KERASUKAN LELUHUR MANUSIA HARIMAU (Part 2 AND)
JEJAKMISTERI - "Menurut saya... masalah permintaan dari leluhur Mas Anto, agar datang ke tempat keberadaan beliau, mungkin tidak harus dipenuhi, karena hal itu kan hanyalah sebuah permintaan atau permohonan yang sebenarnya tidak boleh memaksa, jelasku kepada Anto.
"Tapi jika Mas Anto bisa hadir ke sana untuk memberikan penjelasan kepada beliau, bahwa Mas Anto tidak berkenan untuk mewarisi atau melanjutkan perjanjian dari para leluhur manusia harimau, mungkin hal itu lebih baik, setidaknya mereka tidak menunggu dan tidak berharap lagi kepada Mas Anto...," Jelasku lanjut.
"Baiklah Pak Ustad...terima kasih atas saran dan petunjuknya, mudah-mudahan saya nanti bisa mengambil keputusan yang tepat dan benar sesuai dengan saran dan petunjuk dari Pak Ustadz...," Kata Anto sedikit lega.
"Saya tunggu kabar baik dari Mas Anto...," kataku mengingatkan.
"Oh iya Pak Ustadz...empat puluh purnama itu berapa lama Pak Ustadz ?" Tanya Anto kepadaku.
"Empat puluh purnama itu sama dengan empat puluh bulan, dan sama juga dengan tiga tahun empat bulan...," Jelasku kepada Anto.
"Oh begitu..., berarti masih lama juga ya Pak Ustadz...," Kata Anto.
"Maaf Mas Anto...waktu itu bergerak sangat cepat, jadi meskipun tampaknya tiga tahun empat bulan itu masih lama, tapi jika kita tidak mengingatnya, maka seringkali kita merasa lupa bahkan terkejut, setelah baru menyadari bahwa waktunya telah tiba, maka kalau bisa kita jangan menyepelekan masalah waktu...," Jelasku menegaskan.
"Baik Pak Ustadz...," jawab Anto singkat.
Kulihat jam dinding di rumah Anto sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB, maka aku pun mohon pamit untuk pulang kepada tuan rumahnya.
"Baiklah kalau demikian Mas Anto, saya mohon pamit untuk pulang kembali ke rumah saya...," Kataku sambil bermohon diri.
"Monggo Pak Ustadz...terima kasih banyak atas bantuannya...," Kata Anto sigap.
"Sama-sama Mas...Assalaamu'alaikum...," Kataku beruluk salam sebelum meninggalkan rumah Anto.
"Wa'alaikum salaam...," Jawab Salam Anto.
Dalam perjalanan pulang, aku mencium aroma bau wewangian yang aneh, karena semua jenis wewangian aku agak paham dan mengerti, khususnya aroma bau jenis jin, baik jin Muslim maupun jin Kafir, atau aroma bau hantu tiren (mati kemaren), tapi aroma bau makhluk ghaib yang satu ini, belum pernah terdeteksi dan tercium oleh hidungku sebelumnya.
Benar...saat ini ada makhluk ghaib yang mengikuti setiap langkahku. Maka aku pun berhenti sejenak, dan makhluk ghaib itu pun ikut berhenti. Setelah kurasakan dan kulihat dengan pandangan batinku, ternyata dia adalah "Leluhur Manusia Harimau" tadi.
"Hmmm...mau apa dia mengikutiku ?" Tanyaku dalam hati.
"Sepertinya dia ingin tahu tempat tinggalku...," Bisikku lagi.
Aku pun melanjutkan langkahku menuju arah pulang, dan sesampainya di rumahku aku masih mencium aroma bau "Leluhur Manusia Harimau" itu.
Sepertinya makhluk ghaib itu tidak menyadari, bahwa aku dari tadi masih memperhatikan gerak geriknya...dan akhirnya kulihat dia pun pergi secepat bayangan, diiringi hembusan angin dingin yang bisa kurasakan di teras depan rumahku.
Dan benar...saat ini aku sudah tidak mencium aroma bau apapun sepeninggalnya makhluk ghaib "Leluhur Manusia Harimau" itu.
