PETAKA BATU SAFIR (Part 3 END)
KEHADIRAN ULAR MISTERIUS
Setelah selesai berwudhu aku melangkah kedalam Masjid, nampak orang tua itu dan beberapa orang masih asik berbincang. Orang tua itu menoleh ke arahku dan memberikan senyum dari wajahnya yang penuh kharisma.
Sesuai arahan beliau, aku melakukan sholat Taubat terlebih dahulu. Dari mulai niat, takbir, sampai ketika sholatku berakhir air mata ini tidak berhenti menetes. Dalam hatiku seperti ada sesuatu yang terbebas disana, setelah lama menghilang, kini pancaran itu semakin jelas kurasakan. Tenang, damai, sebuah moment yang begitu langka dalam hidupku, Ya Tuhan, ampuni segala khilafku, ku pasrahkan semua kepadaMu wahai Dzat Yang Maha Pengasih.
Selesai sholat Taubat, aku kembali berdiri dan langsung melakukan sholat Zuhur, aku berusaha fokus menghadap Sang Pencipta. Ketika selesai mengucapkan salam, orang tua itu menghampiriku dan duduk disebelahku.
"Astaga, perasaan apa ini? kenapa seperti ada aura positif yang memancar dari orang ini?"
"Sudah sholatnya?" kata orang tua itu
"Sudah pak"
"Tuhan menciptakan kita untuk saling kenal mengenal. Perkenalkan dulu, nama saya Ali (bukan nama sebenarnya), siapa nama kamu nak?"
"Saya Bayu pak"
"Hari Jum'at malam, selepas Tahajud, saya ketiduran dan bermimpi berjalan untuk melakukan Tahajud di Masjid ini. Lalu ditengah perjalanan saya melihat seekor Elang jatuh dijalan waktu kita bertemu semalam. Saya lalu mengambil Elang itu, dan Elang itu seperti menangis meminta pertolongan saya..." orang itu menghentikan sejenak kata-katanya, lalu kembali berkata
"Lantas besok malamnya saya mencoba untuk melakukan Tahajud di Masjid ini seperti yang saya mimpikan kemarin malam, dan ternyata Gusti Allah mempertemukan kita"
"Lalu soal ucapan bapak semalam itu apa ya pak?"
"Hahahah, ketika kamu keluar dari mobil, saya melihat sosok makhluk yang sedang mengikutimu nak. Makhluk itu menatap marah ke arah saya, dari situ saya tau kalau kamu sedang ada urusan sama dia" kata dia sambil kembali menampakkan senyum di wajahnya
"Iya pak... sebenarnya itu masalahnya. Saya sempat khilaf waktu itu, tidak kuat hidup susah, maka saya digelapkan oleh sahabat saya..." aku menceritakan semuanya ke pak Ali
Pak Ali begitu serius mendengarkan semua ceritaku, dan penyesalanku atas semua kesalahanku. Dia hanya senyum-senyum kecil dan kemudian mengeluarkan lagi cincin yang aku serahkan kedia dari kantong bajunya.
"Yang seperti ini sudah banyak, bukan cuma kamu nak. Selagi kamu mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulangi, bapak yakin Gusti Allah akan mengampuni semua kesalahanmu"
Agak sedikit lega mendengarkan penjelasan darinya. Mengingat sudah berapa nyawa yang hilang akibat dari pesugihan cincin ini.
"Lalu saya harus bagaimana pak?" tanyaku
"Kalau nak Bayu berkenan, saya bisa bantu. Kita selesaikan ini di rumah nak Bayu"
Aku lalu berfikir, bagaimana dengan istriku? jika pak Ali datang otomatis istriku pasti tau semua tentang cincin ini, juga kematian anakku tentu saja.
"Tapi istri saya belum tau pak soal ini, dan saya takut dia akan marah, terlebih anak kami meninggal karena..."
