Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MISTERI JASAD YANG TERABAIKAN


JEJAKMISTERI - Menjalani kehidupan didunia ini tentunya banyak sekali permasalahan yang harus dihadapi oleh kita, namun yang terlihat jelas permasalahan dalam hidup diantaranya permasalahan perekonomian, karena garis hidup manusia tentunya berbeda-beda, kebutuhan berbeda-beda pula.

Perputaran kehidupan juga tentunya ada, kadang diatas kadang dibawah yang biasa diistilahkan perputaran itu dengan istilah BAGAI RODA PEDATI, atau banyak lagi istilah lain yang tentunya memiliki arti dan maksud yang sama.

Disaat perputaran kehidupan berada dibawah, sudah jadi barang tentu kita harus ekstra berjuang demi kelangsungan hidup, jauh untuk lebih, minimal cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah bersyukur.

Dari penuturan diatas, si Tarjo akan bercerita tentang dua orang yang harus memutar haluan dalam mencari nafkah, dua orang tersebut bernama Bahar dan Joe warga kampung yang masih berada didaerah Riau, Bahar dan Joe biasa bekerja sebagai pencari kayu.

Selain bekerja sebagai petani kebanyakan warga kampung, namun pada masa itu para pekerja kayu dihadapkan dengan permasalahan yang memang bertentangan dengan hukum yang berlaku di negara kita yaitu Ilegal loging.

Dengan demikian, Wak Bahar juga yang lainnya mendapat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, memutar otak bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan itu.
Akhirnya mereka beralih ke berbagai macam pekerjaan lain yang penting bisa menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga.

Kembali ke Wak Bahar, Wak Bahar juga turut mengalami masa sulit, hingga ia memutuskan untuk mencari burung-burung liar yang bernilai tinggi, yang berada didalam hutan dihutan yang dekat perkampungannya bahkan hingga masuk kedalam hutan rimba yang jauh, ia membeli beberapa alat sebagai proferti menangkap burung, seperti pikat dan lain sebagainya.

Suatu sore wak Bahar tengah duduk santai diteras rumah sembari minum kopi dan merokok, Wak Bahar berencana esok pagi hendak berangkat ke hutan untuk mencari burung, namun ia berfikir tidak asyik rasanya pergi sendiri, jika bersama teman tentunya ada teman mengobrol.

"Ngape menung-menung sendiri Wak, bahaye nanti tetego, hehehe"
(Ngapain termenung Wak, bahaya nanti keteguran/kerasukan).
Disaat Wak Bahar tengah berfikir siapa gerangan yang bisa diajaknya masuk hutan mencari burung, tiba-tiba saja ia mendengar seseorang menyapanya, Wak Bahar memalingkan wajahnya dan memandang ke arah suara, dan ternyata itu Joe tetangga depan rumahnya yang hendak pergi ke warung membeli rokok yang tak jauh dari rumahnya.

"Ai..engkau rupenye, tak delah Joe, aku ni tengah befike, esok pagi aku nak masok hutan tapi tak de kawan"
(Kamu rupanya, tak ada lah Joe, aku ini sedang berfikir, besok pagi aku masuk hutan tapi tak ada teman), demikian ucap Wak Bahar kepada Joe.

"OOO, kalau tak same aku je Wak, aku lagi tak de keje juge'', kalau tidak sama aku saja, aku juga sedang tidak ada kerja) jawab Joe sekaligus menawarkan diri untuk pergi ke hutan bersama Wak Bahar.

Renacananya kehutan mana Wak, soalnya hutan didekat sini sudah susah? Sambung Joe lagi menanyakan rencana tujuannya.
''kita pergi ke hutan dekat perusahaan saja Joe, mungkin disana masih banyak burung'', jawab Bahar.
O telah Wak, jam berapa besok pagi kita berangkat? Tanya Joe.
"Kalau bisa kita berangkat pagi-pagi betul Joe, jadi kalau dihutan itu tidak ada burungnya kita bisa pindah ke hutan lain'', jawab Wak Bahar, dan akhirnya mereka sepakat esok pagi berangkat.