Keesokan harinya desas desus berita tentang Anto yang mengalami kerasukan "Leluhur Manusia Harimau" itu pun menyebar ke seluruh telinga warga satu kampung. Tidak sedikit dari kalangan bapak-bapak sampai emak-emak rempong, mereka pun menanyakan kebenaran berita itu kepadaku.
"Maaf Pak ustadz...apakah benar berita tentang si Anto yang mengalami kerasukan "Manusia Harimau" semalam ?" Tanya seorang bapak-bapak kepadaku, seusai pulang dari sholat subuh berjamaah di masjid.
"Benar Pak...," Jawabku singkat.
"Maaf Pak ustadz...katanya "Manusia Harimau" yang merupakan leluhur dari Anto itu mengancam akan membunuh orang sekampung kalau Anto tidak memenuhi permintaannya untuk mendatangi ke tempatnya di Riau, bagaimana kalau hal ini benar-benar terjadi ?" Tanya bapak-bapak yang lain.
"Sebaiknya Anto disuruh berangkat kesana saja Pak Ustadz...agar kita orang kampung sini tidak diganggunya lagi," kata bapak-bapak yang pertama tadi.
"Begini bapak-bapak...mohon maaf, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, sebenarnya tidak ada hal yang perlu kita khawatirkan, karena Tuhan itu Maha Kuasa dan menguasai tiap-tiap makhluk ciptaan-Nya, maka untuk mengantisipasinya, yakni selain berusaha kita pun harus berdo'a, agar kita semua akan selalu dilindungi oleh Alloh SWT dari segala gangguan makhluk ghaib yang jahat," jelasku.
Kulihat mereka mengangguk-anggukkan kepala, sebagai tanda mereka memahami kata-kataku. Dan kami pun berpisah di simpang jalan untuk kembali pulang ke rumah
masing-masing.
Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tidak terasa hari ini adalah bulan yang keempat puluh atau empat puluh purnama, sebagai batas waktu yang telah ditetapkan oleh mahluk ghaib "Manusia Harimau" leluhur dari Anto.
Dan selama itu pula Anto pun telah melupakan tentang masalah ini. Bahkan Anto pun tidak memenuhi permintaan dari leluhurnya itu.
Namun sebagai orang yang telah menjadi mediasi ketika Anto kerasukan "Leluhur Manusia Harimau" itu, aku masih mengingat -ingat ancamannya itu. Maka sejak siang hari ini sampai memasuki waktu Maghrib, yang merupakan malam keempat puluh purnama itu, aku pun berjaga-jaga, untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Meskipun aku secara pribadi tidak yakin, bahwa "Manusia Harimau" leluhur dari Anto itu akan mewujudkan ultimatumnya, yakni akan membunuh orang satu kampung di kampungku. Bisa jadi hal itu hanya sebagai gertak sambal belaka.
"Bagaimana mungkin beliau akan mampu membunuh orang banyak dalam satu kampung, sementara pada saat beliau merasuki tubuh Anto saja, beliau tidak mampu mengatasi serangan pukulan ghaib dariku...," gumamku lirih. Tanpa sedikitpun bermaksud merendahkan beliau, tapi secara logikanya memang demikian.
Kulihat dari siang tadi Anto sendiri masih sibuk dengan aktifitasnya sebagai pedagang ikan bakar di lapaknya di pinggir jalan raya dekat rumahnya.
Seusai sholat isya aku pun mendatangi Anto di pangkalan usahanya, tapi aku tidak menemukan Anto di sana. Kata istrinya, Anto sedang keluar untuk membeli bumbu yang habis.
Setelah berpamitan kepada istri Anto, aku pun segera kembali pulang ke rumah untuk melakukan ritual meditasi, untuk mengetahui keberadaan mahluk ghaib "Manusia Harimau" yang merupakan leluhur dari Mas Anto. Setidaknya dengan demikian akan membuat perasaanku sedikit lega.
