TEROR PENGHUNI KEBON SAWIT HUTAN KALIMANTAN
JEJAKMISTERI - Kenalkan nama saya Elisa Ariyani, inilah kisah pengalaman hidup saya.
Saya menikah dengan suami di tahun 2014, setelah menikah 3 Bulan kami pun ingin hidup mandiri terlepas dari orangtua dan mertua.
Setelah memilah dan memilih tempat mana yang akan kami tuju, akhirnya suami memutuskan untuk tinggal di tanah hulu daerah kutai barat tepatnya di resak kampung, karena disana ada teman suami yang sudah dianggap seperti saudara. Saya sangat senang karna saya belum pernah merasakan namanya merantau dan tinggal di kampung orang (maklum, saya orangnya suka traveling)
Setelah fix akan ke tanah hulu, malamnya saya mengemasi barang yang akan dibawa sambil membayangkan suasana disana. Saya belum pernah menginjakkan kaki di kampung orang dayak, saya berpikir apakah kami akan diterima dengan baik disana..
Keesokan harinya, kami pun berangkat dari Samarinda tepat pukul 09.00 pagi menggunakan sepeda motor. Entah kenapa pas sampai perjalanan didaerah Tenggarong saya langsung drop, pusing dan muntah-muntah. Saya heran saya ini kenapa kok saya jadi mabok begini padahal kalo naik sepeda motor saya gak pernah mabok, kecuali kalo naik mobil.
Melihat kondisi saya yang seperti itu, suami pun memutuskan untuk putar balik lagi ke Samarinda karena dia khawatir dengan keadaan saya. Saya pun menolaknya, karna saya sudah terlanjur ingin merasakan tinggal di kampung orang. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan kecepatan yang sedang dan bisa dikatakan lumayan lambat karena suami takut saya tiba-tiba jatuh. Dengan kondisi saya yang drop, kami pun jadi sering singgah untuk istirahat.
Namun, setelah sampai simpang kota Bangun, suami menolak untuk singgah-singgah lagi dengan alasan didaerah situ dan seterusnya adalah hutan dan gak ada penduduk, saya pun mengiyakan saja. Sepanjang jalan saya hanya melihat pepohonan di kiri dan kanan saya. Pengendara lain pun gak ada yang lewat karna pada saat itu cuaca gerimis-gerimis manja.
Sepanjang perjalanan suami cuma tanya, "bun, yakin bakalan betah disana? Disana loh masih banyak hutan gak kayak di Samarinda, apalagi bunda orangnya penakut". Saya pun menjawab "gak papa yah, namanya juga mau hidup mandiri ya ga boleh pilih-pilih tempat". Karna keasyikan ceritaan akhirnya pukul 06.00 sore kami tiba dirumah yang saya panggil mamak dayak (dan sekarang sudah jadi mamak angkat saya).
Setelah menyambut kedatangan kami, mamak pun menyiapkan kamar untuk kami. Sekedar intermezzo aja, rumah mamak dayak itu ada 2 tapi digabung kayak rumah bangsalan gitu, rumah yang sebelah ini bertingkat, dan dirumah yang sebelahnya ini cuma ada 1 kamar. Dan kami dipersilakan menempati rumah yang ada kamar 1 ini. setelah membersihkan diri dan makan, saya dan suami pamit untuk istirahat.
Di daerah sini belum ada listrik, jadi kalau malam hanya menggunakan mesin domping.
Setelah masuk kamar saya langsung merebahkan diri, lalu 5 menit kemudian dibawah kolong ada suara kayak orang ngaduk-ngaduk peceren, karna memang dibawah rumah itu seperti rawa. Mendengar itu saya langsung tanya sama suami, "itu apa yah? " sahut suami "udah bunda diam aja". Selang gak berapa lama ada yang ngetok-ngetok jendela, kami pun langsung saling pandang, gimana gak heran karena disebelah rumah itu kan rawa yang dalamnya sampai lutut orang dewasa, lagian jendelanya juga tinggi, siapa yang bisa nyampe buat ngetok jendela.
Jarak antar rumah ke tetangga pun sekitar 20 meter lebih. Makin lama suara ketokan pun makin keras, ngelihat saya yang ketakutan suami pun berteriak "kami disini memang pendatang, tapi kami gag ada niat jahat, jadi jangan ganggu kami!!" lalu suara ketokan itu pun hilang, namun berganti suara perempuan menyanyi dengan suara yg sangat melengking dan memilukan hati.
Saya gak ngerti dia nyanyi menggunakan bahasa apa tapi mungkin bahasa dayak. Suara nyanyian itu pun makin lama makin tinggi terus meninggi dan tiba-tiba hilang. Saya pun gemetaran sampai pucat dan keringat dingin. Lalu suami mengajak saya untuk pindah kerumah sebelah.
Setelah suami membangunkan mamak dayak, dia kaget melihat saya sudah pucat ketakutan dan gemetaran.
