Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAGIAN TUBUHKU GUNUNG JAWA (Part 1)


JEJAKMISTERI - Jawa tengah tempat yang indah menurutku dan disini pun tempatku dilahirkan. Aku tinggal dijakarta bersama istri dan kedua anak ku

Terbesit dalam pikiranku ingin rasanya pulang kekampung untuk menengok orang tua ku. Ahkirnya aku putuskan bulan depan untuk pulang ketempat kelahiranku dijawa tengah

Memang ini yang dinamakan takdir, aku ditugaskan oleh perusahaan tempatku bekerja untuk berkunjung kesana. Aku pun pamit kepada istri dan anak-anak karena ada tugas dari kantor selama dua minggu

Semua perlengkapan sudah ku siapkan dan aku pun berangkat pagi itu menuju jawa tengah. Selama perjalanan aku teringat kawan-kawan kecilku dan kenangan bersama mereka saat melakukan pendakian digunung itu

"Aaahh.. Mengapa aku jadi teringat pendakian itu" gumamku dalam hati. Hari telah berganti aku pun sampai dijawa tengah, bergegas aku menuju kerumah orang tuaku

Dari kejauhan aku melihat mereka tengah bersantai diteras rumah dan sedang menikmati teh hangat pagi itu
"Pak.. Bu.. Aku pulang" aku teriak dari kejauhan dan sambil berlari menghampiri mereka

Rasa kangen yang teramat sangat ku rasakan pagi itu
"Apa kabarmu le" tanya ibu ku
"Aku baik bu"
"Anak istrimu kenapa enggak kamu bawa?"
"Aku ada tugas dari kantor bu, bulan depan aku baru berniat membawa mereka kesini" jawabku mempertegas pertanyaan ibu ku

"Sana masuk sarapan, lalu istirahat, kamu pasti lelah" suara laki-laki tua yang sedang duduk sambil mengangkat gelas kopinya. Beliau adalah bapak ku
"Iya pak, aku masuk dulu".

Aku pun menuju kamar ku, tidak banyak berubah dengan rumah ini, hanya sedikit lebih rapih dari sebelumnya

Sampailah aku didalam kamar dan pertama kali yang aku lihat adalah tas ranselku. Kembali aku teringat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu.

Dimana aku dan kelima temanku melakukan pendakian digunung jawa tengah. Waktu itu aku masih kuliah semester satu disalah satu universitas terkenal dijogya

Aku mempunyai teman satu geng berjumlah enam orang. Aku, Putra, Jaya, Andi, Lana dan Lani. Ooh iya perkenalkan namaku bara.

Kita mempunyai hobi yang sama yaitu mendaki dan kita berenam berniat mendaki digunung jawa tengah. Setelah persiapan selesai kita bersiap berangkat menuju gunung tersebut

Kita semua berkumpul dirumah putra, karena putra hanya tinggal bersama kakanya, jadi rumah putra kita jadiin basecamp tempat kita berkumpul

Satu persatu anak-anak mulai datang. Aku berbicara dengan Andi
"Ndi lu bawain pesenan gue kan?"
"Tenang barr udah rapih semua, tinggal kita nikmatin aja nih diatas" andi menunjukkan tiga botol minuman untuk kita nikmati disana

Tak lama, Jaya, Lana dan Lani pun datang dan kita packing ulang peralatan juga logistik. Lagi asik-asiknya kita packing Lana dan Lani ngomong
"Barr gue lagi haid nih, gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa sih, kalian bawa pembalutkan?"
"Bawa ko barr" jawab Lana

lana dan Lani adalah anak kembar, wajah dan sifatnya nyaris tidak ada bedanya, yang membedakan hanya Lana anaknya lebih manis aja sih, apa karna aku suka ya.

"Yuukk.. Kita berangkat" ajak putra
"Hayuukk berangkat" serentak kita semua menjawab. Tak lupa kita pamit dengan kakanya putra dan langsung menuju basecamp gunung jawa

Sampailah kita dikaki gunung jawa, aku dan Jaya mengurus simaksi sementara anak-anak menunggu sambil bercanda-canda

Setelah selesai kita siap menuju puncak gunung jawa
"PUNCAAAAKKKKKKKK" teriak kami serempak kegirangan

Track disana lumayan menguras tenaga, udara semakin dingin didalam sana, sambil memandangi hutan yang lebat Andi membuyarkan kedinginan yang kita alami

"Woooy minum dulu nih, pada bengong-bengong aja lu" sambil meminum-minuman itu dan menyerahkan pada Jaya dan begitu seterusnya

Langit terlihat semakin gelap dan kita semua memutuskan untuk mendirikan tenda. Tak memakan waktu yang lama dua tenda kita berdiri.