Keesokan paginya sesuai dengan janji selepas melaksanakan ibada sholat fardu Subuh mereka berangkat, dengan perbekalan diperkirakan cukup untuk beberapa hari, mereka berdua berangkat menggunakan pompong kecil milik Wak Bahar, karena didaerah kampungnya merupakan daerah gambut dan perairan, tentunya transportasi dominan menggunakan pompong dan Speedboat saja.

Singkat cerita, jam 7 mereka tiba ditujuan, setelah menambatkan pompong pada sebatang kayu kecil dipinggiran sungai, mereka mulai melangkah masuk kedalam hutan dengan pepohonan yang besar dan rapat, mereka terus berjalan disela-sela pepohonan, tak jarang kaki mereka tersandung akar-akar pepohonan yang tersembul diatas permukaan tanah ciri khas di area hutan gambut.

Setelah dirasa cukup jauh mereka berhenti dan istirahat sejenak, lalu Wak Bahar mengeluarkan peralatannya, seperti pikat serta musik alat pemancing burung, namun setelah beberapa saat alat itu dibunyikan, tidak ada terdengar jawaban dari burung-burung dihutan, yang biasanya jika musik suara burung itu dihidupkan maka akan dijawab oleh burung yang ada dihutan itu jika memang diarea hutan itu ada burungnya.

"Tak de burungnye disini agaknye Joe"
Ucap Wak Bahar kepada Joe dengan nada sedikit putus asa.
"Iya Wak, sepertinya tak ada tanda-tanda keberadaan burung disini, mungkin karena tak ada pohon yang sedang berbunga atau berbuah'', 
Jawab Joe dan berpendapat jika burung-burung itu tidak ada dikarenakan tidak adanya pepohonan yang sedang berbunga serta berbuah.

Wak Bahar sejenak hanya diam, ia menghela nafas berat, lalu ia berkata,
"Bagaimana kita pindah saja kehutan lain Joe?" Kite ke hilir je ye
Wak Bahar memberi usul, untuk pindah ke hutan lain dihilir, yakni lebih dekat dengan kampung mereka.

"Terserah Wak aja, aku ngikut''
Jawab Joe singkat.
Lalu tanpa berbasa-basi mereka mengemasi barang-barang dan kembali menuju pompong dipinggiran sungai.

Dengan sedikit rasa kecewa mereka berdua kembali melakukan perjalanan dengan menyuri sungai, namun kembali yang namanya rezeki tentunya sudah ada yang mengatur, kita sebagai manusia hanya berusaha, demikian hati Wak Bahar berfikir menyenangkan hati.

Wak Bahar bersama Joe terus menelusuri sungai, pandangan matanya melihat kekiri dan kekanan, melihat area hutan yang mungkin banyak burungnya, hingga tiba disuatu sungai yang bertemu dengan sebuah parit kecil yang mengarah masuk kedalam hutan.

Di persimpangan antara sungai besar menuju masuk ke bagian parit kecil dengan luas kira-kira tiga meter itu dikiri dan kanannya terdapat pohon dengan ukuran lumayan besar dan rimbun, sehingga kedua cabang dahan pohon itu menyatu hingga membentuk gerbang gapura alam yang bernuansa mistis.

"Joe, berhenti disini sebentar, sepertinya ada parit masuk kedalam''
Ujar Wak Bahar meminta untuk berhenti kepada Joe, karena saat itu Joe yang mengemudikan pompongnya.
Setelah berhenti tepat dipersimpangan parit itu, sejenak mereka memperhatikan situasi diarea tersebut, lalu Wak Bahar berkata.

"Joe sepertinya dihutan parit ini jarang dimasuki orang, karena jalan masuknya banyak semaknya, ucap Bahar ke joe''
''iye Wak, sepertinya begitu, mungkin sudah lama tak dilewati orang, bagaimana Wak kita masuk kesini?''
Jawab Joe.