____________
Lalu mamak tanya "loh kenapa ini, ada apa?" suami pun menceritakan apa yg terjadi tadi. Setelah mendengar cerita mamak hanya tersenyum sambil berkata "kamu lagi hamil kali, makanya didatangi". Saya pun mengelak karena setau saya, saya memang lagi gak hamil.
Mamak pun menyuruh kami pindah kamar di lantai 2. setelah tidur dikamar itu perasaan saya agak tenang karna di lantai 2 itu ramai. Ada 3 kamar yang ditempati anaknya mamak dayak dan keponakannya. Tepat jam 12 malam mesin domping dimatikan.
Kami tidur dalam keadaan gelap. Saya pun tertidur lelap dan gak merasakan apapun. Namun jam 6 pagi saya bangun karna perut saya sangat sakit. Saya pikir mungkin ini panggilan alam. Namun setelah di wc saya melihat darah mengucur di kaki saya. Saya pun teriak memanggil suami, lalu suami dan mamak dayak langsung membawa saya ke puskesmas dekat rumah.
Dan dokter pun membenarkan bahwa saya memang sedang hamil 2 Bulan. Setelah tahu bahwa saya sedang hamil, suami pun menjaga saya dengan ekstra karena saya sangat drop selama hamil.
Kehamilan saya pun memasuki usia 3 Bulan, waktu itu dirumah gak ada air sama sekali buat mandi atau cucian. Lalu mamak dayak menyarankan agar kami cucian dan mandi tempat nenek di ladang. Karna disana ada Sumber mata air yang gak pernah kering.
Tempat nya itu lumayan jauh, sekitar 1 jam lebih. Kalau gak salah nama tempatnya itu trans. Kami pun berangkat ditemani oleh anaknya mamak dayak dan istrinya, ada juga 3 keponakannya mamak dayak yang ikut. Kami pun berjalan melewati jalan yang banyak Batu-batunya.
Disitu suami saya menggumpat "kalo tau kayak gini baik gak usah pergi aja. Udah jauh, jalannya jelek pula". Suami takut saya keguguran kalo melewati jalan berbatu karna kandungan saya lemah. Karna suami menggumpat seperti itu saya pun diam aja, karna saya yang salah, saya yang maksa buat pergi.
Maklum, namanya di kampung orang jadi saya pengen jalan-jalan, Setelah 1 jam melewati jalan berbatu, kami pun tiba di ladang nenek. Disana itu cuma ada pondoknya nenek, selebihnya yaa hutan. listrik pun gaada sama sekali, jadi mereka nenek hanya menggunakan lampu pelita. Setelah tiba saya pun langsung mandi dan cucian. Setelah selesai kami juga di jamu makanan sama nenek.
Karna keasyikan bercerita, gak terasa udah jam 5 sore. Kami pun pamit pulang sama nenek. Sebelum menyalakan motor, suami berkata sama keponakannya mamak dayak "ada jalan lain kah selain lewat jalan tadi, aku gamau lewat sana lagi kasihan istriku nanti keguguran kalau lewat jalan tadi.
Lalu keponakan mamak dayak pun menjawab "ada jalan lain yang lebih dekat, gak sampe setengah jam udah nyampe di jalan Raya. Tapi jalan pintasnya itu di tengah hutan belantara.
Suami pun menyahut "iya gapapa yang penting cepat nyampe, udah sore juga soalnya. Udah mulai gelap. Kami pun bergegas jalan, karna kami ada 3 motor jadi yang paling depan ini keponakannya mamak dayak, mereka bonceng 3, dibelakangnya ada anaknya mamak dayak dengan anak istrinya dan saya sama suami pun paling belakang.
Namun, ini kesalahan besar karna kami memilih jalan pintas.
Awalnya saya dan suami gak merasakan ada yang aneh. Namun semakin lama kami semakin masuk ke dalam tengah hutan belantara yang sepertinya gak pernah dimasukin orang. Hutannya sangat lebat, jangankan orang yang masuk hutan itu, cahaya matahari aja gak bisa masuk saking lebatnya itu hutan.
Jalanan pun sangat becek. setelah melewati jembatan kecil yang sudah rapuh, saya pun turun dari motor karna jalannya menanjak dan sangat licin. Suami pun berpesan sama saya "bun, jangan nengok ke belakang, jangan nengok kiri kanan. Pokoknya pandangan lurus aja ke depan. Saya nurut saja karna kalo suami sudah pesani saya begitu berarti ada apa-apanya ini.
Soalnya suami saya bisa melihat makhluk halus. Saya pun berjalan terus menanjak mengikuti yang lain sudah jauh didepan. Setelah sangat jauh saya kok gak ada dengar suara motor suami.
Lalu anaknya mamak dayak pun teriak panggil suami saya. Tapi suami saya gaada jawabannya. Akhirnya disusul lah sama anaknya mamamak dayak ini.