Aku dan Putra segera membuatkan makanan untuk kami santap, hanya makanan sederhana namun kebersamaannya yang luar biasa

Setelah makanan matang kita menyantap sama-sama disambut dengan gelak tawa tentunya, karna kita sudah berada digunung ini, tinggal pagi nanti kita lanjutkan menuju puncak

Makan selesai, kita segera bersih-bersih peralatan, aku belum bisa tidur akhirnya aku duduk didepan tenda sambil menikmati kopi hangat

Aku liat Lana keluar dari tenda akhirnya kita ngobrol berdua, gue emang suka sama Lana karna dia manis dan baik hati

"Gimana Lan akhirnya bisa sampai sini?"
"Seneng banget barr, eeh besok kita kepuncak kan..?"
"Iya Lan besok pagi-pagi kita berangkat kepuncak"

"Yaudah gue tidur duluan ya barr, makasih loh udah mau temenin"
"Iya Lan istirahat ya, nanti pagi gue bangunin"

Lana pun masuk kedalam tenda dan aku masih asik berada diluar sambil menghisap roko, langit yang cerah membuatku betah memandang indahnya bintang-bintang yang terasa amat dekat denganku

Tanpa sadar akhirnya aku tertidur pulas diluar tenda, sampai akhirnya
"Barra bangun, ayo kita kepuncak", Lana membangunkan ku dari tidur
"Oohh.. Iya ayo kita kepuncak" jawabku dengan semangat

Akhirnya kita berenam berangkat menuju puncak gunung jawa. Jalan kita susuri perlahan dan setelah dua jam berjalan akhirnya kita sampai dipuncak jawa tengah

Kita memandangi matahari yang mulai timbul dari balik lautan awan disekeliling gunung itu, sepanjang mata memandang hanya ada lautan awan putih dengan pantulan cahaya matahari

Sungguh indah kebesaranmu ya tuhan, terimakasih kau telah ciptakan keindahan ini untuk kami, aku memandang takjub sambil ku bersandar pada Lana

"Barr bongkar lagi ya?", Andi berbicara sambil mengeluarkan minuman dari dalam tasnya
"Hajar ndi, kita abisin aja disini", jawabku

Lagi asik-asiknya kita minum langit yang cerah berubah menjadi gelap dan hujan pun turun, aneh fikirku, harusnya kita sudah tidak akan terkena hujan, karna awan berada dibawah kita

Akhirnya kita putuskan untuk turun dari puncak gunung jawa. Aku memimpin turun kebawah dan kita bertemu persimpangan

"Barr kita kemana nih?" tanya putra
"Gak tau nih put ko gue bingung ya, tadi udah dikasih tanda belum sih?"
"Udah ko, gue yang kasih tanda berdua andi" jawab Jaya
"Iya barr udah gue iket tali warna merah ko tadi", Andi menimpali pertanyaan ku

"Yaudah gini deh, putra sama lu ndi cari tanda kesebelah kanan, gue kesebelah kiri"
"Gue kemana?" tanya Jaya
"Lu tunggu disini, temenin Lana sama Lani"
"Ok deh barr, hati-hati lu ya bertiga" pesan Jaya pada kami

Kita pun berpencar untuk mencari tanda tali tersebut, namun gak ketemu tanda apa-apa. Aku putuskan untuk kembali ketempat semula

"Gimna barr, ketemu gak?" tanya Jaya
Putra dan Andi pun datang
"Gak ada tanda tali barr" sambut Putra
"Terus kita gimana nih" tanya Lana dan Lani
"Sabar dulu ya, kita pasti keluar ko dari sini" jawab ku menenangkan kepanikan mereka berdua

"Terus gimana nih barr?, gue liat sih jalur kanan lebih mudah tuh jalannya" tanya Putra
"Kita diem dulu put disini, kita hilang arah nih soalnya" jawab ku pada putra

"Tapi kita gak bisa diem disini aja barr"
"Lu kenapa si put, jelas-jelas kita tersesat, kalau orang tersesat tuh harusnya diem, bukannya bergerak kemana-mana" timpal ku pada Putra

"Lu tau sendiri stock makanan kita juga udah gak ada, gue gak mau mati kelaparan barr" jawab putra. Aku hanya diam tanpa berkomentar

"Gini aja deh, gue mau lanjut turun siapa yang mau ikut?" tanya putra
"Gue ikut lu deh put" jawab Andi
"Terus yang lain gimana, mau ikut gue atau tetep disini mati kelaparan!!!", Putra berbicara dengan nada tinggi

Jaya, Lana dan Lani akhirnya memilih ikut putra.
"Lu sendiri gimna barr?, gua mau jalan nih" tanya Putra
"Yaudah lu jalan didepan, gue paling belakang"

Akhirnya kita berenam berjalan menyusuri hutan yang lebat. Hujan pun tak berhenti membasahi perjalanan kami.

