KISAH NYATA NABRAK SETAN
HATI-HATI KALAU KE GUNUNG BROMO VIA MALANG
JEJAKMISTERI - Berawal dari sebuah rencana untuk piknik ke gunung Bromo.
Udah pada tau gunung bromo kan?
Waktu itu mereka ada 6 orang, ada Ipul, Riski, Puput, Mustofa, Agung dan Tomi.
Mereka berenam tinggal di satu kampung dan biasa kumpul bareng di warung kopi.
Berhubung 2 minggu kedepan ada libur hari raya Ipul mempunyai agenda untuk pergi piknik ke gunung bromo, ya untuk mengisi waktu liburan lah, lagi pula teman-temannya Ipul juga belum pernah ke gunung bromo.
Beberapa hari setelah mengagendakan Ipul dapat informasi dari orang sekitar, kalau mau ke gunung bromo usahakan jangan lewat pasuruan karena katanya kalau lewat jalur pasuruan itu rawan rampok atau begal.
Mendengar kabar itu Ipul kasih tau teman-temannya kalau lewat pasuruan itu katanya gini gini gini.
Akhirnya mereka memutuskan untuk ke bromonya via malang aja, disisi lain kalo via malang itu lebih dekat dengan tempat tinggal mereka yang berada di kabupaten mojokerto.
Singkat cerita h+2 setelah hari raya idul fitri tahun 2014 mereka berangkat dari menuju ke malang.
Mereka berangkat dari rumah sore dan sampai di daerah Tumpang malam (Tumpang adalah sebuah daerah yang berada di kabupaten malang)
Sesampai di daerah tumpang itu mereka mampir dulu di warung pinggir jalan untuk ngopi.
Di warung kopi itu, ibu-ibu penjual kopi sempet tanya sama mereka,
“Ini pada mau kemana?”
“Mau ke bromo buk”
“Malem-malem gini?”
“Iya buk, memangnya kenapa kalo malem?”
“Ya gpp, kalo mau ke bromo malem mending lewat probolinggo aja lebih rame jalannya, kalo lewat sini mendingan siang”
Mendengar itu mereka sedikit kendor, tapi karena sudah terlanjur sampai disini mereka tetap ingin melanjutkan perjalanan.
Setelah kurang lebih 45 menit ngopi mereka melanjutkan perjalanan lagi menuju ke gerbang perizinan, sesampai di gerbang perizinan terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung saja itupun sebagian akan ke gunung semeru bukan ke bromo.
Oh iya, jalan menuju ke bromo lewat malang ini satu jalan kalau kita akan mendaki ke gunung semeru.
Jadi kalau tujuan kita untuk mendaki ke gunung semeru kita tidak perlu membayar tiket masuk disini.
Nah berhubung tujuan mereka malam ini adalah ke gunung bromo jadi disitu mereka membayar tiket masuk.
Ketika sedang mengisi formulir, Ipul sempat ditanya oleh petugas yang berjaga,
“Mau langsung ke bromo sekarang mas?”
“Iya pak”
“Kalo gitu hati-hati soalnya jalan turunan ke padang pasir licin, kalo bisa pake jasa jeep aja biar aman”
“Memangnya kalo pake motor bahaya pak?”
“Ya gpp sih tapi resiko soalnya ini malam”
Setelah mengisi formulir Ipul berunding sama temen-temennya enaknya gimana.
Karena waktu itu mereka cuma membawa uang pas-pasan akhirnya mereka memutuskan untuk pake motor aja karena kalo sewa cukup mahal.
Kurang lebih jam 8 malam mereka berangkat meninggalkan pos perijinan.
Setelah pos perijinan itu jalannya masih belum begitu licin tapi cukup bahaya juga karena berupa bebatuan.
Sesampai di pertigaan arah semeru dan bromo mereka berhenti dulu untuk mengecek motornya masing-masing karena setelah ini jalanan akan menurun dan didominasi pasir.
Setelah dicek dan aman mereka lanjut berkendara lagi menuju ke padang pasir.
Dengan susah payah mereka melwati jalan ini dan setelah menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan tiba-tiba kabut turun sangat tebal hingga membuat mereka berhenti karena kesulitan dengan jalan dilewatinya ini.