"Ayoklah, mudah-mudahan banyak burungnya disana'', ujar Wak Bahar semangat.
Lalu akhirnya mereka sepakat untuk memasuki parit itu, Wak Bahar yang duduknya berada dihaluan pompong mengeluarkan golok dari sarungnya yang ia ikat dipinggang, untuk menebas ranting-rantingkayu diarea masuk kedalam parit itu, setelah dirasa cukup perlahan mereka masuk dengan pompongnya.

Disaat melintas dibawah pohon berbentuk gerbang masuk parit itu, Wak Bahar seperti mendengar suara bisikan, ''ayoook masuuuk, dan tolong aku", sontak Wak Bahar terkejut, ia palingkan muka kekanan dan ke kiri, lalu ia bertanya ke Joe.
''joe engkau cakap ape?"
Demikian tanyanya ke Joe, Wak Bahar fikir Joe yang telah berbisik kepadanya.

Mendapat pertanyaan dari Wak Bahar, Joe merasa bingung, dan menjawab,
''ai Wak, cakap ape? Aku tak becakap''
Ucap Joe sembari tersenyum menganggap Wak Bahar lucu.
Bahar terdiam mendengar jawaban Joe, yang mengatakan jika ia tidak berbicara sama sekali, padahal Bahar sangat yakin ketika masuk parit melintas dibawah pohon tadi jelas ada yang berbicara dengan berbisik.

Bahar dan Joe terus masuk menyusuri parit itu, yang diyakini mereka jika parit itu sudah sangat lama tidak dimasuki orang, hingga tiba di dalam hutan yang rapat dengan pepohonannya yang besar.
Mereka memutuskan untuk berhenti dan menambatkan pompongnya pada sebuah batang kayu dipinggiran parit tersebut.

''kite berhenti disini daja Joe, siapa tahu banyak burungnya, karena aku lihat banyak pohon yang berbunga dan berbuah, mestilah banyak burungnye'',
Ujar Bahar ke joe''.
"Iye Wak, tapi tak de nampak burungnye Kat sini''.
Ucap Joe, karena saat itu ia tak melihat atau mendengar suara burung ditempat itu.

''iye pulak ye, kerapun tak terlihat disini, tapi yaaah kita coba saja dulu joe'', sambung Bahar ke joe.
Lalu mereka berdua turun dari pompongnya, mulai memasuki hutan nan belantara itu.

Joe lebih dulu berjalan memasuki hutan, maklumlah Joe jauh lebih muda dari Bahar, tentunya dari segi fisik lebih kuat berjalan didalam hutan. Sementara Bahar dengan tertatih berjalan mengikuti Joe.

''keeeekht ...... Keeekht''
Disaat tengah berjalan tiba-tiba saja, Wak Bahar mendengar suara aneh dari sebelah kirinya, suara itu seperti suara seseorang tengah tercekik atau seperti hewan tengah dipotong lehernya. sejenak Wak Bahar menghentikan langkah, ia palingkan muka ke kanan dan ke kiri, menyapukan pandangannya ke segala arah, namun ia tidak mendapati apapun selain semak belukar dan pepohonan dengan ukuran raksasa.

Saat itu Wak Bahar mulai merasakan hal yang tak nyaman dihatinya, namun ia berusaha tetap berfikir positif, Bahar kembali melanjutkan jalan untuk menyusul Joe.
Baru saja beberapa langkah Bahar berjalan,

''Astaghfirulloh'',
Bahar beristighfar, karena kakinya tersangkut pada akar kayu yang menyembul ditanah, ciri khas akar kayu yang tumbuh di tanah gambut.

Kembali Wak Bahar menghentikan langkahnya, karena selain kakinya tersangkut, juga sepatu sebelah kanannya terlepas, Wak Bahar berhenti dan membungkukkan badannya untuk kembali memasang sepatunya yang terlepas, disaat itulah tiba-tiba, grusaaak ....