Suara gemuruh terdengar kencang dilangit-langit, kilat dan petir pun bersautan silih berganti, suasana semakin mencekam kala itu

Langit pun menjadi semakin gelap dan kita belum berhasil juga sampai ditempat camp. Terbesit dibenakku putus asa namun aku harus tetap bertahan untuk hidup dihutan ini

Satu hari sudah kami berjalan namun tak juga sampai kebawah, kita seakan dibawa berputar ditempat yang sama.

Hujan mulai reda dan kami merapat untuk menghangatkan tubuh dan tanpa tersadar kami pun tertidur.

Dalam tidur ku merasa ada yang bergerak, kemudian aku membuka mata ku, aku melihat sesosok mahkluk hitam besar tengah memeluk Lana, sontak itu membuat ku terkejut.

Kemudian Lani tiba-tiba saja berteriak histeris dan berbicara
"BAWA DIA.. HAHAHAHAHAHAA", Lani berteriak sambil tertawa dengan nada menakutkan dan seakan menggema ditengah hutan yang sepi dan menakutkan malam itu

*******

Tertawanya benar-benar membuat ku takut, aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Putra, Andi dan Jaya bangun dan hampir saja ingin kabur, namun ku tahan mereka

Lani mulai berdiri, aku pun spontan menarik kembali tubuhnya untuk duduk kembali, namun usahaku sia-sia. Tenaga Lani sangatlah kuat dan aku terpental jauh dibuatnya

"Woooy.. Jangan diem aja dong, bantuin gue", aku teriak meminta mereka untuk sama-sama membantu.

Akhirnya Lani berhasil kita kendalikan. Sekarang tinggal Lana yang sedari tadi dipeluk makhluk hitam besar dan bertaring. Aku pun coba berkomunikasi dengan makhluk tersebut.

"To.. Toloong.. Le.. Lepaskan kawan kami", aku berbicara dengan terbata-bata. Makhluk itu hanya diam dan tetap memeluk Lana yang tengah tertidur

"Jangan harap. Dia akan kami bawa" jeritan Lani tiba-tiba saja meledak bersaman hujan yang kembali turun membasahi hutan ini. Lani terus saja tertawa sambil bicara "bawa dia.. Bawa dia.."

Aku lihat makhluk tersebut berdiri dan menggendong Lana. Aku menangis melihat ini dan aku coba berdoa meminta pertolongan "ya Allah selamatkanlah nyawa teman kami, jangan biarkan makhluk itu membawa teman kami" dengan tubuh gemetar aku terus berdoa

Makhluk tersebut tetap saja memeluk Lana dan makhluk itu perlahan menghilang bersamaan dengan Lana dipelukkannya.

***

Aku terus saja menangis sambil menyebut nama Lana
"Lana.. Lana.. Jangan kau bawa dia, lepaskan Lana aku mohon lepaskan" air mataku terus saja mengalir deras. Begitu pula dengan ketiga temanku

Mereka menangis sambil terus memegangi Lani yang sedari tadi terus berontak dan teriak "bawa dia.. Bawa.."
Sekarang Lana benar-benar menghilang bersamaan dengan makhluk tersebut dan Lani pun tertawa kegirangan

Lani terus saja tertawa dan aku dekati Lani yang masih saja kerasukan
"Hayy Lani istiqfar, jangan mau kau dikuasai makhluk ini. Lani", aku terus berbicara pada Lani
"Hahahahahahahahaha.. Hahaa" Lani hanya tertawa lepas dan menakutkan

Tanpa aku sadari tiba-tiba saja tangan ku menampar wajah Lani.
"Plaaak..", Lani terdiam dan menunduk. Suasana pun menjadi hening, hanya ada suara hujan yang terus saja turun mengiringi kepergian Lana

Tubuh Lani kami sandarkan didekat pepohonan dan aku mencari wadah untuk menadah air hujan untuk kita minum, karna persedian air kami sudah tidak ada

"Barr terus kita gimana nih?" tanya Putra padaku
"Gak tau gue Put" aku bingung harus berkata apa, yang aku pikirkan bagaimana caranya bilang pada orang tua Lana.

Kita berempat semua terjaga dan diam tak bicara apa-apa. Sampai akhirnya kami semua tertidur.

***

Matahari terasa menyilaukan wajahku dan aku pun terbangun. Aku melihat teman-temanku masih tertidur dan yang aku bikin kaget ternyata Lana ada disamping Lani yang tengah tertidur.

Lalu apa yang terjadi semalam? Apa kah aku bermimpi.