Ketika sedang berhenti itu Ipul bilang ke teman-temannya,
“Gimana nih, kabutnya tebel banget jalannya gak keliatan”
“Pelan-pelan aja pul yang penting sampai”, jawab Riski.
Disini Ipul merasa takut, takut kalau ada orang yang sengaja ingin mencelakainya, mungkin rampok atau begal karena kondisi sa’at itu sangat sepi tidak ada pengendara satupun yang mereka jumpai.
Hal yang sama juga dirasakan oleh teman-temannya tapi mereka tetap positif thinking aja semoga tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya dengan pelan mereka lanjut berkendara turun.
Nah ditengah-tengah perjalanan itu samar-samar mereka melihat ada 2 orang yang sedang berhenti dipinggir jalan dengan 1 motor.
Ipul yang waktu itu berboncengan dengan Riski bilang,
“Ris, itu didepan kayak ada orang?”
“Iya, agak cepetin jalannya takutnya begal”
Dari posisi paling depan Riski memberi kode ke teman-temannya agar sedikit ngebut, tapi mau ngebut gimana orang kondisi jalannya seperti ini yang ada malah jatuh.
Lalu terlihat 2 orang itu melambaikan tangan seperti sedang minta bantuan.
Ketika sudah dekat salah satu dari 2 orang itu berteriak,
“Mas tolong, tolong”, ucap salah satu orang itu meminta tolong.
Awalnya mereka ragu akan berhenti, takutnya ya itu tadi,
Karena kasihan melihat 2 orang itu yang sepertinya butuh bantuan akhirnya Ipul berhenti disusul dengan yang lain.
“kalaupun nantinya mereka begal Ipul pasrah lagipula jalannya juga gak bisa kalau dipake ngebut”, pikir Ipul.
Ipul bertanya pada 2 orang itu,
“Kenapa mas?”
“Tolong kita mas, lampu motor kita mati, kita ikut jalan bareng ya”, jawab salah satu orang itu.
Ipul dan yang lain tidak ada yang berani turun dari motornya, lalu Ipul mempersilahkan orang itu untuk bareng dan memintanya untuk jalan di paling depan dengan tujuan kalau nanti 2 orang ini akan berbuat sesuatu jadi mereka bisa lihat.
2 orang itu kemudian mengucapkan terima kasih dan lekas mengendarai motornya disusul Ipul dan teman-temannya dari belakang.
Semakin mereka jauh berjalan kabut yang menyelimuti semakin tebal hingga jarak pandang mereka hanya 1 meter.
Lampu dari motor pun tidak bisa menembus tebalnya kabut itu disisi lain jalan yang mereka lewati ini semakin kesana semakin licin oleh pasir. Jadi otomatis jalan mereka semakin pelan.
Setelah cukup jauh berjalan melewati pasir itu tiba-tiba dari belakang Puput yang berboncengan dengan Mustofa berteriak sambil membunyikan klakson,
“Wooy berhenti... berhenti...”
Spontan Ipul berhenti begitupun 2 orang yang didepannya itu,
Ipul bertanya pada Puput,
“Kenapa berheti?”
“Agung dan Tomi ketinggalan jauh dibelakang”, jawab Puput.
Setelah dilihat kebelakang ternyata benar, motor Agung dan Tomi tidak terlihat.
Disini Ipul sudah berfikiran negatif,
“Apa jangan-jangan Agung dan Tomi kenapa-napa?”
Akhirnya mereka berhenti untuk menunggu 2 temannya yang tertinggal itu.
Ketika sedang berhenti Ipul bertanya Puput,
“Sejak kapan mereka gak keliatan?”
“Gak tau perasa’an tiba-tiba udah gak keliatan”
Mereka memutuskan untuk menunggu Agung dan Tomi dulu sambil ngobrol dengan 2 orang yang ikut bareng tadi,
“Sampeyan dari mana mas?”, tanya Ipul
“Kita dari malang mas, untung aja ketemu kalian kalo enggak gak tau lagi kita”.