Dari sebelah kanan Bahar mendengar suara gemeresek pada semak belukar di sebelah kanannya, reflek Bahar memalingkan kepalanya dan menatap ke asal suara,
''astaghfirulloh, seketika tubuhnya serasa terkena aliran listrik yang besar, jantungnya serasa berhenti berdetak, bagaimana tidak, disaat itulah Bahar melihat sesuatu yang benar-benar membuat ia terkejut bahkan ketakutan.

Disebelah kanan ia melihat sesuatu menempel pada sebatang pohon yang besar dengan akar lebar laksana sayap, yaaah yang menempel pada sebatang pohon besar itu adalah kerangka manusia dengan posisi berdiri serta kedua tangan terpaku pada pohon itu, menghadap kearah Bahar, kondisi kerangka manusia itu terlihat masih lengkap.

Beberapa saat Bahar terpaku kaku, dalam hati ia terus berdoa, berharap apa yang tengah ia lihat itu tidak nyata. lalu dengan perlahan ia berdiri serta memalingkan wajahnya kedepan dimana Joe tengah berjalan beberapa meter didepannya.

''joe berhenti, tak usah masuk lagi''
Ucap Bahar berteriak memanggil Joe, mendengar Bahar memanggil dengan suara keras, sontak Joe merasa heran dan seketika ia berbalik dan memandang ke arah Bahar,

''astaghfirulloh Wak''
Ucapnya Joe beristighfar, dengan raut wajah terlihat pucat pasi, lalu Joe memalingkan wajah serta pandangannya ke arah lain,
Terlihat tubuhnya gemetaran, layaknya seperti orang tengah ketakutan, mungkin Joe melihat juga apa yang dilihat Wak Bahar sebelumnya.

''joe, engkau lihat juge kan?"
Tanya Wak Bahar denga suara bergetar.
''i iye Wak aku tengok juge. Jawab Joe membenarkan.
''balek kite Wak, tak baik nampanye tempat ni, ucap Joe lagi.

Lalu tanpa kata terucap sedikitpun dari mulutnya, Bahar berjalan dengan tergesa mendekati Joe, tanpa sanggup melihat ke belakang, mereka terus berjalan dicelah rapatnya pepohonan dihutan itu.

Mereka memutuskan untuk berputar arah menuju ke tepian parit dimana pompong mereka tertambat, walau sebenarnya pompong mereka tidaklah jauh dari tempat dimana mereka melihat ada kerangka manusia di pohon itu, namun mereka harus melewati pohon dimana kerangka manusia itu berada.

Karena rasa takut yang teramat sangat, mereka memilih jalan lebih jauh daripada harus melewati kerangka itu, memang terkesan konyol apa yang mereka lakukan saat itu, mereka menghabiskan waktu berputar-putar melewati hutan yang sulit serta memakan waktu yang sangat lama untuk sampai di pompong, bayangkan saja ketika mereka melihat kerangka manusia dipohon itu sekitar jam 9 pagi, dan mereka tiba dipompong itu sekitar jam 2 siang.

Padahal jika mereka tidak panik dan tidak takut, letak pompong mereka tidaklah jauh dari posisi mereka berada saat itu, kira-kira hanya 100 meter saja dari pohon yang terdapat kerangka manusia., dan perkiraan paling lama hanya menghabiskan waktu 30 menit saja untuk sampai dipompongnya, tapi yaaah yang namanya panik dan rasa takut dapat menghilangkan akal sehat, akhirnya tanpa disadari justru menempuh jarak yang lebih jauh serta memakan waktu yang sangat lama.

