sepeda motor yang aku pinjam dari tetangga

“Memang dia masih percaya sama kamu pah?

“Kita gak akan pernah tau kan kalau belum coba?” kataku yang langsung pergi setelah mencium kening istriku

Rumah pak Nur ini sebenaranya tidak seberapa jauh, namun karena jalan yang aku lewati hari ini banyak jalan yang buka tutup akhirnya aku tiba dirumahnya setelah melalui perjalanan hampir satu jam. Ketika sampai dipintu gerbang rumahnya, cincin di jariku terasa hangat. Akupun semakin yakin untuk menemui bos muda ini.

“Aku butuh bantuanmu” kataku dalam hati sambil mengusap-usap cincin biru ini

“Assalamu’alaikum…” kataku kepada seorang tukang kebun yang berada di halaman rumah pak Nur

“Wa’alaikumsallam, iya mas ada apa?” kata lelaki itu

“Mau ketemu pak Nur, saya Bayu kawan lamanya”

“Oh baik, tunggu sebentar mas, mari silahkan duduk” kata lelaki itu sambil mempersilahkan aku duduk di teras rumah itu, kemudian dia masuk kedalam rumah untuk memanggil pak Nur

Setelah berapa lama, lelaki itu keluar dan dibelakangnya Nampak pak Nur tersenyum kepadaku

“Waduh… kemana saja mas Bayu? Kemarin saya mau kerumah mas Bayu, kata Iwan anak mas Bayu habis meninggal ya? Jadi saya gak jadi deh kesana” kata pak Nur

“Iya pak, Rama meninggal sekitar seminggu yang lalu. Tapi kemarin malam saya ketemu Iwan dia tidak bilang apa-apa soal pak Nur?” kataku

“Turut berduka ya mas.. mungkin Iwan lupa sampaikan kali. Ah duduk dulu” kata pria itu yang kembali masuk kedalam rumah

Lalu pak Nur keluar sambil membawa sebuah brosur dan amplop cokelat ditangannya

“Jadi dua bulan lagi perusahaaan saya mau merayakan hari jadi, dan seluruh cabang akan diundang. Acaranya mau saya adakan di kantor pusat, mas Bayu sudah pernah kekantor saya kan?” tanya pak Nur

“Sudah pak” kataku sambil memegang brosur yang tadi dibawa pak Nur dan ternyata adalah brosur wedding

“Ah, kalau itu kawan saya anaknya mau nikah mas, semalam datang kerumah. Anaknya sudah keliling tanya-tanya WO dan tertarik dengan paketan disitu” kata pak Nur yang sesekali menghisap rokok kretek miliknya

“Itu kan dia dapat harga tiga ratus lima puluh juta, all in. Kira-kira mas Bayu bisa buat konsep seperti itu tidak? Dan kalau bisa harganya dibawah itu. Dia mau acaranya outdoor di kolam renang” kata pak Nur

“Untuk yang acara kantor saya, saya sudah menyiapkan anggaran sekitar delapan ratus juta. Nanti kurang lebihnya kita bisa bicarakan lagi. Saya rencana mau memanfaatkan lantai satu dan dua, tapi saya mau ada tenda juga yang terpasang di halaman parkiran kantor. Semua full AC, untuk rincian detailnya besok mas Bayu tinggal ambil kekantor saja” kata pak Nur

“Oh bisa pak Nur, saya akan memberikan layanan terbaik saya untuk acara pak Nur” kataku penuh semangat

“Iya saya percaya sama mas Bayu, soal kejadian kemarin saya harap mas Bayu tidak jatuh dilubang yang sama dua kali ya?” kata pak Nur mencoba mengingatkanku

Kemudian pak Nur mendapat telpon yang aku rasa sangat penting saat itu

“Ya sudah mas Bayu, saya mau ada urusan, besok mas Bayu jangan lupa kekantor saya ya?”

“Iya pak Nur, pasti” kataku sambil menganggukkan kepala

“Nah ini dipegang dulu saja, nilainya kurang lebih ada sekitar dua puluh juta, ini hanya sekedar tanda jadi saja. Besok sisanya mas Bayu bisa ambil ke kantor saya” kata pak Nur sambil memberikan amplop cokelat yang berisi uang

“Wah terima kasih banyak pak”

Kemudian aku pamit, dan kembali ke rumah. Sesampainya dirumah aku menceritakan semua ke istriku, dan istriku tentu saja senang bukan main. Aku memberikan semua uang itu kepadanya, untuk keperluan sehari-hari dan untuk membayarkan beberapa hutang-hutang kami diwarung.

Aku teringat Eko dan segera menghubunginya,

“Sob, gw abis nerima kerjaan nih. Wah gila bener ya nih cincin” kataku dengan perasaan senang

“Oh syukur deh” katanya singkat

“Loh, kenapa luh sob? Sakit?” kataku agak bingung

“Lu inget ucapan mbah Bhanu ga soal perjanjian terakhir gw?”