Setelah cukup banyak ngobrol dengan 2 orang itu mereka sedikit lega karena sepertinya mereka tidak ada niatan jelek tapi, mereka menemukan masalah baru.
Sudah hampir 15 menit mereka menunggu, Agung dan Tomi tidak juga terlihat.
Disini mereka panik takutnya Agung dan Tomi nyasar atau yang lain.
“Ini gimana, Agung dan Tomi kok gak juga keliatan?”, ucap Ipul dengan panik.
“Gak tau Pul, mungkin motornya mogok”, jawab Puput.
Kemudian 2 orang asal malang itu menyarankan,
“Kita puter balik aja dulu mas, siapa tau temennya beneran mogok”.
Akhirnya mereka memutuskan untuk putar balik menyusul Agung dan Tomi.
Nah baru beberapa meter mereka putar balik keliatan tuh motor Agung dan Tomi.
Mereka semua berhenti dan Ipul tanya ke Agung,
“Kok lama Gung? Habis ngapain?”
Dengan wajah panik Agung menjawab,
“Aku habis nabrak orang tadi Pul”
“Hah, trus orangnya gimana?”
“Nah itu dia, habis ketabrak orangnya langsung lari dan gak kenapa-napa malah kita yang jatoh dari motor”, dia jawab gitu.
Akhirnya yaudah lah yang penting mereka dan orang yang ditabrak itu gapapa, kemudian Ipul putar balik lagi untuk lanjut berjalan.
Tau nggak kalau orang yang ditabrak Agung tadi itu mungkin bukan manusia karena, bagaimana bisa orang itu tidak kenapa-napa setelah ditabrak, jatuh pun enggak tapi langsung lari kabur, malahan Agung yang jatuh.
Dan... orang yang ditabrak Agung itu berpakaian serba hitam.
Untuk wajahnya kurang jelas karena pas ketabrak orang itu tidak melihat kearah Agung sama sekali dan langsung kabur.
Disini Agung tidak bilang dulu ke Ipul dan yang lain, perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke penanjakan.
Lama berjalan dan sudah hampir 2 jam tapi mereka tidak juga sampai di penanjakan, disisi lain malam itu mereka tidak bertemu dengan 1 orangpun.
Karena suhu malam itu sangat dingin mereka berhenti dulu untuk istirahat sekaligus berunding,
“Pul, penanjakan masih jauh gak?”, tanya Puput.
“Gak tau, bentar lagi mungkin”, jawab Ipul yang tidak tau.
“Apa jangan-jangan jalan kita salah Pul”.
Ipul juga sepemikiran dengan Puput.
Lalu 2 orang asal malang tadi nyahut,
“Bentar lagi kayaknya mas, soalnya ini udah lama lo kita jalan”
Ipul juga mikirnya gitu, mungkin bentar lagi sampai.
Tidak lama kemudian mereka mengendarai motornya lagi dan melanjutkan perjalanan.
Setelah cukup lama berkendara terlihat dari belakang ada jeep yang lewat mendahului mereka.
Melihat itu mereka sedikit lega karena setidaknya mereka tidak salah jalan.
Mereka mempercepat laju kendara’annya dengan tujuan untuk mengikuti jeep itu tapi secepat apapun berkendara diatas pasir tetap saja mereka ketinggalan jeep itu.
Karena jeep itu sudah jauh dan tidak terlihat mereka berkendara mengikuti jejak ban dari jeep tadi karena menurut mereka jeep tadi bertujuan sama yaitu ke penanjakan.
Tidak lama kemudian mereka menjumpai sekelompok orang yang sedan camp dan menyalakan api unggun di kiri jalan.
Ipul berhenti untuk bertanya apakah penanjakan masih jauh atau tidak dan menurut orang yang camp penanjakan udah deket beberapa menit juga udah sampai.
Mendengar itu Ipul mengajak teman-temannya untuk kembali melanjutkan perjalanan agar segera sampai di penanjakan, tapi sudah sekitar 1 jam berkendara mereka tidak juga sampai di penanjakan.
Disini Ipul mikir,
“Katanya penanjakan udah deket tapi ini kok lama banget gak sampai-sampai?”