Aku pun berdiri melihat sekitar, perutku keronconcongan karna lapar dan aku melihat ada wadah air yang aku buat untuk menadangi air hujan. Aku berfikir

"Kalau semalam hanya mimpi, lalu kenapa wadah ini ada disini", ini benar-benar membuatku bingung sekali.

Kemudian aku ambil air itu menggunakan daun dan meminumnya. Aku putuskan untuk membangunkan kelima temanku dan memberikannya air tersebut untuk mereka minum

"Bara aku lapar" seru Lani
"Sabar ya ni, habis ini kita turun ya, nanti gue buatin lu nasi goreng deh" jawabku sambil tersenyum menyemangati Lani dan juga yang lainnya

Setelah semua minum kita lanjutkan kembali perjalanan kami. Jalannya makin tak terarah langit yang cerah mendadak menjadi sangat gelap.

Suara gemuruh pun terdengar dari atas langit, kilatan petir pun terus bersinar dibalik awan hitam.

Kita berenam lanjutkan perjalanan turun, Putra memimpin paling depan, disusul Andi, Lana, Lani, Jaya dan aku paling belakang.

Kita terus mempercepat langkah kaki kita ditengah derasnya hujan dihutan itu. Mulai lah terdengar suara tertawa seorang wanita dari atas pepohonan dan kabut pun menutupi pandangan kami seketika

Aku lihat Lani tiba-tiba saja berhenti dijalan, Lani seperti mematung. Putra dan Lana yang berada didepan tetap berjalan terus kebawah. Sedangkan Andi yang berada tetap dibelakang Lani seperti orang ketakutan

Tiba-tiba saja Lani melompat dan berbalik menghadap kami bertiga sambil tertawa terbahak-bahak, sontak ini membuat ku kaget, Lani hilang kendali dan sepertinya Lani mengalami kerasukan seperti yang ku lihat didalam mimpi ku semalam

"KALIAN TIDAK AKAN PULANG, HAHAHAHAHAHAA.. HAHAHAHAA", Lani melotot dan terus tertawa tanpa henti. Andi yang jaraknya dekat dengan Lani sampai terjatuh duduk dan mulai panik

"Pergi.. Pergi, jangan dekati aku", teriak Andi pada makhluk yang ada ditubuh Lani. Lani terus saja tertawa tanpa henti. Ku lihat didepan sana sudah tak ada lagi Putra dan Lana, mereka hilang ditelan kabut yang menyelimuti hutan ini

Melihat tingkah Lani yang semakin tak terkendali, aku takut justru ia akan berbuat lebih dari ini, aku berlari dengan cepat dan menubruk Lani hingga terjatuh.

Ku tampar berulang kali kedua pipi Lani dan menyuruhnya untuk istiqfar, namun Lani malah melotot dan terus berontak
"Andi.. Jaya, bantu gue cepat" aku berteriak meminta pertolongan mereka, karna tenaga ku sudah hampir habis.

Andi dan Jaya langsung memegang kedua tangan Lani yang terus saja berontak. Sebisa mungkin ku panjatkan doa untuknya dan alhamdulilah Lani pun kembali tenang

"Lani kau tidak apa-apa?", tanya ku pada Lani
"Aku kenapa ?, mengapa aku terbaring disini?", tanya Lani keheranan.
"Apa kamu masih sanggup berjalan?" tanyaku
"Masih barr, aku masih sanggup. Dimana Lana?" tanya Lani
"Dia jalan didepan bersama Putra, ayo kita menyusul mereka" pintaku.

Kita berempat kembali berjalan, Andi memimpin kami didepan, sedangkan aku membantu Lani berjalan dan Jaya berada paling belakang.

Hujan tak henti-hentinya turun semakin deras, perut kami pun semakin lapar karna sama sekali belum terisi makanan dari kemarin.

Didepan sana aku melihat ada dua orang yang tengah duduk dipinggir jalur, namun tak sepenuhnya terlihat karna tertutup kabut

Kita terus berjalan menghampiri mereka dan ternyata Putra dan Lana yang tengah duduk menunggu kami.
"Kalian kemana aja sih?, ko baru sampai?" tanya putra
"Ada insiden sedikit Put, kita istirahat dulu ya kasihan Lani dia kelelahan" jawabku pada putra

Kita berenam pun duduk merapat untuk menghangatkan badan.
"Bara aku lapar" suara Lana dengan nada pelan dan tubuh gemetar
"Tahan sedikit lagi ya Lan, sebentar lagi kita pasti sampai bawah ko" jawabku kembali memberi angin segar untuk Lana

Kami benar-benar tersesat dihutan ini dan entah mengapa belum juga mencapai kaki gunung. Kita sudah berjalan sampai dua hari lamanya.