______________
Betapa kagetnya begitu melihat suami saya yang berusaha mendorong sambil ngegas motor tapi motornya gak bergerak sama sekali. Aneh, padahal motor anaknya mamak dayak dan keponakannya bisa aja melewati jalan tadi. Anaknya mamak dayak pun membantu untuk mendorong motor. Sambil mendorong motor, suami saya pun bertanya "kamu gak dengar kah dari tadi aku teriak-teriak panggil kamu". Lalu anaknya mamak dayak menjawab "aku juga tadi manggil kamu karna aku gak ada dengar suara motormu.
Setelah suami sampai ditempat saya menunggu, suami pun menghampiri saya, memeluk, mengusap kepala sampai ujung kaki saya. Saya gak tau dia sedang apa soalnya mulutnya komat-kamit sambil mata terpejam. Hari pun semakin gelap, kami melanjutkan perjalanan didalam hutan tersebut. Saya yang gak pernah peka akan kehadiran makhluk halus, tiba-tiba saya merasa di sekeliling saya itu seperti banyak orang yang penuh sesak dan melihati kami. saya pun hanya memejamkan mata karna ketakutan sambil meluk suami.
Saya merasakan jalan yang kami lewati ini semakin lama semakin sempit. Karna dikiri dan kanan kaki saya terkena rerumputan. Dan fix nya lagi, didalam hutan itu sudah gelap gulita seperti malam. Saya hanya membaca doa dalam hati. Jangan sampai kami tersesat dan gak bisa keluar dari hutan ini.
Namun dari kejauhan saya mendengar suara kendaraan berlalu lalang. Saya pun merasa lega, yang bikin saya gak habis pikir setelah melewati jembatan bambu yang sudah reot tiba-tiba langit menjadi terang. Dan gak lama kemudian kami pun tiba di jalan raya.
Sepanjang jalan Raya saya melihat dari spion wajah suami saya kok lain, tatapannya kosong, badannya dingin dan gak ada negur saya sama sekali. saya pikir mungkin dia marah sama saya. Namun, pas sampai dirumah suami saya langsung masuk kamar dan duduk di pojokan kamar sambil menggeram.
Saya pun mendekat dan bertanya kenapa dan ada apa. Dan betapa kagetnya saya ketika dia menoleh bola matanya itu putih semua, gak ada bola matanya yang hitam. saya pun terus mendekat namun suami saya berjalan jongkok mundur menjauhi saya.
Semakin saya mendekat dia semakin menggeram. Gak pake 123 lagi, saya pun langsung memeluk erat suami saya. Dan dia gak bisa memberontak, saya merasakan tubuhnya yang dingin tiba-tiba menjadi hangat. Geramannya pun menghilang, gak lama kemudian suami saya langsung muntah dan muntahannya itu berupa lumpur. Setelah menenangkan suami, saya pun bertanya apa yang terjadi. Suami saya pun menjelaskan "bunda inget gak waktu ayah meluk terus usap bunda mulai kepala sampai ujung kaki itu ayah nitip khodam nya ayah buat jaga bunda sama adek.
Karena disekeliling hutan tadi banyak pejuang dayak jaman dahulu. Mereka gak suka karena kita masuk wilayahnya, soalnya hutan itu jarang di jamah sama manusia. Lalu ada piaraannya panglima dayak itu ngikut kita, dan alhasil masuk dalam tubuhnya ayah. Untungnya bunda ngambil tindakan cepat karna piaraannya panglima dayak itu takut sama khodamnya ayah yang ayah titip sama bunda. Setelah mendengar itu saya pun gak mau memikirkannya lagi yang penting saya, suami dan adek dalam perut gak kenapa kenapa.
Beberapa hari kemudian suami pun mendapat panggilan kerja di perusahaan sawit di muara siram. Suami pun mulai bekerja disana. Karna belum mendapat mess, suami kerjanya pulang pergi antara resak kampung dan muara siram.
Pernah suatu kali saat suami saya lagi kerja, saya iseng main-main di sungai bongan bersama keponakannya mamak dayak. Entah kenapa saya ingin sekali berenang di sungai itu. Padahal aslinya saya gak bisa berenang, saya tetap nekat berenang padahal arusnya deras juga. Mungkin karena ngidam atau bawaan hamil jadi kepengen berenang disitu.
Keponakan mamak dayak pun hanya bisa diam menatap saya. Setelah puas berenang, saya pun pulang. Sampai dirumah mamak dayak tanya saya darimana, saya menjawab habis berenang di sungai bongan. Betapa kagetnya mamak dayak dan langsung marah sama saya "awak tahu ndik disungai tu ada buaya-nya, berani beneh awak sembarang berenang disitu. Awak ndik takut ditelan kah?". ("Kamu gak taukah disitu ada buayanya, berani benar kamu sembarangan berenang di situ, kamu gak takutkah di makan nya?").
Saya hanya terdiam karena saya benar-benar gak tau kalau disitu memang ada buayanya...