Hingga akhirnya mereka semua tersentak karena jejak mobil jeep yang mereka ikuti itu putus ditengah jalan.
Riski yang menyadari hal itu terlebih dahulu bilang ke Ipul,
“Bentar pul, jejak mobilnya kok gak ada?”
Ipul yang baru menyadari hal itu langsung mengentikan motornya.
Melihat Ipul yang tiba-tiba berhenti Puput tanya,
“Kenapa berhenti Pul?”
“Jejak mobilnya kok ilang?”
Dari sini barulah yang lain sadar.
Mereka berunding lagi enaknya gimana nih, lalu 2 orang asal Malang tadi menyarankan agar lanjut jalan aja dulu ntar kalo gak sampai-sampai barulah berhenti dan nunggu pagi.
Merekapun menyetujui usul itu dan bergegas lanjut berkendara lagi.
Nah, sekitar 15 menit berkendara terllihat ada sekelompok orang lagi yang sedang camp sambil menyalakan api unggun di sebelah kanan jalan.
Melihat itu mereka lega karena setidaknya mereka tidak salah jalan.
Ipul mengajak mereka untuk berhenti dulu untuk bertanya, ketika berhenti sekelompok orang itu bertanya,
“Loh kalian rombongan yang tadi kan? Ngapain balik?”
“Loh iya, ini kan yang tadi ketemu”
Mendengar itu mereka kaget karena ternyata sekelompok orang yang sedang camp itu ternyata sekelompok orang yang sebelumnya mereka jumpai.
Mereka juga baru sadar kalau ternyata mereka ini jalan balik.
Dari sini mereka tidak habis pikir kok bisa? Padahal tadi mereka tidak merasa putar balik sama sekali.
Rombongan yang sedang camp itu kemudian menawari mereka untuk gabung,
“Udah gabung sini aja mas nunggu pagi”
Karena sudah capek dan tidak kunjung sampai di penanjakan akhirnya Ipul berinisiatif untuk ikut gabung bersama kelompok itu meskipun sebenarnya dia pengen banget ke penanjakan untuk melihat sunrise pagi.
Sebelum mereka turun dari motor dari depan terlihat ada 2 mobil jeep yang lewat, lalu mereka yang sedang camp bilang,
“Nah itu mas kalo mau ke penanjakan ikuti mobil jeep, udah deket kok”
Karena niat mereka adalah ke penanjakan mereka mengurungkan niatnya untuk camp disitu dan lanjut berkendara mengikuti jejak mobil jeep tadi dan... Kejadian yang sama terulang lagi.
Sudah hampir 1 jam mereka berkendara mereka tidak kunjung sampai di penanjakan dan seringkali samar-samar Ipul melihat ada banyak orang yang berpakaian serba hitam sedang melintas didepannya.
Melihat sekelebatan orang-orang itu Ipul mikir,
“Apa karena ini yang membuat Puput tadi jatuh dari motor?”
Ipul yang merasa takut mengajak yang lain untuk berhenti dan nunggu pagi aja, disisi lain malam itu mereka juga sudah capek dan kedinginan.
Mereka memarkirkan motornya melingkar kemudian ditengah-tengahnya digelar karpet untuk alas.
Sambil menunggu pagi yang masih lama mereka ngobrol-ngobrolmembahas kejanggalan yang mereka rasakan selama perjalanan tadi.
Lama mereka ngobrol dan pagi pun tidak kunjung tiba, rasanya malam ini panjang banget.
Seringkali Ipul melihat jam yang masih menunjukan jam 2 dini hari.
Karena tidak tahan dengan suhu yang sangat dingin mereka berencana untuk membuat api unggun tapi tidak ada kayu sama sekali di sekitaran situ, jadi terpaksa mereka membakar barang yang ada didalam tasnya yang sekiranya tidak penting.
Ada kertas dibakar, ada plastik dibakar sampai-sampai kaos gantinya Ipul pun dibakar karena saking dinginnya.
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dibakar satu-persatu dari mereka tidur kecuali Ipul, dia hanya membaringkan badannya diatas karpet sambil merem dan tidak tidur.
Selang beberapa menit kemudian tiba-tiba dari kejauhan dia mendengar ada suara...
