SILUMAN ULAR HIJAU
JEJAKMISTERI - Menurut ilmu psikologi, kepribadian seseorang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu Introvert dan Ekstrovert. Introvert itu orangnya lebih suka menyendiri. Sedangkan Ekstrovert merasa nyaman saat berada di kerumunan banyak orang. Layaknya orang Introvert pada umumnya memiliki tempat favorit untuk menyendiri. Tempat yang tenang, jauh dari hiruk pikuk suara bising. Selain untuk menenangkan diri, disana aku biasanya sambil recharge energi. Mengambil energi alam semesta dengan membuka Cakra mahkota yang letaknya diatas kepala.
Seiring berjalannya waktu aku menemukan banyak tempat untuk mengasingkan diri. Tapi jika diingat-ingat ada satu tempat yang paling favorit saat Awal-awal aku mengenal dunia spiritual. Tadinya aku sempat merahasiakan tempat ini. Tapi seiring berjalannya waktu tempat itu justru dijadikan tempat wisata. Mulai banyak orang yang mengetahui tempat ini. Mungkin sudah saatnya cerita ini muncul dipermukaan. Setelah sekian lama terpendam di dasar sungai opak.
Tidak perlu aku sebutkan secara detail nama tempatnya. Cukup aku kasih bocoran sedikit tentang situasi tempatnya. Ada sebuah embung di pinggir sungai opak. Di sekeliling embung sudah di bangun gazebo-gazebo kecil. Disini hembusan anginnya sangat nyaman. Apalagi disana sini ada air. Sesuai dengan jiwaku yang dominan unsur air. Pertama kali aku kesini sekitar tahun 2014. Waktu masih jaman kuliah dulu kalau sore hari suka jalan-jalan sendiri melewati sawah-sawah. Gak sengaja aku sampai di tempat ini.
Pertama kali datang kesini aku bertemu dengan sosok wanita cantik. Tentu saja dia bukan dari golongan manusia. Dari awal aku sudah menyadari itu semua. Tapi jujur paras wajahnya sungguh mempesona. Apalagi saat senyum tipis malu-malu merekah dibibirnya. Menyapa kedatanganku dengan kerlingan mata manja. Aku duduk sendiri di bantaran sungai opak. Warna airnya hijau toska agak kebiru-biruan. Aku memanggilnya Dewi Sancaka Hijau. Warna selendangnya sama persis dengan warna air sungai yang ada di depanku.
Pertemuan pertama dengannya sangat singkat. Hari sudah mulai gelap. Aku memutuskan untuk pulang kembali ke kost di daerah gedongkuning. Dalam hatiku berkata. Besok sore aku datang kesini lagi. Aku suka dengan aura tempat ini. Tempatnya nyaman, tenang dan asri. Apalagi kalau di temani sang Dewi. Rasanya tidak mau beranjak pergi.
Singkat cerita besoknya aku datang kesini lagi. Dari kost memang tujuannya jelas, langsung menuju tempat ini. Berharap bisa bertemu lagi dengan Dewi Sancaka Hijau. Ku dekati aliran sungai itu. Lalu aku basuh wajahku berulang kali. Jernih dan segar sekali airnya. Saat aku kembali duduk di dekat Regol pengatur saluran air. Tiba-tiba Dewi Sancaka Hijau muncul.
Masih sama seperti hari kemarin. Bahkan mungkin aura kecantikannya hari ini bertambah. Membuat wajahku jadi ikut sumringah. Mengikat pandanganku tertuju pada satu arah. Kali ini aku sedikit terperangah. Bagaimana tidak? Aku melihat ada kepingan sisik ular yang menempel di selendang milik sang Dewi. Meskipun warna sisiknya hampir serupa dengan warna selendangnya tapi sisik itu tetap terlihat dari mata batinku. Hatiku mulai bertanya-tanya. "Sisik apakah itu?" Atau jangan-jangan wanita disampingku ini adalah siluman ular?"
Sang Dewi menyadari gelagatku yang berubah. Tanpa sepatah katapun dia langsung pergi menghilang dari sisiku.
Hanya dalam satu kedipan mata, dia sudah tidak ada ditempatnya. Aku hanya bisa duduk tertegun. Terhanyut dalam lamunan. Dalam hati berkecambuk dengan banyak pertanyaan. Dibayangi oleh rasa penasaran. Sempat terbesit keraguan, semua ini nyata atau hanya sekedar angan.