_______________
Saya pun gak berani cerita sama suami soal saya berenang disungai bongan karena saya takut suami marah dan ngelarang saya keluar rumah. Setelah 2 Bulan kerja di perusahaan sawit, kami pun pindah ke mess. Kami mengangkati barang menggunakan sepeda motor melewati jalan yang berbatu. Yaa namanya juga jalanan menuju ke sawit pasti jalannya gak ada yang aspal. Setelah selesai merapikan mess, kami pun istirahat. Saya merasa nyaman tinggal di mess itu.. Saya lupa hari apa, yang jelas saya dan suami pergi ke pasar malam resak 3 untuk belanja keperluan dapur.
Setelah selesai belanja, kami pulang senja. Selama perjalanan pikiran saya memang kosong, saya hanya memandang kiri kanan hanya terbentang pohon sawit. Namun, tiba-tiba mata saya tertuju pada 2 bola api besar yang terbang melintasi pepohonan sawit dan mengikuti kami. Karena pengetahuan saya awam tentang yang begituan saya bertanya sama suami, "itu apa yah?". Suami hanya menjawab dengan datar "udah gak usah di hiraukan dan gak usah dilihatin bun, nanti dia ngikut sampai mess kita. Saya pun memalingkan pandangan ke sebelah kiri, setengah jam kemudian saya menoleh ke kanan bola api itu udah gak ada.
Namun ketika memasuki hutan sawit yang semakin lebat dan gak ada pondok sama sekali, dan haripun sudah malam. Disitu sangat tercium bau yang sangat menyengat dan menusuk hidung.
Kata suami sih gitu. Lalu gak lama kemudian ada aroma seperti orang menggoreng ayam. Pokoknya macam-macam sudah aroma yang ada disitu. Maka udah gelap dan yang ada cuma cahaya lampu motor. Untung-nya kami sampai rumah dengan selamat.
Memasuki usia kandungan ke 7, pagi itu saya dan suami sedang menjemur pakaian. Gak ada firasat apapun tiba-tiba lantai tempat kami jemuran itu runtuh, karna messnya memang berbentuk rumah panggung. Kami jatuh dari ketinggian sekitar 2 meter. Untungnya lagi saya dan kandungan saya gak kenapa-kenapa.
Namun, malamnya ketika saya tidur, antara sadar dan gak sadar saya melihat makhluk berbadan hitam besar dan berbulu, bertanduk tiga, bertaring, kukunya panjang bercakar, matanya merah menyala sedang berdiri di pojok kamar. Dan dia pun menunjuk perut saya dengan tatapan yang sangat marah.
Mungkin dia ingin mengambil bayi saya tapi gak bisa karna suami kalo tidur selalu memeluk perut saya. Saya pun memaksa tidur dan memejamkan mata. Tapi, keesokan paginya saya merasakan sakit yang luar biasa seperti mau melahirkan.
Suami langsung membawa saya ke Samarinda untuk menerima penanganan yang lebih lanjut. Sesampainya di Samarinda saya gak langsung dibawa ke rumah sakit, tapi dibawa kerumah mertua karna mertua saya orang pintar. Mertua saya hanya bilang ini gak papa, sebentar juga sembuh.
Mendengar itu, saya langsung naik emosi sama Suami saya "Bapakmu itu aneh, gak papa gimana.. aku udah kesakitan gini masih dibilang gak papa. Kamu mau aku sama anakku mati kah? Kenapa malah kamu bawa aku kesini gak nya langsung ke rumah sakit. Begitulah umpat saya sama suami, padahal saya gak pernah ngomong kasar sama suami.
Suami pun langsung bergegas membawa saya ke rumah sakit aisyiyah dan gak menghiraukan larangan mertua. Sampai dirumah sakit dokter pun mendiagnosa bahwa kandungan saya memang sangat turun dan kalo lambat ditangani bisa berujung fatal. Saya juga terkena sakit tipes. Seminggu disana, kesehatan saya berangsur pulih. Saya dibawa pulang ke rumah mertua. Saya tinggal sama mertua itu sampai saya melahirkan. Tapi suami tetap kerja di tanah hulu dan pulang ke Samarinda sebulan sekali.
Setelah melahirkan, saya meminta suami untuk membawa lagi saya sama anak ke tanah hulu. Karna dari awal nikah saya emang gak cocok sama mertua saya. Awalnya suami menolak dengan alasan kalo saya sama anak takut kenapa-kenapa karna disana itu masih banyak makhluk halusnya. Namun saya tetap membujuk akhirnya suami pun luluh juga. Ketika anak saya yang bernama Al berusia 40 hari barulah kami dibawa ke tanah hulu. Sepanjang perjalanan memang gak ada apa-apa, namun ketika melewati rumah lamin anak saya menangis menjerit-jerit.
_____________
Melihat anak saya yang menangis menjerit, saya jadi ingat ketika hamil saya pernah kerumah lamin karna ada acara. Saya lupa nama acaranya apa, yang jelas acaranya itu seekor kerbau diikat di patung ukiran dari kayu ulin.