"Sudah..., jodoh, maut, rezeki Gusti Allah yang mengatur. Kalau anakmu meninggal itu bukan diluar rencana Allah. Kalau waktu itu Allah belum mau anakmu meninggal, jin sekuat apapun tidak akan mampu melawan kehendak-Nya. Satu-satunya cara adalah melenyapkan makhluk ini, sudah cukup dia menyesatkan banyak orang. Soal istrimu biar bapak yang bicara nanti"
Semua ucapan yang keluar dari mulut orang ini sungguh membuatku lega. Ada sedikit harapan untuk bisa hidup tenang lagi. Pak Ali lalu mengajakku ke teras Masjid, dan nampak orang-orang tadi masih duduk untuk menunggu kehadiranya dari dalam Masjid.
Kami lalu berbincang-bincang, sekilas aku menilai Pak Ali, dia adalah orang yang ramah, bahkan kepada orang yang usianya jauh dibawah beliau. Dan dari sisi Agama pun kelimuannya sangat dalam, terbukti beberapa pertanyaan dari orang-orang ini beliau jawab dengan dasar ayat-ayat Qur'an, dan begitu logis diterima akal manusia awam sepertiku.
Aku terus mengikuti perbincangan ini, sampai tak terasa waktu sudah memasuki Ashar. Salah seorang diantara kamipun berdiri, dan langsung mengumandangkan Adzan. Kami semua lalu berjalan ketempat Wudhu dan kembali memasuki Masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. Warga di sekitar Masjidpun mulai berdatangan, dan Pak Ali maju kedepan untuk mengimami kami semua.
Selesai sholat, Pak Ali menghampiriku yang masih melafadzkan zikir.
"Nak, kesini sebentar" Pak Ali mengajakku kesalah satu sudut ruangan untuk menjauhi para jamaah yang masih sibuk berzikir.
"Cincinmu biar bapak pegang, sekarang kamu pulang saja. Nanti habis Isya Insya Allah saya diantar murid saya kerumah kamu" kata pak Ali yang agak mengecilkan suaranya takut menganggu para jamaah.
"Baik pak, nanti akan saya berikan alamat lengkap saya. Saya benar-benar mengucapkan banyak terima kasih pak. Kalau tidak ada bapak tidak tau akan bagaimana kedepannya" kataku
"Bukan karena saya, tapi ini sudah menjadi kehendak Gusti Allah"
Setelah mencium tangan beliau, akupun pamit dan langsung menuju parkiran. Aku lalu keluar dari Masjd itu menuju rumahku. Terasa hati ini sangat tentram, jauh sekali berbeda sebelum aku bertemu dengan Pak Ali.
Sesampainya di depan rumah, aku melihat istriku dan beberapa warga sedang berkerumun sambil menatap kearah rumahku
"Ada apa ini?" Fikirku dalam hati
Aku lalu memarkirkan mobilku di seberang jalan depan rumah, lalu cepat-cepat aku menghampiri istriku yang masih agak ketakutan
"Kenapa mah?"
"Pah, dari mana kamu? Tadi waktu aku mau memakai mobil aku melihat seekor ular besar pah, dia ada di jok depan mobil" kata istriku
"Ular apa? sekarang mana ularnya?"
"Tidak tau pah, tadi pas buka pintu mobil aku kaget, dan langsung menutup pintu mobil lagi. Pas dicari-cari warga tidak ada ularnya"
Tidak mungkin ular sebesar itu bisa masuk kedalam mobil istriku, sekalipun ada celah pasti keluarnyapun ketahuan oleh warga atau istriku. Ular apa itu? pertanda apa ini?
***
KEMARAHAN JIN PENUNGGU CINCIN
Setelah dirasa sudah aman, warga pun mulai kembali kerumah mereka masing-masing. Aku dan istriku lalu masuk kedalam rumah, dan terasa hawa diruangan rumahku terasa berbeda, sangat mencekam. Ada apa ini?
"Mah, nanti malam ada teman aku yang mau datang kesini" kataku
"Siapa pah?"
"Papah juga baru kenal, dia seorang ustadz namanya Pak Ali. Aku ngerasa kita butuh siraman rohani agar hati bisa lebih sejuk, aku sudah lelah setiap saat kita selalu bertengkar. Kehidupan rumah tangga kita seperti neraka saat ini"
"Iya pah, aku juga tidak tau kenapa akhir-akhir ini kita jadi mudah cekcok. Kalau aku ada salah aku minta maaf ya pah" kata istriku sambil memegang tanganku.
