HANTU KEPALA LEAK BALI
JEJAKMISTERI - Ini adalah pengalaman pertama dalam hidupku bertemu dan melihat "HantuKepalaLeakBali", karena saat itu usiaku masih balita, yah empat tahun. Mungkin diantara para pembaca ada yang tidak percaya, tapi memang demikianlah peristiwa yang aku alami.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1973, saat itu kami, aku dan orang tuaku masih tinggal di sebuah desa di pinggir jalan Pantura di salah satu daerah, yakni Desa Kramat, Kecamatan Kramat di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kakekku adalah seorang Lurah di desa itu. Beliau menjadi seorang Lurah sejak masih pendudukan Kolonial Belanda di Indonesia, sampai zaman Penjajahan Jepang, bahkan sampai zaman Kemerdekaan.
Dan terakhir masih di era Presiden Soekarno, yakni tahun 1972. Rumah beliau berada di pinggir jalan Pantura, dan rumahnya sekaligus menjadi pusat pemerintahan desa, alias Balai Desa. Aktivitas pelayanan masyarakat berada di ruang depan atau ruang tamu. Ruang tamu atau ruang depan dari Rumah Tua yang berukuran sangat besar itu, mampu menampung seratus orang dalam acara rapat.
Dan bentuknya sangat khas sebagai rumah daerah Jawa yang sekaligus menjadi cerminan kewibawaan dari seorang Pemimpin di wilayah desa. Letak rumah yang cukup strategis, karena berada di pinggir jalan besar, baik untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan desa, maupun sebagai pusat pelayanan masyarakat.
Lantainya pun tinggi berundak dari depan, dengan halaman teras yang cukup luas juga. Kusen dan daun pintu jendelanya pun terbuat dari kayu jati tua yang cukup kuat dan tahan terhadap binatang Rayap, menambah kesan bangunan rumah itu tampak semakin agung, jika dilihat dari depan. Rumah besar itu memiliki empat buah kamar yang berukuran cukup besar. Salah satu sisi daun jendela kamarnya seukuran dengan daun pintu rumah sekarang. Karena daun jendela kamar itu selalu sepasang pada masing-masing kamarnya.
Dan rumah orang tuaku sendiri berjarak satu kilometer dari rumah kakekku. Tapi aku seringkali diajak oleh kakekku untuk tidur di rumah beliau. Meskipun aku tidak diajak tidur sekamar dengan beliau, melainkan tidur bersama bibi emban yang bertugas sebagai asisten rumah tangga kakekku. Dia masih gadis dan berasal dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah juga. Aku dan bibi emban tidur di kamar kedua setelah kamar tidur kakekku.
Hingga suatu malam, ketika aku tidur bersama dengan bibi emban di kamar besar itu, aku mengalami peristiwa yang aneh dan terbilang horor. Sebetulnya malam itu, seusai waktu sholat isya, aku sudah minta pulang kepada bibi embanku. Tapi setelah bibi emban menyampaikan hal itu kepada kakekku, beliau melarangnya dan membujukku agar tetap tidur di rumah kakekku.
"Cuuu... pulangnya besok pagi saja ya, setelah hari terang benderang, saat ini kan hari sudah malam, keadaan di luar pun sudah gelap," kata kakekku membujuk dan menjelaskannya kepadaku.
"Ya kek... tapi Adi ingin tidur bersama kakek dan nenek, bukan sama bibi emban...," Pintaku merengek kepada kakekku.
"Ya sudah...kalau begitu sekarang Adi pergi ke kamar tidur kakek ya...," Kata kakekku sambil menggandeng tangan mungilku.
Malam itu akhirnya aku pun tidur bersama kakek dan nenekku di kamar tidur beliau. Tapi pada tengah malam aku mendengar suara hujan turun sangat lebat, dengan petir yang menyambar-nyambar dengan sangat kencangnya, hingga membuatku kaget dan akhirnya terbangun. Aku melihat bibi emban tidur di sebelahku.
"H a h...?" Pekikku.
"Kakek... Nenek...," Aku berusaha untuk memanggil manggil mereka. Tapi rupanya mereka tidak mendengarnya.
Sepertinya semalam setelah aku sudah tertidur di kamar kakekku, aku dipindah ke kamar tidur bersama bibi emban. Belum juga aku berhenti berpikir dengan berbagai macam tanda tanya, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara petir yang sangat kencang, hingga sepasang daun jendela kamar tidur itu pun terbuka lebar, disusul dengan kemunculan secara tiba tiba, sesosok "HantuKepala Leak Bali".
Sepasang matanya melotot, bulat merah menyala, dan lidahnya pun panjang terjulur ke bawah. Kulihat hanya kepala saja, tidak ada badannya. Sinar petir yang menyambar semakin memperjelas bentuk "Hantu Kepala Leak Bali" yang sangat menyeramkan itu. Sesekali sepasang daun jendela kamar itu tertutup dan terbuka terhempas angin kencang yang bertiup diantara berisiknya suara hujan yang sangat deras, menambah suasana malam itu semakin mencekam dan benar benar menakutkan bagi anak balita seusiaku saat itu.
Setelah aku menyadari keberadaan "Hantu Kepala Leak Bali" yang menatap tajam ke arahku, aku pun menjerit sekuatnya sambil memanggil manggil bibi emban yang berada di sebelahku.
"Bibiiiii... bibiiii... bibiii... ada hantuuu...," Jeritku.
Namun sepertinya bibi emban tidur sangat nyenyak, hingga tidak mendengar jeritanku. Kutengok kembali ke arah jendela, "Hantu Kepala Leak Bali" itu masih menyeringai dengan gigi taring panjangnya yang tampak runcing dan tajam itu. Aku benar benar merasa sangat takut, dan aku pun langsung tertelungkup sambil memeluk bibi emban, dan menjerit sekencang kencangnya,
"Bibiii... bibiii... bibi...," Jeritku lagi.
Tapi sedikit pun bibi emban tidak bergeming dari tidur pulas nya. Sementara aku masih mendengar suara petir yang masih menyambar dengan memantulkan sinar terangnya ke seluruh penjuru kamar tidur. Aku menjerit dan menjerit hingga akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya aku terbangun, dan kulihat bibi emban memegangi keningku yang panas karena mengalami demam tinggi. Aku pun melihat bibi emban berjalan ke arah jendela untuk membuka tiap-tiap daun jendela yang masih terkunci dari dalam itu.
"Hah...? Bukankah semalam kulihat kedua daun jendela itu terbuka dan tertutup dan terbuka lagi karena terhempas tiupan angin kencang dari hujan yang sangat deras...?" Tanyaku dalam hati.
Karena penasaran aku pun segera bangkit dari atas tempat tidurku dan turun serta berjalan keluar menuju halaman belakang. Dan sekali lagi aku pun dibuat terkejut melihat halaman belakang dan halaman samping rumah dalam keadaan kering sama sekali. Artinya semalam tidak terjadi hujan deras, tidak ada petir yang menyambar dengan sinar dan suaranya yang kencang menakutkan.
"Hah . . .???"
[SEKIAN]
BACA JUGA : KERASUKAN LELUHUR MANUSIA HARIMAU