Lalu beberapa orang menusuk kerbau itu dengan mandau sampai kerbau itu mati. Setelah mati kepala kerbau itu diletakkan di rumah lamin. Ketika saya hamil dan menuju rumah lamin, bayi yang ada dalam perut saya menendang dengan keras seperti nya saya gak dibolehkan kesana. Semakin saya mendekati rumah lamin tersebut, perut saya semakin sakit karna di tendangi sama bayi yang ada dalam perut saya.
Akhirnya saya pun mengurungkan niat saya ke rumah lamin. ahhh cukup sudah flashback nyaa.
Setelah melewati rumah lamin, anak saya langsung tidur dan tenang. Saya pun tiba di rumah mamak dayak, karena memang saya gak langsung ke mess, soalnya kasihan supir travelnya kalo dibawak masuk ke mess sawit. Takut dia gak bisa keluar karena jalannya berkelok-kelok. Saya aja kalo pergi sendirian kadang masih nyasar.
Oke lanjut, semalam tidur di rumah mamak dayak besok paginya saya sama suami langsung berangkat ke mess. Dan ternyata, suami sudah pindah mess.. mess yang sekarang ini lebih nyaman dan lebih besar. Saya melewati hari-hari di mess ini. Dan saya gak pernah merasa takut lagi. Gak kayak dulu, waktu hamil muda saya selalu minta ikut sama suami kalo dia kerja lembur sampai tengah malam di kantor.
Saya merasa aman dengan kehadiran Al, anak saya.. Bahkan, ketika saya ke hutan mencari sayuran saya selalu membawa Al yang masih bayi, karena dia seperti pelindung saya. Sampai suatu malam, saat suami kerja lembur, waktu itu Al baru berusia kurang lebih 3 Bulan. Saya sedang memasak di dapur, tiba-tiba saya kaget mendengar suara Al menggeram sambil tengkurap dan memukul-mukul lantai sambil matanya melotot gak berkedip mendongak ke atas.
Saya histeris, anak saya kenapa. Pas saya pegang badannya panas dan kaku. Anak umur 3 Bulan kok bisa tengkurap, lagian dia tadi sedang tidur di atas kasur. Kenapa bisa dia langsung ada di bawah depan pintu sambil menggeram seperti itu. Saya pun menyuruh tetangga sebelah untuk memanngil pulang suami yang sedang di kantor. Karena disana mau nelpon ga bisa, gak ada sinyal.
Setelah suami datang, saya sudah menangis melihat anak saya seperti itu. Ketika suami datang, dia langsung mengambil air lalu di bacain dan di usapkan ke wajah anak saya. Setelah itu, anak saya kembali ceria dan ketawa-ketawa. Saya masih syok melihat anak saya seperti tadi. Setelah suami menidurkan anak saya, dia pun menenangkan saya. Setelah mulai tenang, saya bertanya "adek tadi kenapa yah, kok kayak kesurupan gitu?" Suami cuma bilang "ohhh gak papa, tadi ada tamu gak di undang masuk ke sini, adek bisa merasakan jadi dia berusaha mengusir makhluk itu.
Karna, adek itu indigo juga turunan dari ayah. Mendengar itu, saya hanya bisa menghela nafas. Saya ini loh orangnya penakut, tapi kenapa saya memiliki anak dan suami yang dekat dengan makhluk halus, begitu lah umpat saya dalam hati. Sejak kejadian itu, saya menjadi parno lagi dan melarang suami untuk kerja lembur... Keesokan harinya, saya, suami dan Al ke pasar malam lagi untuk membeli beberapa barang kebutuhan. Setelah pulang dari pasar malam kami singgah makan bakso di simpangan. Yang bejualan bakso orang banjar, dia pun menegur kami "ikam ndik takut kah bawa anak lewat hutan sawit malam-malam kek ini, bahaya tau lah jalanan menuju sawit tu. Apalagi baunya anak bayi tu harum". (Kamu gak takutkah membawa anakmu melewati hutan sawit malam-malam seperti ini, sangat bahaya jalanan sawit itu, apalagi anak bayi itu harum)..
Kami hanya menjawab, yaa mau gimana lagi, karena kalo nunggu pasar malam di sawit itu masih lama sedangkan perlengkapan dapur kami habis. Setelah selesai makan, kami pun pamit untuk pulang. Sebelum pulang, penjual bakso itu memberi saya sebuah pisang besar. Lalu beliau bilang, "kena ikam dihadang dijalan, lempar aja pisang ini". ("kalau kamu di hadang di jalan, lempar pisang ini").
Saya pun berterima Kasih sama penjual tersebut. Dan ternyata, apa yang dibilang oleh penjual bakso itu benar. Kami di hadang oleh segerombolan monyet-monyet di tengah jalan. Lalu suami menyuruh saya melempar pisang yang di kasih sama penjual tadi.. Sekejap kemudian monyet-monyet itu menepi dari tengah jalan, dan akhirnya kami pun bisa lewat. Setelah beberapa meter kami melewati monyet tersebut, entah kenapa saya ingin sekali menengok ke belakang. namun ketika saya menengok ke belakang, sungguh pemandangan yg sangat mengerikan...