*******
Aku pun memasuki ruang musholla rumahku dan duduk bersila menghadap ke arah kiblat. Seperti biasa kedua telapak tanganku kuletakkan di atas kedua lutut kiri dan kanan sesuai taelapak tangan masing-masing. Punggungku kutegakkan sembilan puluh derajat dan pandangan wajahku pun lurus ke depan. Kedua mataku mulai aku pejamkan, lalu aku satukan pikiran dan hati fokus pada sebuah titik cahaya.
Setelah pikiran dan hatiku benar-benar fokus dan mencapai konsentrasi penuh, tentunya dengan sejenak melupakan segala hal yang telah terjadi beberapa saat yang lalu, dan melupakan segala rencana yang akan dilakukan setelahnya. Beberapa saat kemudian, aku pun mulai memasuki dimensi alam meditasiku.
Samar-samar aku mulai melihat setiap sudut tapal batas perkampunganku. Mulai dari ujung Timur, Selatan, Barat, Utara dan kembali ke Timur lagi. Tidak kulihat penampakan sosok makhluk ghaib Leluhur "Manusia Harimau" itu. Kucoba melihat ke arah atas, pun tidak kutemukan tanda-tanda akan kedatangannya.
Maka untuk mengantisipasi segala kemungkinan hal yang buruk, aku pun mengunci setiap sudut tapal batas ujung perkampungan kami, dengan pagar ghaib, yakni menggunakan ilmu afirmasi, ijazah dari Romo Guru Almukarom Al Habib Muhammad Dardanilla As Sahab dari Pekalongan.
"Mohon ijin Romo Guru Al Habib, saya akan menggunakan ijazah ilmu afirmasi dari panjenengan...," Bisikku dalam hati.
Kutingkatkan konsentrasiku dan aku pun memulai untuk proses afirmasi.
"Dengan rohmat-Mu...dengan izin-Mu dan dengan semua sifat-sifat-Mu, saya afirmasikan ke dalam diri saya, kepada kekuatan intelijensi tanpa batas alam fikiran bawah sadar saya, saya meminta bantuan, dengan kekuatan Enerji murni Cahaya Tinggi dari penjuru Alam Semesta, Cahaya Cinta Kasih iLahi, Cahaya Rohmatan lil'aalamiin, untuk membentengi seluruh wilayah perkampungan ini dari segala gangguan mahluk ghaib, baik dari golongan jin maupun dari golongan manusia...tidak ada daya dan upaya apapun, kecuali dari Alloh SWT...afirmasi dimulai dari sekarang....
(Mohon untuk tidak mencoba ilmu ini, tanpa ijin dari saya, karena saya merasa khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk tanpa sepengetahuan saya🙏🤔)
Selama beberapa menit, bahkan sampai satu jam, proses afirmasi ini aku lakukan, agar benar-benar mencapai hasil yang sempurna dan memilki kekuatan yang penuh, tentunya dengan izin dan ridho-Nya. Selama itu pula aku pun masih berada di dalam alam dimensi meditasiku. Setelah satu jam kemudian, aku pun mengakhiri afirmasi ini.
"Afirmasi cukup sekian...,"bisikku lirih.
"Alhamdu lillaahi robbil'aalamiin...," Ucap syukurku sebagai tanda untuk mengakhiri segala perbuatan yang baik.
Perlahan lahan kubuka kedua mataku, dan kuhirup nafas dalam-dalam, untuk menstabilkan kembali sistem pernafasan paru-paruku. Tidak lama kemudian aku pun bangkit dari tempatku duduk bersila, dan segera berjalan menuju keluar rumah, untuk memastikan situasi dan kondisi keadaan kampungku aman dari segala gangguan makhluk ghaib yang akan berniat jahat kepada kami. Khususnya dari makhluk ghaib Leluhur "Manusia Harimau" itu.
Kulihat waktu di ponselku menunjukkan pukul 21.30 wib. Aku pun melanjutkan langkahku untuk menyisir setiap sudut kampungku. Setelah selesai berkeliling kampung, aku pun segera kembali pulang ke rumah. Kulihat saat ini telah memasuki pukul 23.00 wib. Dan belum lama aku sampai di rumah, selang tiga puluh menit kemudian, pintu rumahku sudah diketok-ketok sama seseorang.
"Tok...tok...tok...,"
"Tok...tok...tok...,"
"Assalaamu'alaikum...Pak Ustadz...," Teriak seseorang dari balik pintu rumahku.
"Wa'alaikum salaam...ya sebentar," jawabku dari dalam rumah.
Aku pun membuka pintu rumahku, dan setelah kubuka ternyata orang itu adalah istri Anto.
"Tolong Pak ustadz...Mas Anto pingsan," kata istri Anto memohon kepadaku.
"Sekarang Mas Anto sedang di mana Mbak ?" Tanyaku kepada istri Anto.
Karena yang aku tahu, biasanya mereka pulang dari berjualan ikan bakar pada pukul 00.00 dini hari.
"Kami baru sampai di rumah dari berjualan...tiba-tiba Mas Anto pingsan Pak Ustadz...," Jelas istri Anto.
"Baiklah...nanti saya akan ke rumah, silahkan panjenengan pulang dulu saja, nanti saya akan menyusul," jawabku.
Istri Anto pun pergi meninggalkan aku untuk kembali pulang ke rumahnya. Sementara aku langsung menuju ke belakang rumah untuk mengambil air wudhu, sebelum berangkat menuju ke rumah Anto. Seusai mengambil air wudhu, aku pun langsung pergi menuju rumah Anto, yang hanya berjarak dua puluh meteran dari rumahku.
Sesampainya di rumah Anto, kulihat tubuh Anto tergeletak tidak berdaya di atas pembaringan, seperti orang tertidur. Aku pun memeriksa denyut nadi di pergelangannya sangat lemah. Tapi kudengar nafasnya teratur seperti orang yang sedang terlelap tidur.
"Maaf Mbak I'in...sebelum pingsan sepertinya Mas Anto pergi sampai keluar dari kampung kita ?" Tanyaku kepada istri Anto.
"Betul Pak Ustadz...sekembalinya dari membeli bumbu, dia sempat pergi lagi, katanya ke rumah temannya di kampung sebelah, bahkan baru pulang pada jam 23.00 wib, padahal warung kami sedang ramai, untung ada keponakan saya yang ikut membantu," jelas istri Anto.
"H a h. . .?" Seruku kaget.
*******
Aku pun segera memeriksa keadaan tubuh Anto kembali. Kupegang kepalanya terasa panas, tapi tubuhnya sangat dingin.
"Hmmm...sepertinya Sukma Anto diajak pergi oleh leluhur manusia harimau itu," gumamku dalam hati.
Melihat aku memeriksa kembali tubuh Anto, istri Anto pun bertanya lagi tentang keadaannya kepadaku.
"Bagaimana keadaan Mas Anto, Pak Ustadz ?" Tanyanya.
Aku tidak ingin istri Anto semakin bertambah cemas, jika aku mengatakan kejadian yang sesungguhnya kepadanya.
"Mohon maaf Mbak I'in, saat ini sebaiknya Mbak I'in mendo'akan yang baik saja untuk Mas Anto, agar dia segera siuman kembali,"jelasku kepadanya.
"Baik Pak Ustadz...dan saya tetap memohon bantuan kepada Pak Ustadz, agar tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Mas Anto," pinta istri Anto kepadaku.
Aku pun mohon pamit kepada istri Anto untuk kembali ke rumahku. Dan sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam ruang musholla untuk bermeditasi, agar bisa mengetahui perkembangan keberadaan Anto saat ini.
Setelah siap, aku pun mulai bermeditasi...
Beberapa saat kemudian, aku sudah memasuki alam dimensi meditasiku. Perlahan lahan aku mulai melihat hutan sawit di sepanjang jalan, dengan tanah berpasir yang putih. Sampai akhirnya sampailah aku di pintu hutan yang dipenuhi semak belukar, lalu kulewati jalan hutan setapak itu dengan hati-hati. Sepertinya hutan ini adalah hutan "Pedalaman Kubu" di Provinsi Riau.
Aku ingat kata-kata leluhur "Manusia Harimau" itu, bahwa untuk menemui beliau, yakni berada di bawah dua pohon Kenari yang besar. Dan benar...kulihat ada dua pohon Kenari yang cukup besar, tapi aku tidak melihat siapa pun di sana, kecuali beberapa pasang batu nisan.
"H a h . . .?" Bisikku kaget, aku baru menyadari bahwa leluhur "Manusia Harimau" itu mungkin sudah meninggal dunia beberapa puluh tahun bahkan seratus tahun yang lalu.
Kucoba untuk mendekati beberapa tempat batu nisan itu, tapi belum ada tiga langkah kakiku berjalan, aku mendengar auman suara harimau dari balik pohon Kenari yang cukup besar itu. Maka aku pun berhenti sambil waspada mengawasi keadaan dibalik dua pohon Kenari itu.
Sayup-sayup kudengar suara percakapan dua orang, tiga orang atau bahkan lebih.
"Mohon maaf Datuk Moyang...saya tidak memiliki niat dan tidak berminat untuk mewarisi ilmu tujuh harimau ini...," suara Anto terdengar bergetar dari balik pohon Kenari itu.
Aku pun mendengar suara auman harimau lagi, membuat bulu kudukku meremang. Lalu kudengar lagi suara yang sangat berwibawa dan mampu menggetarkan hatiku.
"Engkau adalah putra tunggal dari cucu putri bungsuku...makaengkaulah satu-satunya harapan bagi kami sebagai penerus ilmu "Manusia Harimau" yang ketujuh...," Kata sumber suara itu.
"Engkau tidak memiliki pilihan, kecuali jika engkau mau lari dari sumpah leluhur kami, sumpah "Manusia Harimau," maka artinya engkau harus menanggung akibatnya, yakni engkau akan mengalami gangguan jiwa ketika menghadapi kesulitan ekonomi dalam rumah tanggamu, sepanjang hidupmu...," lanjut sumber suara itu lagi.
"Mohon beribu ampun Datuk Moyang...saya hanya ingin menjalani kehidupan sebagai manusia biasa...," Kudengar suara Anto memohon sambil menangis.
Kudengar lagi auman suara harimau, bahkan sepertinya suara itu lebih dari satu, dua, tiga, empat...lima...atau enam.
"Yah benar...ada enam suara harimau...," Bisikku lirih.
"Pikirkan baik-baik wahai cucuku...sebelum sumpah dari leluhurmu "Manusia Harimau" benar-benar akan menimpa kehidupanmu dan anak-cucumu...," Jelas sumber suara itu lagi.
Suara itu terdengar menggema di dalam hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar. Sementara suara tangis Anto yang memohon kepada Datuk Moyangnya masih kudengar berulang-ulang.
Tiba-tiba kudengar suara berisik ketok-ketok pintu di depan rumahku. Suara ketok-ketok itu terdengar sangat kasar dan gugup. Maka spontan dengan perlahan-lahan, aku pun akhirnya mengakhiri ritual meditasiku saat itu juga. Dan pelan-pelan kubuka kedua kelopak mataku dan kuhirup nafas dalam-dalam. Aku pun segera bangkit dari duduk silahku dan langsung berjalan keluar dari musholla menuju pintu depan rumah.
Daun pintu rumahku kubuka pelan-pelan, dan ternyata Mbak I'in istri Anto sudah berada di depan rumahku.
"Mohon maaf Pak Ustadz...minta tolong Pak Ustadz, sekarang ini Mas Anto mengigau terus dengan kedua mata masih terpejam, sambil menyebut nama seseorang," pinta Mbak I'in cemas.
Aku mengangguk pelan dan langsung berjalan mengikuti langkah-langkah Mbak I'in menuju ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, kulihat Anto masih mengigau dalam keadaan matanya terpejam.
"Mohon ampun Datuk Moyang...saya hanya ingin menjalani kehidupan sebagai manusia biasa...," Gumam Anto berulang,-ulang.
Aku pun langsung mengatupkan kedua telapak tanganku sambil membaca Do'a selama beberapa menit, lalu kuusapkan ke wajah Anto. Seketika itu juga Anto pun berhenti mengigau, tapi kedua matanya masih terpejam. Kupegang kepalanya terasa sangat panas, sepertinya dia masih mengalami demam tinggi lagi.
Beberapa saat kemudian Anto tersadar dari pingsannya, kedua matanya pun mulai terbuka.
Kulihat istri Anto mendekatinya dan akan menanyakan sesuatu kepada suaminya, tapi aku langsung mencegahnya dengan memberi isyarat. Karena aku merasa khawatir, Anto belum sepenuhnya sadar dari pingsannya.
*******
Melihat keadaan Anto yang sudah mulai siuman dari pingsannya, aku pun menyuruh istri Anto untuk segera mengambilkan segelas air putih hangat. Dan I'in pun dengan cekatan langsung berjalan menuju ke ruang dapur untuk mengambil segelas air putih hangat itu. Tidak lama kemudian I'in sudah kembali lagi, dengan membawa segelas air yang langsung disodorkan kepadaku.
Sebelum segelas air putih itu aku minumkan kepada Anto, maka lebih dulu kubacakan Do'a untuk menetralisir segala energi negatif yang mungkin masih tersisa di dalam pikiran, hati dan jiwanya.
Setelah itu Anto kubangunkan dengan posisi duduk di pembaringannya, dan sesaat kemudian, aku pun meminumkan segelas air putih hangat yang sudah kubacakan dengan do'a itu kepada Anto. Anto pun meminumnya dengan pasrah tanpa penolakan yang berarti. Kemudian kulihat Anto menoleh ke kanan dan ke kiri, sepertinya mencari sesuatu.
"I'in...I'in...," Panggil Anto kepada istrinya.
"Ya Mas...," Jawab I'in sambil berjalan mendekati suaminya, dan langsung duduk di sebelah Anto .
"Aku tadi bermimpi bertemu dengan para leluhurku di sebuah tempat di pinggir hutan, tapi aku melihat mereka dalam bentuk harimau," kata Anto bercerita kepada istrinya.
Mendengar cerita Anto itu, I'in pun langsung menoleh dan memandang ke arahku duduk.
Anto menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, sejak dia pulang ke rumah, sampai dia pingsan dan tidak sadarkan diri selama beberapa jam.
"Aku dijemput oleh salah satu leluhur "Manusia Harimau" itu, dan diajak pergi jauh sampai ke tempat yang tidak aku kenali," jelas Anto.
Anto pun melanjutkan ceritanya, dan ternyata sama persis dengan apa yang aku lihat ketika aku memasuki dimensi alam meditasiku, sampai akhirnya dia siuman kembali.
"Bagaimana menurut pandangan Pak Ustadz, tentang kejadian yang menimpa saya ini ?" Tanya Anto kepadaku.
"Apa yang harus saya lakukan selanjutnya Pak Ustadz, jika saya tidak mengikuti keinginan para leluhur saya itu, karena di satu sisi sepertinya saya harus mematuhi mereka, tapi di sisi lain, saya juga tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada anak cucu saya kelak ?" Tanya Anto lanjut kepadaku.
"Benar apa kata Mas Anto Pak Ustadz, I'in dan dan anak cucu kami kelak juga tidak ingin menanggung akibat yang buruk pada kehidupan kami di masa yang akan datang..," Timpal istri Anto.
"Mohon maaf...sebaiknya saat ini kalian beristirahatlah dulu, insya Alloh nanti besok kita lanjut untuk memikirkan dan mencari jalan keluar yang terbaik dari persoalan yang kalian hadapi...," Kataku kepada mereka berdua.
"Iya...baiklah Pak Ustadz, mohon maaf, karena kami sudah merepoti Pak Ustadz, dan kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan Pak Ustadz," kata istri Anto.
"Tidak apa-apa Mbak I'in...selagi saya masih bisa dan mampu untuk membantu orang lain...,insya Alloh saya siap untuk membantu," Jawabku sambil sekalian berpamitan kepada mereka untuk pulang kembali ke rumahku.
Dan sesampainya di rumah, aku pun langsung merebahkan tubuhku di pembaringan untuk beristirahat. Kulihat saat itu waktu sudah memasuki pukul 01.00 dinihari. Aku pun bisa tertidur hingga pukul 03.00 pagi, lalu aku bangun untuk mengerjakan sholat Sunnah beberapa rokaat.
Setelah berdzikir dan berdo'a, aku pun bermeditasi untuk mencari petunjuk dari-Nya, tentang solusi dalam mengatasi persoalan yang dihadapi Anto. Dan ternyata meditasiku kali ini, tidak berhasil menemukan petunjuk apapun, karena aku hanya melihat kegelapan dan tidak mampu menembusnya.
Tidak lama kemudian, aku melihat cahaya yang berpendar-pendar berwarna biru, lalu menghilang dan tinggal kegelapan yang kulihat kembali.
"Hmmm...sepertinya sekembalinya Anto diajak oleh leluhur "Manusia Harimau" mereka telah memagarinya dengan tabir ghaib "Manusia Harimau"...," Bisikku dalam hati.
Aku pun segera mengakhiri meditasiku.
Keesokan harinya, entah kenapa aku lupa tidak menemui Anto untuk melanjutkan perbincangan semalam. Dan Anto maupun istrinya pun tidak menemuiku atau mencariku untuk membicarakan masalah itu lagi. Entahlah...sepertinya kesibukan kami hari itu membuat kami tidak bisa bertemu.
Hari berganti Minggu, dan waktu pun terus berjalan dari bulan ke tahun. Tidak terasa dua tahun sudah terlewati, bahkan saat itu mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan. Hingga akhirnya kami pun seolah olah telah melupakan masalah itu selama beberapa tahun.
Hingga suatu hari, mungkin karena kondisi ekonomi mereka sedang menurun, karena selama beberapa hari dagangan ikan bakar mereka mengalami sepi pengunjung, Anto pun mengalami depresi. Dia seperti orang kesurupan leluhur "Manusia Harimau".
Dia merangkak sambil mengerang...mengaum, bak harimau kesakitan. Tangannya pun mencengkeram, bagaikan cakar harimau yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Jika sudah mengalami kerasukan seperti itu, maka istri Anto pasti akan segera mencariku untuk meminta tolong kepadaku. Dan aku pun selalu membantu dan memberikan pertolongan sebisaku. Alhamdu lillaah...selama ini aku masih bisa menolong dan mengatasinya.
Dan begitulah kejadian itu telah berulang-ulang selama ini, kejadian kesurupan itu akan menimpa Anto, setiap kali dia mengalami depresi karena keadaan ekonominya. Kejadian itu berlangsung terus, sampai akhirnya lahirlah anak yang kedua mereka. Bahkan dengan kelahiran putranya itu, tidak mampu merubah nasib dan kondisi Anto dari kesurupan leluhur "Manusia Harimau".
Bahkan sampai hari ini, putri pertamanya sudah memasuki sekolah lanjutan pertama kelas tiga, pun masih suka mengalami kesurupan terus, terutama ketika dia merasa pusing dalam kekurangan ekonominya.
Sepertinya Sumpah dan kutukan dari leluhur "Manusia Harimau" kepada Anto itu, benar-benar terjadi dan terbukti. Hingga suatu hari aku pindah rumah keluar dari kampungku, karena aku telah menempati rumah baru di lain kelurahan, bahkan beda kecamatan, meskipun masih satu kota dengan Anto.
Aku berharap Anto baik-baik saja, dan jika pun dia mengalami kesurupan leluhur "Manusia Harimau" lagi, mudah-mudahan ada orang yang bisa menolong dan membantunya.
* T A M A T *
Terima kasih Teman-teman yang sudah setia mengikuti kisah Nyataku ini, semoga bermanfaat dan bisa menghibur...Aamiin...🤲
Mohon maaf atas segala kehilafan dan kekurangannya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته...🙏☺️
*****
Sebelumnya