“Iya, kenapa?”

“Besok malam setelah lu cabut, persis seperti yang mbah bilang, istri gw kejang-kejang Bay. Dan lu tau kan akhirnya gimana?” kata dia agak sedikit sedih

“Innalillahi… astaga Ko, yang sabar aja ya. Nanti klo lu udah agak tenang, lu bisa telpon gw” kataku coba untuk memberikan waktu untuk Eko bisa tenang

“Iya Bay, thanks ya. Jaga semua orang yang lu sayang selama masih ada waktu” kata Eko sambil menutup telponnya.

Aku lalu memikirkan nasibku sekarang, bagaimana nantinya hidupku? Bagaimana aku bisa hidup tanpa orang-orang yang aku sayang?

***

Semenjak aku pegang event di acara pak Nur, aku seperti terbang diatas angin. Banyak event-event besar yang suskes aku tangani, dan aku mulai membangun kerajaan bisnisku kembali. "Kali ini harus lebih besar dari sebelumnya" tekadku.

Beberapa bulan berikutnya aku sudah mampu untuk menyewa kantor dan merekrut sejumlah karyawan. Dan beberapa bulan lagi aku akan membeli rumah agak besar di kawasan Bekasi.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tanpa terasa kalau bulan besok sudah saatnya makhluk itu menagih persembahan dariku. Aku mulai agak gelisah, siapakah yang akan kukorbankan? Aku memilik sebuah rencana agar nantinya tidak terlihat mencurigakan, dan kupanggil semua karyawanku untuk berkumpul di ruang meeting termasuk security dan Office Boy.

"Hari ini saya akan mengumumkan sesuatu. Mulai saat ini, setiap satu tahun sekali saya akan memberikan hadiah kepada salah satu karyawan terbaik di kantor ini. Saya akan memberikan sebuah sepeda motor dan uang senilai sepuluh juta rupiah" kataku

Semua karyawanku bertepuk tangan dan terlihat wajah mereka nampak senang sekali

"Dan untuk kali ini, setelah melalui pertimbangan secara matang, maka hadiah kali ini saya berikan untuk...... mba Wiwit...!" kataku

Menurutku keputusan ini tepat, karena mba Wiwit saat itu baru saja memiliki seorang anak yang baru berusia lima bulan. Antara senang karena sudah mendapatkan target, disisi lain akupun kasihan dengan Wiwit dan anaknya saat itu, tapi aku harus bagaimana lagi? Inilah jalanku.

Beberapa minggu kemudian, tibalah saat dimana makhluk itu mengambil korbannya. Malam itu aku agak gelisah, dan merasakan cincin ini terasa hangat di jariku. Keesokan harinya aku mendapatkan informasi dari security bahwa mba Wiwit tidak masuk, karena anaknya meninggal semalam!

*****
SANG PENYELAMAT

Sudah setahun lebih aku menjalani hidup sebagai pelaku pesugihan, dan semua yang aku inginkan dapat aku lakukan. Uang, harta semua telah aku miliki. Hampir setiap bulan aku dan istriku pergi liburan, hal yang tidak aku dapatkan ketika hidup susah pasca kebangkrutan usahaku dulu.

Namun setelah beberapa lama, aku menjadi pribadi yang jauh berubah dari aku yang sebelumnya, mudah tersinggung, marah, dan belakangan sering terjadi keributan-keributan antara aku dan istriku.

Karena itulah aku jadi sering keluar malam, awalnya hanya untuk menghilangkan penat, minum-minum, berpesta bersama teman-teman, dan lain-lain. Hingga pada suatu malam ketika aku hendak pulang dari salah satu diskotik di Jakarta, aku enggan untuk pulang melewati jalan tol, karena aku agak sedikit mabuk juga waktu itu, fikirku jika memang nanti aku tidak kuat bawa mobil aku bisa sewa hotel di perjalanan untuk istirahat.

Aku melewati jalan di Harmoni dan mengambil arah cempaka putih untuk lanjut ke Pulo Gadung. Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB, dan kondisi jalan masih sepi saat itu, ketika melewati sepanjang jalan di kawasan Pulo Gadung tiba-tiba dari arah kanan terlihat seorang laki-laki tua menyebrang jalan. Sedikit kaget aku langsung menginjak pedal rem dan membuang arah mobilku kesebelah kiri hingga sedikit menabrak pembatas jalan.

Karena marah, akupun lantas membuka pintu mobilku dan hendak memarahi orang tua ini. Namun orang tua ini malah mendatangiku dan menatapku penuh rasa iba

"Harta bisa dicari, namun kebahagiaan hanya ada di hati" kata orang tua itu sambil terus memandangiku

Seperti tersambar petir, tubuhku lalu bergetar. Kata-katanya seperti tepat menusuk jantungku. Orang tua itu lalu melanjutkan langkahnya, dan setelah agak tersadar dari lamunan, aku langsung memanggilnya

"Pak, mohon maaf pak. Tadi saya agak ngelamun bawa mobilnya" kataku

"Banyak-banyak istighfar, jangan sampai kosong hati kamu"

"Oiya pak, maksud perkataan bapak tadi apa ya?"

"Yang mana? Oh, Hahahaha... Sudahlah, tidak baik bicara di tengah jalan begini. Kalau kamu mau ngobrol dengan saya, saya selalu ada di Masjid itu" kata orang tua ini sambil menunjuk sebuah Masjid yang hanya terlihat kubahnya saja dari posisiku saat itu

"Sudah kamu harus cepat pulang, kasihan keluargamu menunggu dirumah" kata dia sambil melanjutkan langkahnya dan kali ini benar-benar meninggalkanku

Aku masuk kembali kedalam mobil, sebelum jalan, aku lihat kembali orang tua ini. Dengan raut wajahnya yang bijaksana, terlihat sejuk sekali dimataku.

***

Keesokan harinya, aku kembali memikirkan kejadian semalam. Ingin rasanya aku menemuinya lagi, Orang tua yang misterius, siapa dia?

Aku lalu memandangi cincin yang menempel dijariku, dan mengingat bahwa aku telah jauh menyimpang dari jalan Tuhanku. Aku memang memiliki segalanya sekarang, namun tetap saja hati ini masih terasa kosong, seperti ada sesuatu yang hilang dari kehidupanku. Dan tanpa terasa air mataku menetes, dan hati ini ingin sekali melakukan kewajibanku sebagai umat Muslim, Sholat.

Aku memaksakan langkahku untuk mengambil air wudhu, sesampainya di kamar mandi aku hidupkan kran air dan mulai membasuh kedua tanganku. Namun tiba-tiba cincin ini terasa panas sekali di jariku, sampai-sampai aku berteriak karena jariku seperti terbakar. Setelah agak reda, aku lalu melepaskan cincin ini dan kembali membasuh kedua tanganku, dan kembali jariku merasakan panas yang luar biasa. Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk sholat.

Aku lalu teringat orang tua itu dan memutuskan untuk bertemu dengannya, berharap akan ada solusi dari masalah yang tengah aku hadapi ini.

Aku mengambil kunci mobilku dan berjalan menuju garasi. Tanpa fikir panjang akupun pergi ketempat pertemuanku dengan orang tua semalam. Hari ini jalan agak lengang, mungkin karena hari minggu jadi jalan agak lancar, karena biasanya rute yang aku tempuh ini sangat macet di hari-hari biasa.

Sesampainya aku dijalan semalam, aku melihat sebuah kubah Masjid dan mengikuti jalan yang menuju ke arah Masjid itu berada.

Setelah sampai di parkiran Masjid, aku lalu turun dan nampak orang tua itu sedang duduk berbincang-bincang dengan beberapa orang di teras Masjid. Dia lalu tersenyum kepadaku, nampak wajahnya yang penuh kharisma menyambut kedatangananku.

"Gusti Allah punya rencana baik, Dia bisa membolak-balikkan hati manusia, dan Dia juga yang memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya... Ah mari sini duduk" kata orang tua itu sambil memberikan ruang untukku

Setelah bersalaman kepada beberapa orang yang ada disitu, akupun duduk berhadapan dengan orang tua ini

"Kamu udah Zuhur belum?" tanya orang tua ini

"Belum pak"

"Nah, sholat dulu sana, oiya, sebelum wudhu cincinnya sini biar bapak yang pegang, agar lebih afdol, hehehe"

Agak ragu awalnya untuk kembali mengambil air wudhu mengingat kejadian dirumahku tadi, terlebih harus memberikan cincin ini ke dia.

"Sudah tidak apa-apa, sholat taubat dulu kalau merasa punya salah ke Gusti Allah ya"

Akhirnya dengan agak berat aku menyerahkan cincin ini ke dia

"Wuiihh bagus bener cincinnya pak, mahal pasti ini ya" tanya salah seorang kepada orang tua itu

"Bagus hanya tampilan luarnya saja, dalamnya kan kita tidak tau" kata orang tua ini sambil melirik kearahku

Aku lalu berjalan ketempat wudhu, dan kembali menghidupkan kran air, perlahan-lahan aku basuh kedua tanganku. Dan anehnya kali ini sudah tidak terasa panas lagi, aku lanjutkan membasuh wajahku dan tanpa terasa air mataku jatuh bersama tetesan air wudhu.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close