Aku berdiri dan berniat mencari tanaman yang bisa kami makan.
"Aku pergi sebentar ya, kalian tunggu disini"
"Mau kemana lu barr?, Tanya Jaya
"Gue mau cari tanaman yang bisa kita makan", jawab ku

"Gue ikut barr" pinta Putra
"Ayo put, yang lain tunggu sini ya, jangan kemana-mana" pintaku pada yang lain. Aku bergegas mencari tanaman yang bisa kami makan

Aku dan Putra terus saja berjalan menyusuri hutan tersebut dan tak memakan waktu lama, aku menemukan bunga cantigi

Langsung saja aku dan Putra memetik bunga tersebut dan kita kumpulkan. Bunga cantigi ini berwarna hijau kemerah-merahan dan bisa kita konsumsi tanpa harus mengolahnya

"Bagaimana rasanya barr?, Tanya Putra
"Jangan banyak tanya put, petika saja" jawabku. Setelah cukup banyak, kami kembali ketempat semula dan membagikan bunga ini untuk kita makan

Benar saja bunga ini pun kita santap dengan lahapnya dan habis tanpa tersisa.
"Kita jalan lagi ya?" pintaku. Kita semua berdiri dan kembali melanjutkan perjalanan turun dari hutan ini

Baru beberapa langkah kami berjalan petir menyambar pepohonan tepat disamping Putra. Pohon itu terbakar dan mati seketika karna hujan yang begitu deras.

Kulihat Putra terpental jauh kedepan dan berguling terus kebawah, aku pun berlari untuk menangkap Putra. Putra memegang telinganya menggunakan kedua tangannya dan sambil berteriak
"Tolong sakit.. Aaaahhh.. Sakit", terus saja Putra berteriak kesakitan.

Ku lihat darah mengalir dari kedua belah tangan Putra melalui sela-sela jari tangannya. "Put lu kenapa?" tanyaku dengan putra yang terus saja berteriak kesakitan

"Ayah.. Ibu.. Tolong sakiiiiiiittt" suara Putra benar-benar membuatku panik dan tak tau harus berbuat apa!!!

*******

Hujan menjadi makin deras, petir pun terus menyambar,
"Put lu kenapa?", teriakku, namun Putra terus saja mengelepar dan berguling-guling ditanah

Ku lihat matanya melotot dan terpejam, aku rasakan Putra sangat merasakan sakit yang luar biasa
"Bara, kenapa semua menjadi gelap?", tanya Putra
"Tenang put, lu pasti baik-baik aja"
"Gue gak bisa liat lu barr, gelap barr, gelap", Putra terus bicara seperti itu dengan wajah yang panik

Kemudian petir kembali menyambar dan membuat pohon yang berada dibelakang Jaya tumbang. Jaya pun tertimpah batang pohon tersebut dan ambruk seketika. Disambut dengan teriak kan Lani yang terkejut
"aaaaaaaaaaaaaaaa", Lani histeris

Lani jongkok ketakutan dan Lana hanya menangis meminta pulang
"Mah.. Aku ingin pulang, aku sudah tidak kuat mah", dengan berlinang air mata dan terus menyebut nama mamah

Andi langsung bergegas menolong Jaya dan mengangkat batang pohon yang menimpa tubuhnya. Jaya tak sadarkan diri dan sepertinya ia pingsan

Darah keluar dari kepala Jaya dan terus mengalir

Entah apa yang sedang menimpa kami hari itu, kejadian demi kejadian terus saja datang silih berganti.

"Kita harus cepat-cepat keluar dari tempat ini", pintaku, karna aku sudah mulai panik
"Ndi, apa lu bisa memapah Jaya?", tanyaku
"Bisa barr, ayo kita pulang", jawab Andi yang sedang berusaha menggendong Jaya dipunggungnya

"Put apa lu masih kuat berjalan?"
"Masih barr, tapi gue gak bisa melihat", jawab Putra
"Baik, lu gue bantu berjalan ya?"
"Terimakasih barr", putra pun berdiri

Kemudian aku memapah Putra berjalan, dengan langkah yang terseok-seok kami terus saja turun kebawah dan menembus lebatnya kabut yang menutupi jarak pandang kami.

Hujan mulai reda dan langit pun mulai menjadi gelap. Didepan sana aku melihat ada sebuah saung atau pendopo dan aku putuskan untuk beristirahat ditempat itu

Aku lihat seperti tempat persinggahan sementara, ada tempat untuk beristirahat dan cukup untuk kami berlima.

Ku baringkan Putra ditempat itu dan aku bantu Andi untuk meletakan Jaya disamping Putra.

