KERASUKAN LELUHUR MANUSIA HARIMAU (Part 1)
JEJAKMISTERI - Pukul 01.00 dini hari pintu rumahku ada yang mengetuk ketuk.
"Tok...tok...tok...
"Tok...tok...tok...
"Assalaamu'alaikum...," seru seseorang di luar pintu rumahku.
Aku pun segera terbangun karena merasa kaget dengan suara pintu yang diketuk-ketuk dengan keras.
Aku segera bangkit dari tempat tidurku dan langsung keluar dari kamar tidurku untuk membuka pintu.
"Assalaamu'alaikum...Pak Ustadz...," Serunya lagi.
"Wa'alaikum salaam...Ya sebentar...," Jawabku dari balik pintu.
Setelah pintu rumahku kubuka, aku melihat seorang wanita tua separuh baya yang sudah aku kenal. Beliau adalah salah satu tetanggaku yang bernama Bu Tari. Dengan wajah cemas beliau memohon kepadaku,
"Mohon maaf Pak Ustadz...saya mau minta tolong, anak menantu saya tiba-tiba mengamuk tanpa sebab, saya pun merasa heran dan merasa khawatir, karena dia secara tiba- tiba bersikap bengis dan kejam kepada siapapun. Saya mohon Pak Ustadz bisa menolong kami," pinta Bu Tari kepadaku.
"Ya Bu...insya Alloh saya nanti ke rumah ibu, saya mau mengambil air wudhu dulu sebentar," jawabku.
" Ya Pak Ustadz, silahkan...saya tunggu secepatnya di rumah saya ya Pak Ustadz," kata Bu Tari sambil berlalu dari hadapanku.
Aku pun langsung berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sebentar dan mengambil air wudhu di luar kamar mandi. Seusai mengambil air wudhu aku segera berangkat menuju rumah Bu Tari yang hanya berjarak dua puluh meteran dari rumahku. Sesampainya di rumah Bu Tari, aku melihat Anto, menantu dari Bu Tari sedang dipegangi oleh empat orang laki-laki.
Anto meraung raung sambil meronta ronta dari pegangan empat orang laki-laki itu, suaranya bagaikan suara harimau kesakitan, hingga membuat tetangga sekitar rumah merasa terusik dan terbangun mencari sumber suara itu.
Sementara itu aku langsung duduk di hadapan Anto yang masih berusaha untuk melepas pegangan keempat orang laki,-laki itu.
Kulihat sepasang mata Anto kini benar-benar memancarkan pandangan kebencian melihat kedatanganku. Aku pun berusaha untuk tetap bersikap tenang sambil menyelidiki kondisi Anto yang sesungguhnya.
Dari sikap dan perangainya yang seperti itu, kesimpulanku si Anto saat itu sedang kerasukan makhluk ghaib. Maka untuk mengatasi keadaan Anto yang sedang dalam pengaruh makhluk ghaib itu...aku pun beruluk salam kepadanya.
"Assalaamu'alaikum...," uluk salam ku kepadanya.
Ternyata uluk salam ku pun tidak dijawab olehnya, hingga sampai yang ketiga kalinya, dia baru menjawab, itu pun dengan nada suara yang ketus sambil menahan amarah.
"Wa'alaikum salaam...," Jawabnya dengan suara berat yang agak serak.
"Siapa kamu sesungguhnya wahai Kisanak ?" Tanyaku lembut.
Makhluk ghaib yang berada di dalam tubuh Anto itu tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya mengerang dan meraung raung seperti suara harimau. Aku pun mengulangi pertanyaanku yang sama, bahkan sampai yang ketiga kalinya. Tapi sepertinya makhluk ghaib itu tidak mau menjawab juga.
Maka aku pun membaca beberapa ayat-ayat suci Al Qur'an dari Surah Al Baqoroh ayat seratus dua dan seratus tiga, tentunya setelah sebelumnya kuawali dengan membaca dua kalimat syahadat tiga kali dan istighfar tiga kali. Ayat tersebut memiliki Fadhilah sebagai pendeteksi keberadaan makhluk ghaib, baik di dalam tubuh manusia maupun di dalam rumah.
Dan benar...beberapa saat kemudian makhluk ghaib yang berada di dalam tubuh Anto pun mulai beraksi, dan dia menjawab uluk salam dariku, meskipun dengan terpaksa dan kesal.
"Wa'alaikum salaam...," Jawabnya.
Aku pun melanjutkan bertanya dengan berusaha untuk berdialog secara baik-baik dengan makhluk ghaib itu.