"Iya, aku juga mah. Sekarang sudah mau Maghrib, sebaiknya kita bersiap ke Mushola. Sudah lama juga kita tidak ikut sholat berjamaah di sini kan?"
"Iya pah" kata istriku yang langsung masuk kekamar mengambil perlengkapan untuk sholat.
Setelah mengunci pintu kamipun meninggalkan rumah kami menuju sebuah Mushola dekat rumah. Sesampainya di Mushola terlihat seorang pria yang kukenal wajahnya, dia adalah Kosim, bekas sopir pribadiku dulu yang aku pecat karena menumpahkan secangkir kopi didalam mobilku. Ya aku benar-benar orang yang temperamental saat itu, aku memecat orang yang hanya karena dia melakukan kesalahan kecil.
"Assalamu'alaikum pak Kosim" kataku kepada pria paruh baya itu
“Wa’alaikumsalam pak Bayu” kata pak Kosim
“Pak, mohon maaf untuk kejadian waktu itu, tidak sepantasnya saya memarahi bapak karena hal sepele”
“Ah, sudah lah pak Bayu, saya juga sudah melupakan kejadian itu” kata pak Kosim sambil tersenyum
“Alhamdulillah.. sekarang kerja dimana pak Kosim?”
“Saya masih dirumah saja pak, kadang-kadang ambil serabutan aja. Yang penting halal lah”
“Oh.. begini pak, kalau bapak tidak keberatan, besok pak Kosim bisa kembali bekerja lagi. Dan Insya Allah saya akan menaikkan gaji bapak dari sebelumnya” kataku agak sedikit memaksa
“Wah, yang benar nih pak Bayu?”
“Benar pak, untuk apa saya bohong?” kataku sambil balik melemparkan senyum
“Alhamdulillah.. Ya Allah, terima kasih banyak ya pak Bayu, kebetulan anak saya juga lagi sakit dan memang lagi butuh biaya untuk berobat”
“Sakit apa pak?”
“Tangannya patah akibat terjatuh waktu bawa motor” kata pak Kosim yang nampak agak sedih
“Loh? Sudah dibawa ke patah tulang?”
“Belum pak, karena saya takut biayanya, pasti dirawat inap soalnya”
“Begini saja, besok habis antar saya kekantor, pak Kosim bawa saja mobil saya. Lalu antar anak bapak ke patah tulang, biar saya yang tanggung semua biayanya” kataku
“Ya Allah?? Benar pak?” kata dia, dan sedikit mengeluarkan air mata
“Benar pak, Insya Allah saya ikhlas”
“Alhamdulillah… terima kasih Ya Allah, terima kasih pak Bayu” kata dia sambil mencium tanganku
Aku langsung menarik tanganku yang hendak dia cium
“Astaga, tidak apa-apa pak. Saya hanya bisa bantu sebisa saya saja”
“Semoga Allah membalas semua kebaikan Pak Bayu” katanya
“Ya sudah pak, mari kita kedalam. Sudah mau adzan ini” kataku menutup percakapan
Kamipun melangkah memasuki area Mushola. Nampak beberapa warga sudah siap untuk melakukan Sholat Sunnah terlebih dahulu.
Kembali aku menghadap Sang Pencipta, aku kembali berharap Dia yang Maha Besar mau menerima taubatku dan membantuku menyelesaikan semua masalahku.
Setelah selesai melakukan sholat Maghrib, aku menghampiri istriku. Dan meminta agar dia pulang terlebih dahulu, untuk menyiapkan jamuan kepada pak Ali nanti. Sementara aku ingin lebih lama zikiran di Mushola ini.
Karena terlalu asik berzikir, tak terasa sudah memasuki waktu Isya. Akhirnya aku melanjutkan sampai ke Isya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan setenang ini, benar-benar damai sekali hati ini
Ketika selesai Sholat dan berzikir, aku lantas bergegas pulang. Ingin santai di teras depan rumah bersama istri sambil menunggu kedatangan pak Ali. Namun ketika sampai rumah dan membuka pintu depan, aku sangat terkejut, aku melihat tubuh istriku terkapar di samping meja makan.
“MAMAH….!”