Disana ada beberapa kayu kering, mungkin sengaja ditinggalkan pemiliknya disini. Langsung saja aku buat api kecil untuk menghangatkan tubuh kami

Ku lihat hujan masih saja turun, tapi tidak seperti sebelumnya. Kita berempat berkumpul didekat api unggun yang aku buat dan Lana bicara

"Barra aku ingin pulang", pinta Lana
"Sabar ya Lan, besok pagi kita pulang, kamu berdoa terus ya", jawabku kembali menenangkan Lana dan juga yang lainnya

"Sebaiknya kalian istirahat, biar gue yang menjaga api ini agar tetap menyala", pintaku

Akhirnya mereka segera membaringkan tubuh mereka masing-masing, sedangkan aku terus saja menjaga api ini agar tetap menyala

***

Malam yang dingin semakin menusuk hingga ketulang, untung lah api unggun ini bisa sedikit menghangatkan tubuh ku yang sudah mulai kelelahan

Aku memperhatikan kelima sahabatku, gara-gara aku membawa minuman kepuncak gunung ini lah mereka terkena imbasnya

Aku terus saja menyalahkan perbuatan bodohku ini
"Mengapa aku begitu ceroboh", penyesalan ini terus saja menghantui persaanku dimalam itu

***

Aku tetap duduk diperapian itu sambil terus menatap kelima sahabatku yang tengah tertidur dalam lelahnya.

"Barr.. Lu masih disitu?", tanya Putra mengejutkan lamunanku
"Put, lu baik-baik ajakan?"
"Gue masih gak bisa lihat barr, apa gue bakal buta ya?", putra bicara dan bangkit dari tidurnya dan duduk ditepian

"Jangan ngomong gitu aah, lu pasti baik-baik aja ko Put", jawabku meyakinkan Putra sambil menitihkan air mata.

"Apakah kita bisa keluar dari hutan ini barr?", tanya Putra
"Kita pasti bisa keluar Put, lu jangan khawatir ya", jawabku sambil terus memandangi Putra.

Obrolan kami terus berlanjut sampai akhirnya aku pun tertidur didekat perapian.

***

Kicau burung membangunkan ku pagi itu, ku lihat Lana tengah berada didekatku dengan menghadapkan tangannya diperapian.

"Kamu sudah bangun Lan?", tanya ku
"Sudah sedari tadi barr", jawab Lana

Ku lihat wajah Lana begitu pucat dan bergetar
"Kamu pucat sekali Lan, kamu lapar?", tanyaku pada Lana.

Lana hanya mengangguk menjawab pertanyaanku.

"Kamu tunggu disini ya, aku mau mencari makanan"
"Hati-hati barr", jawab Lana

Aku mulai berjalan menumbus kabut yang masih saja menyelimuti hutan itu, semakin dalam aku masuk kedalam hutan. Aneh, mengapa aku tak menemukan bunga cantigi seperti yang ku lihat kemarin

Kabut yang pekat membuat jarak pandangku menjadi berkurang. Alam sepertinya memang sedang tidak lagi bersahabat denganku. Hujan kembali turun dengan deras.

Langit mulai menjadi hitam dipagi itu, seakan aku berjalan dimalam hari. Tak ada senter atau pun cahaya yang menerangi langkahku.

Suara gemuruh mulai terdengar ditengah hutan yang sepi ini, ku langkahkan kaki ku terus masuk kedalam hutan yang gelap. Tiba-tiba aku terperosok kedalam jurang yang sangat dalam

"Aaaaaaaaaaaa.. Tiiiidaaaaakkkkkk", teriakkan ku menggema ditebing jurang

Sebisa mungkin aku meraih akar-akar pepohonan menggunakan kedua belah tanganku. Ku rasakan amat sakit pada jari-jari tanganku

Aku pun berhasil mengapai akar tersebut dan aku menggantung dibibir jurang. Tak kurasakan kaki ku menyentuh apapun, entah seberapa dalam jurang ini

Dengan sisa tenaga ku raih akar-akar tersebut dan terus memanjat kembali keatas. Sampai ku rasakan kaki ku menyentuh sebuah bongkahan batu besar kala itu

Aku berbaring disana, seketika aku terbayang wajah ibuku. Ingin rasanya memeluk beliau kembali
"Ya tuhan andai saja aku tak bisa selamat, tolong sampaikan padanya bahwa aku sangat menyanginya"

Aku pun menangis ditepian jurang dan terus saja terbayang wajah ibuku.

Tak lama dari sana, aku mendengar suara gemuruh dari atas jurang, entah suara apa itu. Kabut yang begitu pekat membuat aku tak bisa melihat apa-apa

Aku hanya merasakan getaran dari dalam tanah. Suara itu semakin lama semakin mendekat kearahku.