Singkat cerita, akhirnya Wak Bahar dan Joe tiba di pompongnya, lalu dengan tergesa-gesa mereka hendak meninggalkan area tersebut, namun mungkin karena fisik mereka sudah teramat sangat lelah pergerakan mereka sangatlah lambat karena sulitnya jalur parit itu, karena memang parit itu sudah sangat lama tidak dilalui oleh manusia, sehingga banyak semak belukar serta dahan-dahan kayu yang tumbuh disepanjang parit menjulur ke bagian parit, dengan demikian pompong mereka berulang tersangkut, pada dahan kayu atau semak belukar.

Diperjalanan keluar dari parit itu juga ternyata, selain sulit karena banyak hambatan, mereka terus mendapat gangguan dari hal yang tidak terlihat oleh mereka, ketika baru saja beberapa meter meninggalkan tempat itu Wak Bahar dikejutkan oleh suara-suara bisikan-bisikan tidak jelas serta teriakan-teriakan dari dalam hutan, suara bisikan serta teriakan itu seperti seseorang yang meminta tolong.

Toloooong ....
Wooooy, jangan pergi tolong aku wooooy''....
Tiba-tiba saja, Joe mengurangi kecepatan pompong ya bahkan nyaris menghentikannya, tentu saja hal itu mengundan pertanyaan dari Wak Bahar.

''ada apa Joe kok berhenti?"
Tanya Wak Bahar heran.
''wak dengar gak barusan seperti ada suara berteriak meminta tolong dari hutan?"
Ucap Joe bertanya balik ke Wak Bahar.

''iya aku dengar Joe, tapi jangan hiraukan, itu bukan manusia, ayok cepat jalan lagi'', ucap Wak Bahar dengan suara setengah berbisik serta dengan raut wajah terlihat semakin pucat, karena saat itu ia melihat kelebatan seperti manusia dengan bagian wajahnya terlihat hancur dan berlumuran darah yang terlihat mulai mengering dipinggiran parit mengikuti pergerakan pompong yang jaraknya ketepian parit itu hanya kurang lebih satu meter saja.

Melihat sikap Wak Bahar, Joe seakan mengerti dengan situasi yang terjadi saat itu, ia tidak bertanya lagi walau mungkin ribuan pertanyaan berkecamuk didalam hati dan fikirannya, dengan segera Joe menambahkan laju pompongnya ingin segera tiba di hulu parit itu.

Diperjalanan keluar parit tak jarang Joe dikejutkan dengan suara-suara memanggilnya atau hanya suara jeritan meminta tolong, 
''joe cepatlah siket bawa pompongnya, lambat betul engkau nih'',
Ucap Bahar ke joe'' agar menambah kecepatan pompongnya, karena sungguh Bahar sudah merasa sangat takut dengan situasi dihutan itu.

Wak Bahar memang bukan hanya mendengar suara-suara misterius saja melainkan penampakan dengan perwujudan mengerikan ia disepanjang tepian parit yang mereka lalui.

Joe menambah kecepatan laju pompongnya hingga mesin pompong itu terdengar sangat kuat meraung memecah keheningan dihutan tersebut, entah sudah berapa lama melakukan perjalanan, namun mereka belum juga tiba di hulu parit kecil itu,

''wak, aku rasa ini ada yang tak betul, waktu kita masuk tadi pagi rasanya tidaklah terlalu jauh, tak sampai satu jam dari sungai besar kita sudah sampai ketempat tadi, nah sekarang dari jam tiga sore sampai saat ini belum sampai ke sungai besar, coba Wak lihat jam berapa sekarang, dah mulai gelap nih",
Ucap Joe yang mulai merasakan hal tidak baik pada mereka saat itu.

Mendengar ucapan Joe, Wak Bahar memandang kesekelilingnya dan benar saja hari mulai gelap, apalagi saat itu mereka tengah berada didalam hutan, lalu ia melirik pada tangan kirinya dimana ia memakai jam tangan.
''astaghfirulloh iya Joe, sekarang sudah jam enam sore, sudah mau maghrib''. Ucap Bahar merasa terkejut, seakan ia baru menyadari keadaan.