Pertama diabaikan karena dikiranya itu suara dari kawah gunung bromo, tapi kok suara ini terus-terusan terdengar,
Setelah didengarkan lebih jelas lagi suara itu mirip tabuh gong yang dipukul beberapa kali.
Karena penasaran Ipul duduk dan melihat kearah sumber suara itu dan terlihat dari kejauhan ada cahaya kuning yang jalan keatas.
Ini aneh padahal waktu itu kondisinya sangat berkabut, jarak pandangpun hanya 1 meter tapi kenapa cahaya kuning yang dari jauh itu bisa keliatan? Dan itu cahaya apa?
Awalnya Ipul mengira mungkin itu komet atau bintang jatuh tapi gak mungkin karena cahaya itu jalan memanjang dari bawah keatas.
Semakin keatas cahaya itu semakin meredup hingga akhirnya tidak terlihat lagi.
Ipul segera merebahkan badannya lagi dan berusaha tidur hingga akhirnya dia bisa tidur hingga pagi.
Pagi itu sekitar jam 9, satu persatu dari mereka bangun dan kondisi pagi itu masih berkabut sampai-sampai sinar matahari pun tidak bisa menembus tebalnya kabut ini.
Jadi meskipun sudah jam 9 tapi rasanya masih seperti jam 6an pagi.
Setelah semuanya bangun Ipul dibuat kaget karena 2 orang asal malang yang semalam bareng dengan mereka itu tiba-tiba tidak ada.
Ipul bertanya pada teman-temannya,
“Loh 2 orang yang sama kita semalem mana?”
Tapi tidak ada satupun dari mereka yang tau.
Akhirnya yaudahlah, mereka mengira mungkin 2 orang itu udah bangun duluan tadi dan lanjut jalan.
Perlahan kabut tebal itu perlahan hilang, hingga akhirnya mereka bisa melihat keada’an sekitar.
Dan ternyata lokasi tempat mereka tidur semalam itu tepat dibawah gunung batok, gunung yang bersebelahan dengan gunung bromo.
Lokasi penanjakan pun juga ternyata sudah dekat, hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari tempat mereka tidur itu.
Dan yang lebih aneh lagi, lokasi tempat mereka tidur ini ternyata tidak jauh dari rombongan pendaki semalam yang mereka tanyai jalan. Jaraknya kurang lebih 100 meter.
Mereka gak habis pikir,
“kok bisa ya, perasa’an semalam mereka ini jalan hampir 1 jam setelah bertanya sama rombongan itu tapi kok sekarang jarak mereka sedekat ini?”
Tapi yaudah lah mereka tidak mau ambil pusing yang penting pagi itu mereka masih bareng-bareng.
Pagi itu mereka putuskan untuk berfoto-foto dulu sambil menunggu kabut benar-benar hilang, ketika hari sudah agak siang mereka mengendarai motor lagi menuju ke kawah gunung bromo.
Jadi niat mereka yang semalam pengen ke penanjakan untuk melihat sunrise itu batal karena mau gimana lagi ini hari udah siang.
Singkat cerita, setelah puas menikmati pemandangan kawah di puncak bromo mereka kembali turun ke parkiran.
Di parkiran mereka minum-minum dulu di warung sambil berunding, enaknya turun lewat mana, setelah berunding mereka sepakat untuk turun via probolinggo aja.
Di perjalanan dari probolinggo menuju ke mojokerto mereka sempat mampir di warung dulu untuk ngopi, nah sambil ngopi itu satu persatu mereka cerita.
Tentang orang yang ditabrak Puput yang mungkin itu bukan manusia, tentang perjalanan yang gak sampai-sampai, tentang 2 orang malang yang sama mereka dan tentang cahaya kuning yang dilihat Ipul ketika tidur di padang pasir malam itu.
Semua kejadian yang mereka alami ini sudah diluar nalar dan dari kejadian ini mereka jadi tau kalau mau ke gunung bromo malam lebih baik jangan via malang mending via probolinggo karena itu lebih aman dan ramai.
[SEKIAN]
BACA JUGA : HANTU KEPALA LEAK BALI