Terus saja aku menatap keatas sambil berbaring. Batu-batu krikil berhamburan menerpa wajahku, seketika ku lihat sebuah batu besar tepat berada didepan mataku

Tak sempat lagi aku mengelak, aku berteriak sekencang-kencangnya
"Aaaaaaaaaaaa.. Aaaaaaaaaaaaaa", aku tak merasakan apa-apa

Aku lihat batu besar itu tak mengenai wajahku, namun aku tak bisa mengerakan tanganku

Baru ku tersadar bahwa batu besar itu menghantam tangan kiriku.

Sekuat tenaga aku geser batu tersebut dengan tangan kananku, perlahan mulai bergerak dan aku mulai merasakan sakit pada bahu kiriku.

Terus ku gerakan batu itu dan batu tersebut bergerak dan jatuh kedalam jurang.

Seketika aku mulai mengeluarkan air mata dengan sendirinya, rasa sakit sangat terasa pada tanganku

Aku melihat tangan kiriku hancur akibat tertimpa batu besar itu

"Aaaaaa.. Eeerrrrggggggggaakkkk", aku terus saja menangis menahan sakit.

"Tanganku.. Aaaaaaakk.. Ibu tolong aku", aku berteriak meminta pertolongan pada ibuku.

*******

Aku coba bangkit dengan terus menahan rasa sakit pada lenganku. Darah terus saja mengalir bersamaan dengan derasnya hujan kala itu.

Sulit sekali buatku untuk bangkit. Namun aku harus tetap bertahan dan aku harus tetap hidup demi kawan-kawan ku

Ku lihat tulangku remuk akibat hantaman batu besar itu dan tanganku sudah terpisah dari tubuhku. Dengan sekuat tenaga aku pun mulai bangkit.

Ku ambil pisau belatiku dan ku sobek celana panjangku.

Setelah itu aku mulai memotong sisa-sisa tulang yang masih menempel dibagian tanganku. Aku tarik nafasku dalam-dalam dan mulai aku lakukan

"Kraaak.. Kraaakkk.. Kreeekkk", suara tulang yang kupotong hingga sampai membuat dadaku bergetar. Aku terus lakukan itu dan ini hal gila yang pernah aku lakukan

"Eeeeeeggggrrrrrrr.. Aaaaaaaaahhhh", aku menahan jeritan dengan kain celanaku yang ku sobek tadi dan ku sumpal kemulutku. Air mataku terus saja mengalir dikedua belah mataku.

"Ayah.. Ibu, ini sungguh sakit", itu saja yang aku rasakan dalam hati.

Setelah itu perlahan aku mulai membalut luka ditangan sebelah kiriku untuk menghambat darah yang terus saja mengalir deras.

Ku ikat dengan kuat dan sambil aku berteriak
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...", nafasku terengah-engah, detak jantungku menjadi cepat.

Aku masih terduduk lemah, sambil melihat tanganku yang tergeletak hancur tak terbentuk.

"Bara aku lapar", seketika aku teringat lana dan kelima temanku yang kelaparan, karna memang sudah tiga hari kami tidak makan apa pun.

Seketika aku mempunyai ide gila
"Akan ku bawa tanganku untuk dimakan oleh teman-temanku"

Aku potong jari-jari tanganku yang masih utuh agar tak terlihat oleh temanku. Aku potong lenganku menjadi enam bagian dan aku masukan kedalam kantong jaketku.

Tangan ku yang buntung, aku tutupi menggunakan jaket panjangku, agar tidak nampak terlihat kalau tanganku sudah tak utuh lagi.

Aku pun mencoba berdiri dan meraih akar-akar tersebut dan memanjatnya keatas, dengan satu tangan dan dibantu kedua kakiku

Dengan susah payah akhirnya aku pun berhasil sampai diatas. Aku tergeletak, kepalaku tiba-tiba saja pusing, mungkin ini akibat darah yang tadi banyak keluar dari lenganku

Aku memutuskan beristirahat sebentar. Entah berapa lama aku tertidur disini, aku bangun dan mulai berdiri kembali.

Lanjutlah aku berjalan menuju pendopo, dimana kelima temanku pasti sedang menungguku dengan cemas.

Setelah lama berjalan, aku pun sampai dipendopo tersebut. Aku lihat mereka sedang tertidur pulas, aku mengambil potongan tanganku dari dalam jaket

Potongan tersebut aku tusukan dikayu yang sudah aku tajamkan sebelumnya. Aku tambahkan kayu bakar tersebut dan mulai memanggang potongan tanganku

Aroma yang keluar membuat perutku semakin lapar, aku melirik teman-temanku. Mereka terbangun karna aroma daging panggang yang sedang ku bakar

"Kamu buat apa barr?", tanya Lana
"Tadi sewaktu aku mencari bunga cantigi, ada seokor musang menyerangku, dengan sangat terpaksa musang itu aku bunuh dan membawanya kemari", jawabku berbohong pada Lana

Aku pun melihat Jaya sudah siuman
"Lu baik-baik aja jay?", tanyaku
"Ko gue ada disini?", Jaya bertanya kembali
"Tadi lu sempet pingsan jay, mangkanya lu gue bawa kemari", jawabku atas pertanyaan itu

"Eehhh.. Udah matang nih, kita makan yu", ku bagikan potongan itu satu persatu. Mereka pun menyantab daging itu tanpa bicara lagi

Aku pun ikut menyantab daging tersebut tanpa terfikir yang ku makan adalah potongan tanganku sendiri.