____________
Saya melihat seekor monyet raksasa berdiri di tengah jalan, badannya besar dan tingginya itu setara sama pohon-pohon besar disitu. Matanya bulat besar melotot ke arah saya. Saya gak mungkin berkhayal, karena saya sangat jelas melihat monyet raksasa itu di bawah sinar terang Bulan. Saya pun langsung menutup mata dan kembali melihat ke depan. Begitu saya menoleh ke belakang lagi, monyet raksasa itu masih berdiri di tengah jalan, lalu kemudian saya melihat dia melangkah memasuki hutan.
Sesampainya saya dirumah, saya hanya diam dan pucat karena saya sawan. Suami pun langsung menawari saya dengan air. Lalu saya bercerita dengan apa yang saya lihat. Namun, suami merasa heran karena dia gak melihat apa-apa. Dan biasanya, kalo saya melihat hal yang aneh, suami selalu melihatnya duluan.
Keesokan harinya, saya bertanya sama tetangga sekitar tentang apa yang saya lihat. Dan mereka pun membenarkan bahwa memang ada Raja monyet di daerah yang kami lewatin tersebut. Setelah begosip-an sama tetangga, suami ngajak saya kerumah mamak dayak, karena suami hari sabtu dan minggu libur. Kami pun berangkat sore hari. Sesampainya disana, belum kami duduk 5 menit datang lah adeknya mamak dayak ini.
Mereka datang 3 orang. Setelah mereka ikut berbincang dengan kami, tiba-tiba om itu ngajak suami saya untuk mencari durian di tengah hutan. Mendengar itu, mamak dayak ngelarang suami karena kami kan pendatang. Lagian disana itu angker, ada kuntilanak hitam, yang suka makan (mohon maaf ya) kelamin laki-laki. Saya pun dengan tegas melarang suami untuk ikut.
Namun, 3 orang adek mamak dayak ini gak menghiraukan perkataan mamak dayak. Berangkatlah mereka pas senja dengan menempuh perjalanan jauh. Namun, tepat jam 12 malam mereka tiba dirumah dengan tergesa-gesa dan wajah yang pucat pasi. Setelah tenang, mereka pun mulai bercerita apa yang terjadi. Awalnya begini, mereka bertiga ni dudukan di pondok sambil berceritaan, lalu mereka memutar musik di hp dengan sangat nyaring.
Gak lama kemudian dari arah rerumpunan bambu ada suara perempuan menangis, lalu lama-lama berubah menjadi tawa yang mengerikan. Mereka kira mereka sedang di kerjain sama seseorang, salah satu dari mereka menantang dengan berteriak "woyyy, siapa kamu. Gak usah nakutin. Kamu loh cewek sendirian, sedangkan kami laki-laki bertiga. Apa kamu gak takut sama kami. Setelah itu suara tawa wanita itu hilang, dan suasana hening seketika. Bahkan, suara hewan malam pun gak berbunyi sama sekali, yang ada hanya angin semilir.
Mereka pun saling pandang. Setelah mereka rasa wanita itu sudah pergi, mereka mencarinya di rerumpunan bambu. Setelah dicari kesana kemari tapi gak menemukan. Mereka memutuskan untuk kembali ke pondok. Namun, betapa kagetnya mereka ketika melihat wanita yang berpakaian hitam dengan rambut panjang terurai sedang duduk bergelantungan di atas pondok sambil tertawa cekikikan menatap mereka.
Mereka pun langsung lari terbirit-birit, hantu itu pun mengejar mereka dengan terbang di atasnya. Mereka terus lari dan berlari mengitari hutan. Mereka gak merasa takut dengan hewan buas, yang mereka takuti sedang dikejar-kejar kuntilanak hitam. di tengah pelarian mereka, salah seorang om menemukan tombak bambu. Lalu tombak itu dilemparkan ke hantu itu. Setelah itu, mereka terus berlari hingga sampai rumah. Untungnya hantu itu gak ngikut sampe rumah. Mamak dayak pun ketawa, "kapok, sudah dibilangi gak usah pergi masih aja pergi. Hantunya itu jahat, susah penangkalnya. Sudah suka makan kelamin lelakian, suka makan bayi juga. Karena dulu pernah ada bayi nangis tengah malam di ayunan, tapi orang tuanya lambat bangun buat mengangkat anaknya.
Itu hantu yang angkat anaknya dari ayunan. Dan pas subuhnya, ada tetangga yang lewat depan rumah melihat ada anak bayi sudah kaku terbaring depan rumah. Mendengar cerita mamak dayak saya pun gak berani ngayun anak saya lagi.. Belum sampai situ, mamak dayak juga melanjutkan ceritanya bahwa kalo malam kadang ada peti mayat yang terbang...
