Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DAYANG SENDANG BIRU


Senja mengupas layar langit menjadikan warna tembaga bara saga berlapis setipis awan penghias suasana, cakrawala mencium mesra laut dan para nelayan mengabadikan kegembiraan dengan memikul hasil tangkapannya. Adalah lagu senja kala nyanyian celoteh camar pulang ke sarang berkibas segala caci maki dihari ketika muka senja hadirkan suasana tenang akan segala keberhasilan hari.

Tarjo dan beberapa temannya singgah dipantai sambil menunggu sang teman yang berjanji menjemput sebagai penunjuk jalan.

Tak seberapa lama sebuah mobil willy's tua datang dengan kelakson besarnya memanggil-manggil dari kejauhan, Tarjo segera melambaikan tangannya dimana tempat keberadaannya.

Mereka pun saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri bagi yang belum saling mengenal, lalu dua mobil beriringan meninggalkan pelabuhan sendang biru.

Mobil willy's tua menjadi leader menaiki tanjakan jalan makadam untuk menuju area pertambakan yang letaknya diatas perbukitan daerah tersebut, sampai pada akhirnya sampailah mereka diarea pertambakan dimana suasana malam sudah menyelimuti. 

Mereka bercanda didepan mess dengan hidangan singkong rebus dan kopi menambah nikmat suasana diantara canda mereka..

Tarjo sudah menangkap beberapa penampakan terutama sosok wanita yang berlalu lalang di depan gudang perbekalan, ketika menuju kamar mandi untuk berwudhu setelah tiba mess tadi Tarjo sudah melihat sosok hitam besar duduk diantara tumpukan kayu bakar.

Dan masih banyak lagi penampakan-penampakan lainnya karena Tarjo adalah tamu di daerah tersebut maka semua makhluk gaib ingin memperkenalkan diri dan keberadaan dari makhluk-makhluk tersebut.

Tapi semua itu tak ditanggapi oleh Tarjo hanya menyapanya kemudian berlalu begitu saja dengan senyum khasnya yaitu cengar-cengir sendirian.

Tiba-tiba salah seorang dari teman Tarjo bernama Made meninggalkan mereka yang sedang bercanda sambil minum kopi, dia berjalan menuju jurang dan untuk menuruninya lewat jalan pintas atau jalan setapak menurun nan licin jika malam menjelma.

Made baru pertama kali datang kearea pertambakan dimalang selatan itu, akan tetapi dia seolah-olah mengenal daerah itu dengan paham. Aneh.

Seperti ada yang menuntun dia menuruni jurang lewat jalan setapak ditengah malam gelap gulita, seketika Heru selaku manager pertambakan itu yang tak lain adalah teman Tarjo sendiri langsung berteriak memanggil.

"Mas jangan kesana itu jurang yang dalam, kamu bisa terjatuh jika tak tau jalan setapak menuju pantai."

Akan tetapi Made terus berjalan menuruni dasar jurang menuju pantai yang terletak dibawah sana. Maka bergegaslah mereka menyusul dengan lampu senter untuk menyusul Made yang sudah jauh turun kearah pantai.

Jika untuk menuruni pantai hari siang atau terang dibutuhkan waktu setengah jam, dan jika malam menggunakan penerangan akan bisa satu jam lamanya, karena memang jalan yang curam menurun nan licin jika malam.

Akan tetapi Made hanya butuh waktu 10 menit dan telah sampai didasar jurang ditepian pantai. Dia memandangi pulau yang berjarak seratus meter lebih dari dia berdiri.

Dan tiba-tiba air laut surut dengan tiba-tiba hingga memungkinkan Made melangkah kearah pulau dengan berjalan kaki, yang dimana jika air surut maka pulau itu dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Made sudah menyebrang kepulau itu, ketika Tarjo dan beberapa teman telah sampai di bibir pantai akan tetapi air pasang kembali.

"Cepat ambil perahu dibalik batu itu" kata Heru kepada pegawainya yang ikut menyusul menuruni jurang.

Tak lama berselang perahu itu sudah berada dipantai untuk menyebrang ke pulau karang tersebut menyusul dan menemukan keberadaan dari Made.

Tarjo melihat sebuah rumah besar dipulau itu, dan dia berguman Nyai Nilam Sari.

Yang di dalam perahu mulai cemas dengan keberadaan si Made.

Setelah sampai Tarjo menyuruh Heru dan temannya untuk berjaga dan menunggu di bibir pantai sisi pulau karang tersebut, lalu Tarjo melangkah mendekati sebuah pohon yang agak besar diarea pulau tersebut.

Tarjo melihat made duduk dikursir ukiran naga laut berlapis beludru merah pada dudukkannya. Dan didepannya adalah sosok wanita cantik seperti dugaan Tarjo bernama nyai Nilam Sari, penguasa kerajaan gaib sendang biru.

Dan ternyata yang menuntun Made menuruni jurang yang curam adalah nyai Nilam sari, apabila dia berkehendak pada siapa saja untuk dijadikan tamu istimewanya maka beliau sendiri yang menjemputnya.

Tarjo pun berucap salam ketika akan masuk kedalam rumah besar nan megah itu, akan tetapi tidak ada jawaban dari salam si Tarjo, baru kali ketiganya Nyai Nilam Sari menjawab salam dari Tarjo.

"Oh kakang mas yang datang mari silakan masuk," ucap nyai Nilam Sari.

Tarjo pun duduk di sebelah Made yang tampak berkaku wajah karena sudah tak ingat apa-apa.

Nyai Nilam Sari mengunakan kain putih agak transparan sebagai pembalut tubuhnya yang putih bercahaya laksana pualam.

Siapa pun akan tergoda dengan kecantikan serta kemolekkannya. Nyai Nilam Sari lalu duduk dipangkuan Made membelai-belai wajahnya dan kadang memainkan rambut Made dengan menciumnya.

Tarjo pun berusaha menarik perhatian dari keasikan nyai ketika memainkan kegantengan si Made, dan itu berhasil, nyai lalu duduk dipangkuan Tarjo, karena Tarjo sadar akan keberadaan dirinya dan berada dalam area keGaiban, kelelakiannya mulai tergoda dengan keberadaan wanita cantik dalam pangkuannya.

Di gigitnya lidahnya sendiri untuk mengusir amarah hawa nafsu dari sang Nyai, dan berusaha menyadarkan si Made dari tangan nafsu sang Nyai, tiba-tiba sang nyai menghilang beberapa saat entah karena doa-doa yang diucap Tarjo atau memang hilang.

Dengan cepat Tarjo membawa Made ketempat aman dimana teman sudah menunggu. Selamat lah jiwa si Made. Temannya..


Kini tinggal Tarjo dalam rumah nyai Nilam Sari, aroma wangi pemikat jagat cinta nebar wangi seisi rumah. Tarjo pun untuk kedua kalinya menggigit lidahnya sendiri agar supaya terhindar dari pikat nyai Nilam Sari dan itu berhasil.

"Jika kang mas tak menginginkan suguhan yang aku berikan maka lekaslah kang mas pulang" ucap nyai Nilam Sari kepada Tarjo, entah kenapa tiba-tiba nyai melepaskan Tarjo begitu saja.

"Terimalah ini sebagai hadiah dariku."

"Tidak nyai aku tak punya apa-apa sebagai timbal balik dari nyai." Jawab Tarjo.

"Sudahlah terimalah, aku tak meminta apa-apa darimu."

Tarjo pun menerimanya, sebuah batu kecil putih bernama Biduri Laut.

-SEKIAN-
close