"Ternyata daging musang seperti ini ya?", ungkap Jaya
"Iya yaa.. Dagingnya pekat dan tebal", timpal Andi, sambil terus menyantab potongan tersebut
"Udah makan aja abisin, habis ini kita lanjut turun ya", pintaku pada semua teman-temanku

***

Setelah semua makanan habis, kita pun bergegas kembali berjalan menuju bawah kaki gunung jawa.

Andi memimpin paling depan sambil membantu Putra berjalan, disusul Lana, Lani, Jaya dan aku tetap berada paling belakang

Kami berenam terus saja berjalan perlahan menyusuri tanah yang licin karna hujan yang tak pernah berhenti. Tiba-tiba aku mendengar suara gamelan jawa

Entah hanya aku yang mendengar atau kelima temanku juga mendengar. Namun langkah kaki kita semua berhenti
"Barr lu denger gak, suara apa itu?", Andi teriak padaku dari depan
"Jangan dengerin, jalan aja terus", timpal ku sambil berteriak
"Ayo lanjut jalan", pintaku pada kelima temanku

Aku mempunyai sebuah firasat buruk setelah mendengar suara gamelan itu, baru aku melangkah, aku menabrak Lani yang tiba-tiba saja berhenti
"Ni.. Kenapa berhenti?, ayoo jalan terus", tanyaku pada Lani dan meminta untuk terus berjalan

Ku lihat Lana mulai bergerak seperti seorang penari yang mengikuti irama gamelan ini. Sedangkan Lani hanya mematung tanpa bergerak sedikit pun

"Lana.. Lana, kamu kenapa?", teriak ku pada Lana. Kita terdiam dan tak tau apa yang sedang terjadi pada Lana dan Lani

Lana terus saja menari dengan gemulai, seperti orang yang sudah biasa menari. Gerakannya sangat lembut dan terus saja memberi senyum, menambah susana menjadi sangat mistis saat itu.

Lani yang sedari tadi berdiri mematung, tiba-tiba saja berlari dan memanjat pohon besar yang berada disamping Andi dan Putra.

Gerakannya sangat cepat sekali, batang pohon yang dipenuhi lumut tak menghentikan gerakan Lani untuk terus memanjat keatas pepohonan itu

Setalah sampai diatas pohon Lani berhenti dan menatap sinis kepadaku dan teman-temanku. Dengan suara yang lantang Lani berteriak

"DATANG LAH.. DATANG LAH.. HAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAA", suara Lani sangat lah menakutkan, yang aku dengar suara itu seperti suara laki-laki dewasa.

Setelah teriakan Lani, suasana menjadi hening. Suara gamelan jawa pun tak lagi terdengar.

Aku , Andi, Putra dan Jaya hanya diam tak bergerak. Kulihat wajah kepanikan mereka mulai terasa, Lana pun diam tak bergerak dan hanya duduk bersimpuh menghadap Lani yang sedang berada diatas pohon besar itu

Kabut makin pekat diimbangi bau busuk yang sangat menyengat sekali, ku lihat Jaya muntah karna bau busuk ini sangat-sangat menyengat.

Entah dari mana datangnya bau busuk tersebut. Bau ini benar-benar busuk

Setelah itu aku pun mulai melihat penampakan-penampakan dikiri dan kananku, kuntilanak, pocong, genderuwo dan masih banyak lagi

"Bara, ayo lari", teriakan Andi padaku
"Jangan ada yang lari, terus istiqfar dan berdoa", jawab ku kepada teman-temanku

"Gue takut barr", andi menangis dan terduduk ditanah
"Kalian liat apa?, kasih tau gue?", Putra yang tak bisa melihat pun ikut menjadi panik

Andi terus saja menangis dan tiba-tiba makhluk-makhluk tersebut tertawa dan berteriak
"HAHAHAHAHAHAA... AAAAAAAAAAAA.. HAHAHAHAHAHAHA", teriakkan dan tawa mereka membuat gendang telingaku sakit, sepertinya ada yang ingin meledak dan sangat kencang berdenging

Lani berteriak dari atas pohon dan menunjukan tangannya kearah Lana
"SERAHKAN DIA.. NGERRRRRRR..."
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close