_______________
Saya lupa apa nama peti dayak itu, yang jelas peti itu selalu terbang di malam hari. Dan konon katanya, peti itu akan mengejar seseorang yang ditemuinya. Lalu peti itu akan menimpa orang sampai orang tersebut mati. Karena sudah pernah kejadian didaerah situ ada yang mengalaminya. Tapi kalo sekarang udah jarang ada sih katanya peti mayat tersebut. Keesokan paginya kami kembali ke mess, saya selalu memikirkan apa yang terjadi dan apa yang di ceritakan sama mamak dayak.
Saya sempat depresi gara-gara memikirkannya terus. Karena saya takut keluarga saya nanti kenapa-kenapa. Sampai suatu hari disaat suami kerja, saya merasa linglung, seperti ada yang mengajak saya pergi. Saya pun pergi meninggalkan mess begitu saja sambil menggendong Al yang berusia 5 Bulan. Saya terus berjalan melewati rimbunnya hutan sawit bersama Al, Karena saya berjalan di tengah hutan sawit, disitu gak ada sama sekali para pekerja sawit. Saya gak tau berapa lama dan berapa jauh saya berjalan di hutan sawit, saya sampai gak sadar kaki saya sudah berdarah-darah dan Al terus menangis tapi gak saya hiraukan.
Entah karena kaki saya terkena rumput liar atau karna apa. Namun, ketika tangisan Al mulai kencang, saya langsung tersadar. "Loh, ini dimana, ngapain saya sama Al dihutan?". Saya pun langsung duduk dibawah pohon sawit yang sangat besar dan rindang untuk menenangkan Al sambil menyusuinya.
Saya melihat di sekeliling, gak ada sama sekali tanda-tanda ada pekerja sawit. Setelah Al tidur, saya pun terus berjalan mencari jalan pulang. mungkin ada sekitar 1 jam saya berjalan, saya menemukan sebuah pondok yang sudah tua dan reot seperti lama gak ditempati. Saya memutuskan untuk beristirahat disana. Begitu saya masuk, perlengkapan didalam pondok tersebut masih lengkap, mulai peralatan dapur sampai kamarnya.
Saya pun langsung keluar karena takut kalo tiba-tiba pemilik pondok datang. Lama saya menunggu pemilik pondok juga gak datang, saya pun berjalan lagi. Baru sebentar saya datang, tiba-tiba ada mobil ambulans berhenti tepat didepan saya. Saya pun heran, dari mana datangnya ambulans ini, Karna saya gak ada dengar suara mobilnya, bahkan jalan yang saya lewati ini gak ada bekas ban mobil atau motor. Jalannya itu jalan setapak yang sempit. Dan saya perhatikan ambulans ini sangat bobrok gak terawat. Gak mau berpikir aneh-aneh Karena saya udah sangat capek, haus dan lapar Saya langsung mendatangi ambulans tersebut sambil berkata "maaf mas, saya boleh numpang kah?" Namun mereka hanya mengangguk.
Mereka ada 2 orang, yang bawa mobil seorang laki-laki dan disebelahnya duduk seorang wanita paruh baya pake baju kebaya. Saya langsung masuk dan duduk di belakang. Begitu pintu tertutup, saya pun kaget bukan kepalang Karena disebelah saya ada peti mayat. Saya berusaha membuka pintu mobil tapi gak bisa dibuka. Lalu saya menggedor-gedor sang supir tapi mereka hanya diam dan terus berjalan.
Ambulans ini terus berjalan semakin masuk kedalam hutan, jalannya pun sangat laju. Saya hanya bisa menangis menutup mata sambil memeluk AL, terus masuk kedalam hutan ambulans ini pun melewati sebuah kuburan tua yang sudah gak dipakai lagi. Saya sampai hampir pingsan, ini saya mau dibawa kemana.
Tapi saya harus tetap kuat demi anak saya. Mungkin sekitar 15 menit ambulans itu berjalan, tiba-tiba dia menghentikan mobil di sebuah jalan Raya yang saya gak tau itu dimana. (Bagi saya 15 menit itu berasa 5 jam kalo dalam situasi seperti itu.
Setelah berhenti, pintu mobilnya langsung terbuka sendiri. Saya pun gak pake aba-aba lagi, saya langsung turun dan lari sambil memeluk al. Namun, begitu saya nengok ke belakang ambulans itu udah gak ada. Saya berpikir dalam hati, mungkin niat mereka baik menolong saya untuk keluar dari hutan sawit, tapi gak gitu juga kellesss caranya, saya gak tau mereka itu manusia atau bukan. Dan, satu lagi masalah yang saya hadapi. Saya berjalan di jalan Raya yang saya gak tau dimana, gak ada rumah atau pondok penduduk. Bahkan kendaraan pun gak ada lewat, padahal kalo dilihat dari cuacanya mungkin sekitar jam 1 siang. Duh, gak kebayang gimana lelah dan hausnya berjalan di tengah panas jalan Raya sambil menggendong Al.