"Maaf...sesungguhnya engkau ini siapa dan darimana asalnya ?" Tanyaku kepada makhluk ghaib itu.
"Siapapun engkau dan darimanapun asalmu, aku mohon sekarang juga engkau keluar dari tubuh orang ini !" Perintahku kepada makhluk ghaib itu.
Tiba-tiba dia berteriak histeris sambil meraung-raung, kemudian dia pun berkata,
"Apa urusanmu denganku, wahai anak manusia ?" Tanyanya kepadaku sambil memerah matanya menatap dengan tajam ke arahku.
"Tentu saja aku punya urusan denganmu, karena saat ini engkau berada di dalam tubuh manusia, yang bukan tempatmu," jawabku dengan tegas.
"Sekali lagi aku bertanya kepadamu, siapa sesungguhnya engkau dan berasal darimana ?" Tanyaku lagi.
Kulihat tubuh Anto mulai meronta ronta lagi, dan nyaris lepas dari pegangan keempat laki-laki yang dari tadi masih berusaha untuk memeganginya dengan erat.
Maka aku pun mulai membaca Do'a hijib Syakron, dan seketika itu dia pun menjerit merasa panas dan kesakitan.
*******
Tiba-tiba makhluk ghaib yang ada di dalam tubuh Anto mengerang kesakitan,
"Aduuuh...panaaas...panaaas...," Teriaknya.
"Jangan sombong kau anak manusia...aku telah hidup di dunia ini sudah ratusan tahun yang lalu, kau hanyalah anak kemarin sore...," Gertaknya.
"Mohon maaf...jika aku sudah lancang berani kepadamu, karena sebelumnya aku pun sudah bersikap baik terhadapmu, tapi justru engkau yang sombong, merasa lebih tua dan memandang sebelah mata kepada anak manusia kemarin sore seperti diriku," kataku tetap dengan rendah hati.
"Maka sekarang aku minta kepadamu untuk segera keluar dari tubuh ini !" Perintahku.
"Ha...ha...ha..., aku tidak akan keluar dari tubuh ini, karena dia adalah adalah keturunanku sendiri, aku berhak berada di dalam tubuhnya...," Tentangnya.
"Oooh begitu ya...baiklah, kalau engkau tidak mau keluar dari tubuhnya juga, maka dengan sangat terpaksa aku akan mengeluarkanmu dengan caraku...aku sudah memintamu secara baik-baik, tapi sepertinya engkau tidak menghargai kebaikanku...,"Kataku sambil memberikan peringatan terakhir (SP 3).
"Mungkin sudah saatnya aku harus memukulnya dengan pukulan ghaib Hijib Syakron, agar dia segera keluar dari tubuh Anto," pikirku dalam hati.
"Mohon izin Romo Kyai, aku akan menggunakan ilmu yang telah engkau ijazahkan kepadaku untuk kemaslahatan umat," bisikku lagi.
Lalu aku pun mulai membaca Do'a nya, sambil aku kerahkan sedikit tenaga dalam yang aku salurkan melalui tiupan udara yang keluar dari rongga mulutku...dan kuarahkan kearah wajah Anto...
"Allohu Akbar...wuzzz....,"
Maka seketika itu juga berhembus lah angin berhawa panas meluncur keluar dari mulutku dan langsung menghantam makhluk ghaib yang berada di dalam tubuh Anto, tubuh Anto pun terhempas bahkan terlepas dari pegangan empat orang laki-laki tadi dan terpental beberapa langkah ke belakang, tergeletak tidak berdaya.
Makhluk ghaib yang berada di dalam tubuh Anto pun mengerang kepanasan & kesakitan, dan dia berseru lirih...
"Ampuuun...ampuuun...panaaas...panaaas..., baiklah aku akan keluar sekarang, tapi aku minta syarat...," Katanya sambil merintih kesakitan.
Aku pun memberi isyarat kepada keempat orang yang sebelumnya memegangi tubuh Anto untuk memeganginya kembali, karena sedikit pun aku tidak akan pernah percaya dengan makhluk ghaib seperti dia. Dibangunkannya tubuh Anto dengan posisi duduk berhadapan denganku dalam jarak satu meter.
"Apa syaratnya...?" Tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Aku minta agar anak ini datang ke tempatku ?" Kata makhluk ghaib itu.
"Di mana tempatmu ? Tanyaku.
"Di Pedalaman Kubu...," Jawabnya.
"Maaf...Pedalaman Kubu itu di daerah mana atau provinsi mana ? Tanyaku menyelidik.
"Pedalaman Kubu ya Pedalaman Kubu," jawabnya dengan ketus.