Sesaat Wak Bahar termenung, seakan tengah berfikir keras, lalu ia berkata kepada Joe,
''joe matikan mesin sebentar'', ucapnya memerintahkan agar Joe mematikan mesin pompongnya.

''saat itu Joe yang mulai dirasuki rasa takut tidak banyak tanya, ia menuruti perintah Wak Bahar mematikan mesin pompongnya.
Wak Bahar menundukkan kepala sembari menadahkan kedua telapak tangannya, Wak Bahar berdoa, kira-kira sepuluh menit Wak Bahar mengusapkan telapak tangan kewajahnya tanda telah selesai berdoa.

Grusaaaak,
Kekkkh .... keeeekkk...
Tiba-tiba saja, terdengar suara gemeresek dari segala arah, seakan sesuatu dengan jumlah banyak serentak mendatangi Bahar dan Joe,
''Joe .... Cepat hidupkan pompongnya''
Setengah berteriak Bahar memerintahkan Joe untuk menghidupkan pompongnya''.

Dengan panik Joe mengengkol pompongnya, namun Joe semakin panik karena pompongnya'' tak juga hidup, sementara suara geraman dan suara-suara aneh terdengar semakin dekat dari arah kiri dan kanan mereka.

''ayok cepat Joe, teriak bahar''
Iye Wak ini gak mau hidup juga, jawab Joe panik.
''cubelah bace bismillah dulu joe''
Ucap Bahar lagi semakin panik.

Dudududud ....
Akhirnya dalam situasi yang benar-benar menegangkan Joe berhasil menghidupkan pompongnya, dan langsung menjalankannya,pompong kayu itu meluncur dengan cepat meninggalkan tempat nan menakutkan itu.

Entah berapa lama akhirnya mereka berdua melihat dua batang pohon besar yang tumbuh dengan kekar didua sisi parit, yaaah itulah pintu masuk ke parit itu yang membentuk gapura alam, seakan itu merupakan gerbang kedalam dunia mistis.

Joe semakin kencang melajukan pompongnya karena secercah harapan telah nyata dihadapannya, sementara Bahar terus berdzikir memohon perlindungan dari yang maha kuasa, karena sepanjang perjalanan keluar ia terus melihat penampakan-penampakan menyeramkan dari mahluk-mahluk gaib hutan itu, bahkan tak jarang tangan-tangan mahluk itu menggapai berusaha menarik tubuhnya.

Bleeest....
Dengan kecepatan tinggi, akhirnya mereka dapat melewati gerbang parit itu, tanpa menoleh kembali ke arah belakang mereka terus melaju, sempat mereka mendengar dari arah belakang suara jerit tangis meminta tolong, namun Bahar dan Joe terus melaju menuju pulang,

Singkat cerita, kira-kira jam sebelas malam Bahar dan Joe tiba dirumahnya, tanpa banyak berbicara mereka pulang kerumah masing-masing, namun ketika baru tiba dipelantar rumah Wak Bahar, sempat ia berkata kepada Joe,
''joe apa yang kita alami tadi jangan kau cerita-cerita ke orang lain ya, biar saja ini jadi rahasia kita''

''iya Wak'' jawab Joe singkat, tanpa bertanya apa alasan wak Bahar merashasiahkan hal itu, lalu mereka masuk kerumah masing-masing.
Setibanya dirumah istri Wak Bahar terkejut melihat suaminya tiba-tiba pulang malam hari, karena sebelum berangkat Wak Bahar mengatakan jika ia akan Mandah hingga beberapa hari.

Setelah bebersih diri Wak Bahar langsung istirahat hendak tidur, karena ia benar-benar merasakan sangat lelah, namun sudah beberapa saat ia berusaha untuk tidur Wak Bahar tak dapat jua terlelap tidur, fikirannya terus terbayang dengan apa yang ia alami tadi dihutan, hingga terdengar adzan subuh dari mesjid barulah ia merasakan kantuk dan tertidur.
SEKIAN


close