______________
Saya terus berjalan berharap ada seseorang yang saya temui. Namun, saya merasa pusing saya pun terduduk di tepi jalan Raya. Tiba-tiba saya di datangi seorang kakek tua yang bawa tongkat. Dia tanya saya dari mana dan mau kemana. Saya belum bisa bercerita Karena sangat kehausan. Lalu kakek itu membopong saya agak sedikit masuk ke dalam hutan. Dan betapa kagetnya saya ketika dibawa ke rumah kakek tersebut. Rumahnya besar dan megah. Saya pun berpikir ahh mungkin saya mengkhayal karena saya kecapean. Saya di dudukkan disebuah kursi kayu ulin berukir khas dayak. Lalu kakek itu memberikan saya segelas air yang menurut saya itu air terenak yang pernah saya rasakan. Setelah minum air itu badan saya terasa segar padahal saya hanya minum beberapa teguk aja. Saya memperhatikan sekitar rumah, dan ternyata saya memang gak berkhayal. Rumah itu nyata saya lihat.
Anak saya pun berasa nyaman berada dirumah itu. Lalu saya bercerita apa yang saya alami. kakek itu hanya tersenyum seraya berkata "nak, kamu itu polos, kamu gak kayak suami sama anakmu yang memiliki kelebihan. Makanya kamu gampang diganggu sama makhluk lain. Setelah cukup beristirahat, saya pun pamit pulang. Sebelum pulang, kakek itu memberi saya sebuah Batu putih yang sangat halus sebesar telur ayam.
Dia suruh saya menjaga dengan baik Batu itu. Lalu kakek mengantar saya keluar dari rumahnya, saya pun mendadak kaget, karena sekitar 10 meter dari rumah kakek ternyata sudah banyak rumah penduduk. Dan saya pun tahu bahwa itu sudah didaerah resak kampung. Kakek itu pun meminta maaf karena cuma bisa mengantar sampai situ, gak bisa ngantar sampai rumah. Saya pun sangat berterima Kasih. Saya berjalan meninggalkan kakek itu, namun ketika saya nengok ke belakang rumah dan kakek itu sudah gak ada.
Ahh saya gak mau mikir apa-apa lagi yang penting saya bisa pulang. Saya menuju rumah mamak dayak dan ternyata disana sudah ada suami saya. Dia berkata bahwa saya sudah pergi selama 3 hari, padahal perasaan saya hanya seharian aja saya pergi. Kami pun kembali ke mess. setelah tiba di mess, ternyata sudah banyak orang yang menunggu. Bahkan beberapa diantara mereka mendatangi saya dan bercerita katanya mereka melihat saya melewati hutan sawit.
Mereka memanggil saya tapi saya gak menghiraukan. Suami pun berkata "sudah, istri saya jangan diajak cerita dulu biar gak depresi lagi. Malamnya pun saya menceritakan sama suami apa yang saya alami. Setelah selesai cerita, suami langsung meminta Batu putih itu. Namanya saya gak ngerti itu Batu apa ya saya langsung Kasih aja ke suami. Namun, semua mendadak berubah. Setelah memegang Batu itu suami saya jadi pemarahan dan kasar. Bahkan gak segan untuk memukul saya. Melihat suami yang sudah kalap mata seperti itu, saya udah gak tahan lagi. Saya pun memutuskan untuk pergi ke rumah mamak dayak. Lalu mamak dayak ngasih saya uang untuk ongkos pulang ke Samarinda. Sesampainya di Samarinda, saya langsung diobatin lagi sama nenek saya. Sekitar 2 Bulan saya di Samarinda, suami pun gak ada nyusul saya sama sekali. Disitu saya berpikir, mungkin suami saya ini sudah gak respect dengan saya dan Al. Dan ternyata memang benar, suami saya memiliki Wil. Disitu saya memutuskan untuk pisah sama suami. Namun, saya gak menyesal karena saya sudah diberi seorang anak yang bisa melindungi saya di alam nyata maupun alam mimpi. Karena, saya sering di teror lewat mimpi bahkan hampir membunuh saya. Saya mencoba bangun dari mimpi tapi gak bisa. Akhirnya saya bisa terbangun karna mendengar teriakan anak saya "BUNDAAAAA!!!.
Disitu saya sadar, meski udah gak sama suami, tapi saya masih memiliki anak.. 😊 yang saya harapkan bisa melindungi saya sampai dia dewasa nanti... Begitulah pengalaman hidup saya, mohon maaf kalo terlalu panjang dan banyak sesi curhatnya. Sekian dan terima Kasih
~S E K I A N~
Note:
Dari kisah hidup yang dituturkan Elisa Ariyani, saya bisa memberikan sebuah makna bahwa sebagai sorang istri janganlah kurang menghargai suami, dan jangan hanya mementingkan ego, lantaran keinginan yang tidak di dasari dengan mempertimbangkan kebaikan dan keselamatan dirinya..