Aku menengok dan menatap ke arah keempat lelaki itu, dan menanyakan tentang keberadaan Pedalaman Kubu yang dimaksud oleh makhluk itu. Tapi sepertinya mereka tidak ada yang tahu, maka aku pun bertanya lagi kepada makhluk ghaib yang masih bersarang di dalam tubuh Anto itu.
"Pedalaman Kubu itu daerah mana ? Tanyaku kepada makhluk ghaib itu lagi.
Tapi makhluk ghaib itu tidak menjawab pertanyaanku. Namun tiba,-tiba dia berkata,
Sumatra...,' jawabnya.
"Sampaikan kepada anak ini, untuk datang ke tempatku, persis di bawah dua pohon kenari yang tumbuh di Pedalaman Kubu," kata makhluk ghaib itu lagi.
"Baiklah...nanti akan aku sampaikan pesanmu itu kepada Anto, tapi mengapa engkau menyuruhnya datang ke tempatmu itu ?" Tanyaku menyelidik.
"Dia adalah cicitku yang akan mewarisi ilmu dari leluhur kami, karena dia adalah salah satu dari tujuh manusia harimau generasi ketujuh kami," jawabnya sambil sesekali meraung seperti suara seekor harimau.
"Baiklah...insya Alloh aku akan menyampaikan pesanmu itu kepada Anto...dan sekarang aku minta agar engkau segera keluar dari tubuh Anto !"
"Baiklah...aku akan pergi, tapi ingatlah wahai anak manusia...kutunggu kedatangan cicitku di tempatku, dan jika sampai empat puluh purnama dia tidak datang ke tempatku juga, maka akan aku bunuh semua orang yang tinggal di kampung ini..., wassalamu'alaikum...," Kata makhluk ghaib itu berpamitan sambil mengancam.
Bersamaan dengan keluarnya makhluk ghaib itu, berhembus pula angin yang cukup kuat keluar dari tubuh Anto, bahkan sempat membuat tubuhku sedikit terdorong ke belakang sejenak.
"Hmmm...lumayan juga kekuatannya, hingga mampu menggoyangkan tubuhku...," bisikku lirih.
Kulihat Anto mulai tersadar sambil memegangi kepalanya.
"Ouh...sakit sekali kepalaku, apa yang terjadi denganku ?"
*******
"Tolong ambilkan segelas air putih untuk Mas Anto," pintaku kepada salah satu lelaki yang ikut memegangi Anto pada saat kerasukan.
"Siap Pak Ustadz...," Jawab lelaki itu tanggap.
Tidak lama kemudian, lelaki itu pun membawa segelas air putih yang langsung diberikan kepadaku.
"Terima kasih Mas...," Kataku.
Setelah segelas air putih itu kubacakan do'a, aku pun menyuruh Anto untuk segera meminumnya, agar pikirannya bisa kembali pulih sadar sepenuhnya.
Seusai meminum segelas air putih itu, kulihat Anto pun mulai sadar.
"Maaf Mas Anto...beberapa saat yang lalu, saudara kerasukan makhluk ghaib...," Jelasku kepada Anto.
"Coba Mas Anto ingat-ingat, sebelum Mas Anto mengalami kerasukan makhluk ghaib, saat itu kejadian apa yang terakhir kalinya Mas Anto ingat...?" Tanyaku.
"Ya Pak Ustadz...Anto ingat waktu itu pukul 23.00 wib, saya pulang dari rumah teman, tapi melewati jalan Nila di belakang Puskesmas," jelas Anto.
"Saat itu saya merasakan ada seseorang yang mengikuti saya dari belakang, tapi ketika saya menoleh ke belakang, saya tidak melihat siapapun Pak Ustadz...," Jelasnya lagi.
"Dan sesampainya di rumah, saya merasakan pada bagian punggung saya seperti masuk angin, dan leher pun mulai terasa kaku, lalu tidak lama kemudian, kepala saya terasa pusing, dan setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi Pak Ustadz...," Jelasnya lanjut.
"Mohon maaf Mas Anto, sebelumnya saya mau tanya sesuatu tentang orang tua Mas Anto, itu pun jika Mas Anto tidak keberatan," kataku.
"Tidak apa-apa Pak Ustadz, silahkan...," Jawab Anto.
"Selama ini yang saya tahu cuma bapak dari Mas Anto, dan beliau adalah asli warga kampung ini, tapi selama ini saya pribadi tidak pernah melihat ibu dari Mas Anto, apakah beliau masih hidup ?"