Aku bergegas menghampiri tubuh istriku, dan kurasakan denyut jantungnya masih terasa
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
Aku terus menggoncang-goncangkan tubuhnya, namun istriku tetap tidak sadarkan diri.
"Astaga... Ya Allah, tolong bantu aku"
***
ISTRIKU, JANGAN PERGI
Aku terus menggoncangkan tubuh istriku, setelah beberapa lama usahaku tidak membuahkan hasil aku bergegas membawa tubuh istriku ke mobil dan membawanya kerumah sakit. Belum sempat aku membuka pintu gerbang, aku melihat sorot lampu mobil berhenti di depan gerbang rumahku.
Terlihat dua orang pria turun dari mobil tersebut, salah satu dari orang itu adalah Pak Ali, dan satu lagi aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Kedua orang itu langsung berlari kearahku karena melihat aku tengah menggendong tubuh istriku. Pak Ali langsung masuk setelah membuka gerbang yang memang tidak aku kunci.
"Astaghfirallah... Ada apa ini nak Bayu?" tanyak Pak Ali yang langsung membantuku mengangkat tubuh istriku
"Tidak tau pak, setelah dari Masjid saya masuk rumah dan sudah melihat istri saya tidak sadarkan diri, saya mau bawa dia kerumah sakit pak"
"Tidak usah, bawa masuk kedalam lagi" kata Pak Ali
Walaupun saat itu kondisiku sedang panik, namun aku berusaha untuk bisa mengontrol diri. Aku lalu merebahkan tubuh istriku di atas sebuah sofa panjang di ruang tamu. Lalu Pak Ali duduk bersila dilantai dan menghadapkan wajahnya kearah istriku, sementara seorang pemuda yang tadi bersama pak Ali mengeluarkan sebuah Al-Qur'an dari dalam tasnya dan tanpa di komando langsung membacacakan salah satu surat yang aku ketahui adalah Surah Al Jinn.
Seketika aku melihat tubuh istriku bergetar, dan tanpa kusadari hawa disekitar tubuhku terasa hangat. Keringat menetes dari keningku. Tiba-tiba istriku bangun dan mendorong tubuh Pak Ali hingga beliau terjatuh
“AAARRRGGHHH” terdengar istriku meraung-raung dan mengeluarkan suara agak berat
Aku secara refleks langsung memegangi istriku yang semakin meronta-ronta, pemuda yang bersama pak Ali pun tanpa henti terus membacakan Surah Al Jinn. Sementara Pak Ali menemplekan ibu jari tangan kanannya kekening istriku, sambil terus mengucapkan dzikir “Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar...”
Seketika tubuh istriku menjadi lemas, namun aku melihat wajah istriku sudah mulai memucat. Pinggiran matanya pun sedikit menghitam. Lalu aku meraba detak nadinya. Astaga, mungkinkah??
Peristiwa itu tidak mungkin bisa aku lupa, aku merasa sangat kehilangan istriku. Air matakupun kembali jatuh untuk orang yang aku sayang. Akupun memeluk erat jasad istriku.
“Dia masih ada disini” terdengar suara Pak Ali yang aku lihat masih duduk bersila dan memejamkan matanya
Aku hanya bisa berharap sebuah keajaiban saat itu. Aku panjatkan do’a-do’a kepada-Nya, aku pasrahkan semua hanya kepada-Nya. Jika memang ini adalah takdir-Nya maka aku berusaha ikhlas.
Aku terus menunggu, waktu saat itu berjalan sangat lambat sekali bagiku. Sementara tubuh istriku sudah mulai membiru. Aku melihat Pak Ali, beliau menunjukkan raut wajah yang tegang, dia terus fokus dan terlihat pula keringat membasahi tubuhnya.
“Ya Allah, tolong bantu aku”
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya aku melihat perubahan pada tubuh istriku, kini tubuhnya kembali hangat, dan pinggiran mata yang tadi menghitam kini telah hilang. Istrikupun kembali sadar. Aku membantunya untuk duduk, lalu kuberikan segelas air putih kepadanya.
Setelah agak pulih, istriku lalu bercerita..
Tadi ketika sedang menyiapkan makanan, ada bayangan hitam yang terbang kearahnya. Lalu kemudian dia seperti berada di sebuah sumur yang sangat dalam, namun disumur itu ada banyak orang yang sedang menangis. Di dasar sumur itu terdapat sebuah ruangan besar, ada banyak sekali orang disana termasuk istriku. Dia sempat berlari dan mencoba keluar dari ruangan itu, namun ada semacam tembok yang tak terlihat yang tidak bisa di tembus olehnya. Sampai akhirnya dia sadar dan kembali saat ini.
Kami mendengarkan semua cerita dari istriku.
“Begini nak, Bapak hanya perantara. Ada beberapa hal yang ingin suamimu sampaikan, namun takut kamu marah nantinya” kata Pak Ali kepada istriku
“Maksudnya pak?” tanya istriku
“Mmm.. begini mah, aku ingin menyampaikan sesuatu yang selama ini aku rahasiakan dari kamu. Namun aku takut salah bicara dan akan menyakiti hati kamu. Makanya aku meminta tolong kepada Pak Ali ini untuk menjadi penengah diantara kita, aku tidak ingin rumah tangga kita hancur karena kesalahanku mah” kataku
Pak Ali pun menceritakan semuanya kepada istriku, dan sesekali memberikan nasihat kepadanya. Awalnya istriku begitu syok mendengar kenyataan tentang harta yang kudapatkan ini, juga kepada nasib anak kami yang dijadikan tumbal oleh makhluk itu.
“Jadi anakmu kau korbankan mas?” kata istriku
“Tidak ada istilah korban disini, jika dilihat pakai kacamata Agama, anakmu meninggal memang sudah jalannya. Tidak ada makhluk apapun yang bisa menandingi kuasa Allah. Yang penting suamimu sudah mau bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi” kata Pak Ali mencoba menengahkan
“Dan untuk kamu nak, cukuplah hal ini menjadi pelajaran untukmu. Perbanyaklah ibadah kepada Gusti Allah, jangan pernah putus asa. Karena tidak mungkin Tuhan memberikan ujian kalau hambanya tidak sanggup” Pak Ali kembali mengingatkanku
Kembali aku teteskan air mata untuk kesekian kalinya, aku sangat menyesal, mengapa dulu aku begitu bodoh? Beruntung Allah masih sayang kepadaku, mempertemukanku dengan seseorang yang bisa menuntunku kembali kepada-Nya.
“Sudah, masa lalu biarkan menjadi sebuah pembelajaran. Nah cincin ini sudah kembali menjadi cincin biasa. Ini saya kembalikan” kata Pak Ali sambil mengeluarkan cincin dari saku celana nya.
“Ah tidak usah pak, ambil saja untuk Bapak. Saya benar-benar mengucapkan banyak terima kasih, kalau bukan karena kebaikan Bapak, mungkin saya masih di sesatkan oleh dunia”
“Berterima kasihlah kepada Allah SWT, hanya Dialah yang bisa menolong siapa yang dikehendakinya” kata Pak Ali menutup percakapan.
***
Setelah kejadian malam itu, Alhamdulillah hidupku sudah kembali normal. Usahaku masih berjalan sampai sekarang. Kini aku dikaruniai dua orang anak yang cantik-cantik, semoga pengalaman yang aku dapatkan bisa diambil manfaatnya untuk semua pembaca sekalian.
SEKIAN
Note:
Oiya, sekedar teman-teman tau. Untuk kondisi Eko terakhir aku mendapat informasi bahwa kini dia mendekam di dalam penjara karena kasus narkoba, dia menjadi agak stress setelah istrinya meninggal, ditambah usaha restoran miliknya mengalami kebangkrutan. Karena kasus narkoba inilah ditambah lagi setelah istrinya meninggal Eko kembali menikah dengan perempuan lain membuat keluarga dari almarhum istri Eko marah dan mengambil alih kembali perkebunan sawit milik mereka dari tangan Eko.
***
Demikian salah satu pengalaman dari sahabat Ku. Semoga kita bisa berfikir ribuan kali untuk menempuh cara-cara instan model begitu.
Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama atau tempat kejadian. Sampai bertemu di tulisan-tulisan ku yang lain ya lur.. SALAM SANTUN