Cukup lama aku duduk disana. Menanti Dewi Sancaka yang tak lagi menampakan wujudnya. Matahari hampir tenggelam di ufuk barat. Sisa sinarnya terhalang oleh pepohonan rimbun yang menjulang tinggi. Kata hatiku mengajak untuk segera pergi. Meski dalam hati masih ada kejanggalan yang tak bisa ku pungkiri.
Setelah kejadian itu, selang sekitar satu Minggu aku dapat kerjaan sampingan yaitu jaga Toko Sembako. Lumayan lah bisa buat nambah uang jajan. Pagi sampai siang aku fokus kuliah. Sore sampai jam 9 malam aku jaga Toko. Semenjak itulah aku tidak punya banyak waktu luang lagi. Hari-hari ku habiskan di kampus dan tempat kerja. Sampai aku lupa bahwa ceritaku dengan sang Dewi belum berakhir.
Hari demi hari terus berganti. Tahun demi tahun telah kulewati. Di awal tahun 2016 aku memutuskan untuk mengakhiri kerja part timeku karena pengen Tugas Skripsi cepat selesai. Menyusun dan mengetik skripsi memang melelahkan, di akhir pekan biasanya aku pulang ke rumah Gunungkidul atau pergi jalan-jalan ke tempat wisata untuk menyegarkan pikiran. Biasanya kalau jalan-jalan aku selalu bersama teman. Tapi sore itu hatiku tergerak untuk kembali mengunjungi tempat dimana pertama kali aku bertemu dengan Dewi Selendang Biru toska. Aku bergegas otw kesana sendirian dari kost.
10 menit kemudian aku sampai lokasi. Aku terkejut karena sudah banyak sekali perubahan. Disekililing embung sudah di bangun gazebo. Dibeberapa titik ditanam bunga dan pohon hias lainnya. Ditambah lagi ada semacam sirkuit putaran yang bisa digunakan untuk joging. Rupanya tempat ini sudah disulap menjadi tempat wisata sekarang. Ramai dikunjungi anak-anak muda dan ada beberapa rombongan keluarga. Disudut embung itu laju motorku berhenti. Mendarat di lokasi yang terbilang sepi. Memejamkan mata sambil mencoba mencari keberadaan sang Dewi.
Semilir angin lembut menerpa wajahku. Kurasakan kehadiran sosok gaib yang pernah membuatku terpesona. Kali ini dia tidak berani mendekat. Melihatku dari kejauhan, sengaja menghindari keramaian. Melemparkan senyum yang anggun dari wajahnya. Memberi isyarat bahwa selama ini dia baik-baik saja. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Tapi keadaan saat itu sedang tidak memungkinkan. Aku memutuskan untuk datang lagi Minggu depan. Untuk menghindari keramaian, jangan datang di waktu akhir pekan.
Hari Selasa pagi aku kembali datang. Sengaja mencari suasana yang lebih lengang. Menghirup udara pagi yang masih segar sembari berjalan mengitari embung. Kicauan burung bernyanyi merdu dari kejauhan. Gelombang-gelombang kecil di air akibat ulah ikan-ikan di dalam embung. Ada banyak sekali sosok gaib yang mendiami embung itu. Sebagian besar berwujud wanita. Tapi aku tidak tertarik untuk menyapa mereka. Aku kesini karena ingin bertemu Dewi Sancaka Hijau.
Setelah lelah berjalan kaki, aku duduk sendiri di salah satu gazebo. Sembari melihat ke arah sungai opak yang warna airnya biru toska. Aliran airnya begitu tenang. Selang beberapa menit kemudian yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. Tidak banyak hal yang bisa aku gali darinya. Yang aku tahu tempat ini adalah kerajaan siluman ular. Sedangkan Dewi Sancaka Hijau adalah salah satu punggawa disini. Dia bertugas menyambut tamu yang ingin masuk ke dalam Istana Ular. Yang jelas tamu dari sesama golongan mereka.
Aku disini bukan berniat untuk bertemu dengan Sang Ratu Ular. Aku hanya ingin menenangkan diri karena aku menyukai energi dari tempat ini. Jika niat kita baik maka yang menyambut juga dalam wujud yang baik. Namun jika ada niat yang terselubung, mereka bisa saja menyambut dengan wujud yang menyeramkan. Sejak mengetahui informasi itu tidak lantas membuatku jera untuk datang. Di moment-moment tertentu aku akan kembali datang kesini. Tempat yang cocok untuk menyendiri. Tempat yang pas untuk merecharge energi.
SEKIAN