"Dan jika masih hidup, saat ini beliau tinggal di mana ? Tanyaku kepada Anto.
"Begini Pak Ustadz...ibu saya asli orang Melayu, beliau tinggal di perkampungan di dekat Hutan Pedalaman Kubu di Provinsi Riau,"
Jelas Anto.
"Sejak saya masih kecil, beliau telah pergi meninggalkan ayah dan saya untuk kembali ke kampung halamannya di Provinsi Riau, sepertinya ada insiden kecil atau kesalah pahaman di antara mereka yang membuat ibu saya memutuskan untuk meninggalkan kami Pak Ustadz," lanjutnya.
"Maaf Pak Ustadz...ada apa dengan kedua orang tua saya, apakah ada hubungannya dengan peristiwa kesurupan yang saya alami barusan Pak Ustadz ?" Tanya Anto menyelidik.
"Benar Mas Anto...," Jawabku singkat.
"Oh ya Pak Ustadz, waktu saya masih kecil bapak saya pernah bercerita kepada saya, bahwa ibu saya adalah anak tunggal dari salah satu keturunan anggota tujuh manusia harimau di kampungnya, dan karena ibu seorang perempuan, maka jika beliau menikah dan memilik anak laki-laki, dia akan mewarisi ilmu tujuh manusia harimau, karena saat itu jumlah manusia harimau dalam keluarga leluhur kami hanya tersisa enam orang, jadi saya lah yang akan menjadi manusia harimau ketujuh Pak Ustadz," jelas Anto kepadaku.
"Oh begitu ya...," Kataku.
Akhirnya aku menceritakan tentang peristiwa kesurupan yang menimpa Anto, dari pertama sampai akhirnya dia tersadar kembali.
Aku pun menyampaikan amanat pesan dari leluhur Manusia Harimau yang merasuk ke dalam tubuh Anto.
Dan sepertinya Anto masih bingung menyikapi pesan dari leluhurnya yang baru saja aku sampaikan kepadanya.
"Mohon petunjuk dari Pak Ustadz, sebaiknya apa yang harus saya lakukan untuk menyikapi pesan dari leluhur saya Pak Ustadz, apakah saya harus mengikuti permintaannya ataukah mengabaikannya ?" Tanya Anto kepadaku.
"Maaf Mas Anto, karena hal ini adalah urusan keluarga dan berhubungan erat dengan amanat dari leluhur Mas Anto sendiri, maka saya merasa tidak berhak ikut campur dalam urusan ini...mohon maaf," kataku.
"Tapi...saya minta tolong kepada Pak Ustadz, sudilah kiranya memberikan saran untuk saya, agar saya tidak sampai salah dalam mengambil keputusan dalam masalah ini Pak Ustadz...," Kata Anto sambil memohon kepadaku.
"Baiklah...insya Alloh saya akan membantu Mas Anto, tapi sebelumnya ada beberapa hal yang ingin saya ketahui terlebih dahulu dari perasaan Mas Anto dalam menyikapi masalah ini," kataku kepada Anto.
"Siap Pak Ustadz...Monggo," kata Anto sigap.
"Yang pertama...apakah Mas Anto memiliki niat dan minat untuk bergabung dengan ilmu leluhur"Tujuh Manusia Harimau" itu ?" Tanyaku kepada Anto.
"Saya tidak memiliki niat maupun minat sama sekali Pak Ustadz, karena saya ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya, saya tidak ingin terikat dengan perjanjian apapun dengan para leluhur kami," jawab Anto tegas.
"Syukur Alhamdu lillaah kalau begitu, sehingga nantinya Mas Anto bersama istri dan anak-anak keturunannya akan lebih mudah dalam melewati perjalanan hidup ini, karena tidak ada urusan apapun dengan ilmu para leluhurnya," jelasku.
"Yang kedua...apakah Mas Anto akan memenuhi permintaan leluhur manusia harimau itu, untuk mendatangi tempat beliau di Pedalaman Kubu, di Riau ?" Tanyaku yang kedua kalinya kepada Anto.
"Mohon petunjuk dari Pak Ustadz..., sebenarnya saya tidak mungkin memenuhi permintaan beliau, karena selain membutuhkan waktu dan biaya, saya juga tidak ingin terjebak dalam perjanjian dengan para leluhur saya Pak Ustadz...," Jelasnya.
"Tapi kalau saya tidak memenuhi permintaan beliau, saya merasa khawatir dengan ancaman beliau yang katanya akan membunuh semua orang sekampung di sini, bagaimana dengan ancaman ini Pak Ustadz ?" Tanya Anto bimbang.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya