Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KUTUKAN DARI ALAM KUBUR (Part 2 AND)


JEJAKMISTERI - Pagi yang cerah Sulaiha dan Rizka beristirahat cukup nyaman malam itu. Bahkan Rizka sampai lupa Bang cendol beristirahat di mana. Setelah diingat-ingat terakhir ngobrol bersama-sama di ruang tamu terus masing-masing masuk beristirahat di kamar.

"Eh itu Bang cendol. Tumben jam segini masih molor. Kenapa malah tidur di ruang tamu, ya? Apa nenek tidak memberi tau kamar khusus tamu?" batin Riza. 
Saat Rizka mendekati niat hati mau membangunkan, terdengar suara nenek dari belakang.

"Biarkan saja, Riz. Bang cendol kelelahan sepertinya, malam tadi habis ngobrol sendiri di ruang tamu, nenek suruh ke kamar beristirahat tidak mau, sepertinya ngobrol sendiri sampai mendekati subuh."

"Ah... Yang benar, Nek. Emang nenek gak liat sama siapa Bang cendol ngobrol?"

"Gak liat, Riz. Cuma pas nenek mau sholat subuh negur Bang cendol, eh... malah nenek dimarahin."

Mendengar perbincangan nenek dan Rizka. Bang Cendol terbangun, matanya merah dengan sedikit kebingungan karena sudah lewat waktu subuh. Sedikit malu juga kenapa malah kesiangan bangunnya.

"Jam berapa, Riz? Kok gak ada yang bangunin tadi subuh?"
Melihat Nek Hindun, Bang cendol sedikit waspada Karena mengingat kejadian malam. Nek Hindun seperti kerasukan tingkahnya.

"Mandi terus sarapan dulu, Bang. Udah mendekati jam 10 lho itu," ucap Sulaiha.

Setelah beberapa lama Bang cendol selesai mandi dan sarapan, dengan cepat menemui Nek Hindun dan Rizka yang sedang asik ngobrol bersama Sulaiha.

"Duduk, Bang," tawar Nek Hindun

"Saya berdiri saja, Nek. Sudah cukup malam tadi nenek menampilkan suatu keanehan," sergah Bang cendol.

Rizka dan Sulaiha kebingungan memperhatikan Bang cendol, melihat nenek seperti orang ketakutan padahal malam tadi saat datang nyaman saja.

"Istighfar, Bang. Semua kejadian malam tadi itu hanya mimpi saja," ucap Nek Hindun.

"Gak mungkin, sangat jelas aku dan nenek ngobrol sampai subuh," tukas Bang cendol kesal.

Sulaiha dan Rizka hanya terdiam melihat Bang cendol marah kepada Nek Hindun.

"Dia orang tua Rizka, yang Bang cendol lihat itu sebenarnya bukan nenek, dia menyerupai saja di alam mimpi," jelas Nek Hindun.

Mendengar perkataan nenek, Rizka terkejut. Selama ini nenek tidak pernah bercerita tentang orang tuanya. Yang Rizka tau sejak dulu kedua orang meninggal kecelakaan.

"Maksudnya, Nenek, tentang kedua orang tua Rizka?"

Nenek hindun memandang wajah Rizka, sejak bayi hingga sekarang memelihara, membesarkan mendidik hingga dewasa, mungkin ini waktunya memberi tahu siapa kedua orang tuanya.

"Sebenarnya ada apa, Nek. Kenapa nenek tidak menceritakan kejadian kedua orang tua ku?" tanya Rizka dengan mata berkaca-kaca menahan tangis kesedihan.

"Kedua orang tua kamu itu dukun sakti penganut ilmu hitam, ibu kamu itu, Riz. Sesudah menikah hingga mengandung kamu, tidak pernah sama sekali memperhatikan kandungannya hingga lahirlah bayi mungil perempuan."

Bang cendol, Sulaiha dan Rizka mendengarkan cerita Nek Hindun dengan serius. Sesekali Nek Hindun meneteskan air matanya mungkin sangat berat menceritakan keadaan kedua orang tua Rizka.

"Di tengah malam hujan sangat deras kedua orang tua kamu bergegas membawa Rizka kecil ke gubuk di tengah hutan," Jelas nek Hindun menceritakan awal mula petaka kedua orang tuanya

**

"Malam ini juga anak kita harus di tumbalkan. Demi kesempurnaan ilmu kita, Bu," ucap Helmy kepada istrinya Rahmi Arjanti

"Astaghfirullah, apa yang akan kalian lakukan! Istighfar, Nak. Itu anak darah daging kalian sendiri," ucap Nek Hindun datang ke tengah hutan.

"Urus orang tua kamu, jangan ikut campur urusan kita," sergah Helmy dengan lantang berbicara di tengah derasnya hujan. Memerintahkan Rahmi mengusir orang tuanya.

Nek Hindun tidak tinggal diam dia pun berusaha merebut Rizka mungil dari tangan Helmy hingga akhirnya aksi tarik menarik tidak bisa di hindarkan.

Rahmi Arjanti yang memang anak nek Hindun malah ikut membantu Helmy dalam mempertahankan anaknya demi sebuah ilmu Hitam yang tinggi.

"Lepaskan anak ini, dia tidak berdosa, dia suci, tega kalian mau menumbalkan anak sendiri demi ilmu Hitam," teriak Nek Hindun sambil menarik-narik Rizka yang masih bayi.

Tiba-tiba Helmy dan Risma Arjanti seperti orang ketakutan melihat di belakang Nek Hindun. Anaknya yang sudah siap ditumbalkan akhirnya terlepas ke pelukan Nek Hindun.

"Apa yang kamu lakukan di sini!" tanya Risma Arjanti dengan mata melotot setengah ketakutan.

Nek Hindun merasa ada seseorang yang berdiri di belakang. Sosok perempuan berbaju hijau tidak salah lagi dia adalah Nyi Selaras. Kesempatan Nek Hindun keluar dari gubuk yang penuh sajen kembang serta menyan.

Helmy dan istrinya, Rasmi Arjanti, hanya terdiam melihat nek Hindun berlari membawa Rizka keluar rumah. Demi menyelamatkan cucunya apa saja akan dilakukan nek Hindun walaupun nyawa sekalipun.
Terdengar suara ledakan saat nek Hindun berlari menjauh dari gubuk di tengah hutan, suara petir dibarengi kilat tiada hentinya menyambar ke arah rumah wadah kedua orang tua Rizka melakukan ritual sesat.

"Apa yang terjadi, Nek. Setelah itu?" tanya Rizka merasa penasaran akan cerita nek Hindun.

"Nenek mengamankan kamu, Riz. Di rumah warga yang sekiranya aman buat berlindung. Setelah itu nenek dan beberapa warga kembali ke tengah hutan dengan niat menemui kedua orang tua kamu, tapi setelah kita sampai di sana..." Nek Hindun terdiam sedang menahan air mata yang perlahan membasahi pipi, Rizka dan Sulaiha mendekat berusaha menenangkan Nek Hindun.

"Sebaiknya Nenek istirahat saja dulu," ucap Bang Cendol mungkin merasa bersalah akan sikapnya tadi memarahi Nek Hindun.

"Kedua orang tua kamu, Riz, terbakar habis tidak ada satupun yang tersisa. Yang Nenek lihat ibu kamu masih bisa bergerak. Entah ilmu apa yang di gunakan dia hingga seperti itu. Dua sangat tersiksa mau meninggal tapi tidak bisa. Ya Allah, dosa yang tidak bisa di ampuni hingga seperti itu keadaan ibu kamu," jelas Nek Hindun.

"Malam itu juga Nenek dan beberapa warga menguburkan kedua orang tua kamu, kejadian aneh terulang kembali, Risma Arjanti kondisinya sudah terlihat gosong bersuara lantang dan nyaring."

"Percuma anak itu hidup dia sudah saya berikan susuk dan tanda, suatu saat pasti akan menjadi seperti aku," Suara itu membuat beberapa warga bergegas menguruk tanah kubur dan langsung pergi dari pemakaman, tidak ada azan, do'a bahkan talkin sekalipun.

Sejak saat itu tiap malam Nek Hindun dan Rizka selalu di teror arwah Risma Arjanti, tetapi tidak bisa karena sosok Nyi Selaras selalu mendampingi Rizka kecil hingga sekarang,

"Maafkan saya, Nek. Tadi sempat marah-marah," ucap Bang cendol

"Tidak papa, pasti Bang cendol mendapatkan pesan saat mengobrol bersama Rasmi Arjanti tadi malam."

"Ada sih, Nek. Tapi nanti saja di bicarakan, lebih baik malam ini saya lepas semua susuk yang ada di badan Rizka dan nenek."

Nek Hindun merasa malau karena sampai saat ini tidak bisa melepaskan susuk di badannya sendiri.

"Pasti pekerjaan Risma Arjanti, kan, nek. Selama dia hidup memasang susuk di badan Rizka dan nenek, secara diam-diam."

"Tapi, Bang. Apakah sanggup melepaskan susuk ini, secara banyak yang tidak bisa," Ucap Rizka khawatir karena nyawa taruhannya.

"Insyaallah bisa kok, Bang cendol pasti bisa mencari cara bersama leluhurnya untuk melepaskan susuk itu," Sulaiha menepuk pundak Bang cendol , karena tidak mau mengecewakan Nenek dan Rizka.

"Insyaallah, selepas sholat ashar bersiap-siap saja. Aku perlu bantuan Neng Arab, karena posisi susuk itu di bagian-bagian yang tidak seharusnya dipegang laki-laki," ucap Bang cendol kepada Neng Arab.

"Tapi, Bang." Neng Arab mencoba menolak tapi malah Bang cendol cuek.

"Ya sudah, nenek dan Rizka istirahat saja dulu, sebentar lagi waktu sholat dzuhur, aku mau mempersiapkan fisik buat nanti sore."

Selesai sholat zuhur Bang cendol memanggil orang tua berbolang, berharap beliau datang memberi sedikit masukan dalam membersihkan susuk di badan Rizka dan Nek Hindun, setelah menunggu beberapa lama akhirnya.

"Assalamu'alaikum, Langsung aja, Nak, ngambilnya. Ingatlah bacaannya," Beliau membisikkan sesuatu ke Bang cendol.

"Enggeh, doakan ulun(saya)," Jawab Bang cendol. Beberapa detik kemudian orang tua berbolang menghilang dari pandangan.

Waktu begitu cepat Sulaiha merasakan hawa yang tidak nyaman begitu pun Rizka. Udara yang dingin tiba-tiba panas, cuaca tadinya cerah mendadak mendung, Risma Arjanti sepertinya tidak mau melepaskan Rizka dan Nek Hindun begitu saja.

"Pikirankan kembali, Bang. Matang-matang yakin mau melepas tanda dan susuk itu dari badan Rizka?" tanya Sulaiha di depan kamar, yang merasa khawatir akan keselamatan Bang cendol.

"Kita lihat saja, Neng. Yang penting mereka terbebas dari teror Risma. Ayok kita ke ruang tamu sepertinya Rizka bersama nenek sudah menunggu kita."

Rizka dan nek Hindun sudah siap di ruang tamu duduk bersama-sama menunggu Sulaiha dan Bang Cendol. Perasaan harap-harap cemas sudah mulai ditampakkan Rizka. Tirai jendela, pintu sudah di kunci rapat.
Tidak berapa lama Bang cendol datang dan langsung duduk di belakang Rizka dan Nek Hindun.

"Sulaiha mana, Bang?"

"Ada, Riz. Sebentar lagi datang, nah itu dia datang."

Sulaiha hanya duduk di sebelah Bang cendol, bersiap apa yang akan di minta saat mengambil susuk di bagian yang tidak bisa dijangkau laki-laki.

"Sudah siap kalian? Apa pun yang terjadi nanti jangan di tegur, itu bisa jadi gangguan dari alam lain." Pesan Bang cendol serius kepada Rizka, Sulaiha serta Nenek hindun.

"Assalamu'alaikum, aku yang mendampingi kamu saat mengambil susuk di badan Rizka," ucap Nyi Selaras duduk di sebelah Rizka. Bang cendol hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Bang cendol mulai bekerja satu persatu susuk di badan Nek Hindun dengan mudah di ambil, yang paling banyak di bagian wajah. Sedangkan di badan Rizka keluar susuk dari kepala,tangan, dada( maaf) bokong hingga kaki sudah diambil tidak ada hambatan sama sekali. Yang terakhir di bagian kelamin tugas Sulaiha.
Saat mau diambil suasana berubah tiba-tiba lampu mati, mendadak hujan sangat lebat disertai angin kencang.

Deg...!

Waktu berhenti. Bang cendol lihat semua terdiam tidak ada suara hanya hening senyap di depan mata terlihat sebuah pintu bertirai kuning,

"Apa pun yang terjadi cepat kembali, Nak," ucap Nyi Selaras di depan pintu.

Ternyata Bang cendol tidak tau sedang malih rogo bersama Nyi Selaras ke alam sebelah, perlahan dia melangkahkan kaki menuju pintu bertirai kuning. Suara riuh keramaian terdengar jelas di balik pintu.

Krek... Krek... Pintu terbuka dengan sendirinya tanpa disentuh.

"Cepat masuk, di dalam ada Risma Arjanti menunggu. Aku tidak bisa mendampingi, hanya bisa menjaga pintu biar tetap terbuka," ucap Nyi Selaras. Mungkin kalau tertutup Bang cendol bakal tidak bisa kembali ke alam dunia .

Suasana yang sangat ramai lalu lalang orang ke sana ke mari beraktivitas seperti keseharian manusia pada umumnya. Terdengar sayup-sayup nyanyikan sinden seorang perempuan .
Semakin masuk ke dalam kehidupan alam sebelah. Suara perempuan itu semangki jelas terdengar.

"Tidak salah itu pasti Risma Arjanti," batin Bang cendol.

Benar saja Risma Arjanti sedang duduk menunggu Bang cendol di atas panggung besar dan megah di kelilingi mahluk halus berbagai macam bentuk rupa.

"Selamat datang, silahkan duduk." Perintah Risma Arjanti, dengan pakaian serba hitam didampingi sosok wanita berkepala dua, berbadan babi kepala ular.

"Lepaskan Rizka, dia itu anak kamu."

"Akan aku lepas kalau kamu bisa mengalahkan pasukan yang ada di samping aku ini." Risma Arjanti menunjuk ke sosok perempuan wanita berkepala dua, berbadan babi sambil mendesis mirip ular berdiri siap menyerang Bang cendol kapan saja sesuai perintah Risma Arjanti.

"Kalau itu jalan satu-satunya akan aku hadapi semua yang ada di sini," sergah Bang cendol lantang berbicara sampai terdengar semua mahluk yang ada di sana.

Tanpa sedikit keraguan mahluk pendamping Risma Arjanti mendekat, dengan cepat dan langsung mengibaskan ekornya, badan Bang cendol pun terpental, di tambah 3 harimau hitam suruhan Risma siap menyerang Bang cendol yang terbaring.

"Hanya segitu kemampuan kalian?" sergah Bang cendol kepada Risma Arjanti.

Tiga harimau hitam itu pun menyerang Bang cendol tanpa ampun. Bahu, tangan serta leher jadi incaran mereka, ditambah perempuan berkepala dua ikut serta menggigiti kaki Bang cendol. Kondisi yang tidak mungkin bisa menang melawan mereka, hingga akhirnya cahaya putih datang mengusir mahluk halus pendamping Risma Arjanti.

Masih ingat cerita Taldea Djalil jin pedalaman yang menjadi islam saat bertarung dengan Bang cendol, Yap... dia datang bersama pasukannya, pedang (S•••••) Tiba-tiba berada di tangan.

"Maju kalian semua," sergah Bang cendol menantang pasukan Risma Arjanti sambil mengacungkan pedang keseluruhan mahluk yang ada di sana.

Karena semuanya tidak ada yang berani mendekat termasuk Risma Arjanti, mau tidak mau Bang cendol yang sudah terbawa emosi menyerang mereka satu persatu bersama pasukan Taldea Djalil.
Hampir setengah pasukan Risma Arjanti habis dibunuh Bang cendol menggunakan pedang (S••••••) Hingga akhirnya Risma terpojok tidak bisa bergerak ke mana-mana.

"Baiklah akan aku lepaskan Rizka dan nek Hindun, silakan kamu mengambil susuk itu."

"Aku tidak percaya omongan kamu." Saat pedang siap menebas leher Risma.

"Hentikan, Nak. Jangan diteruskan, biarkan Risma Arjanti seperti itu, semua akibat perbuatan dia bersekutu bersama iblis kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang setimpal," ucap orang tua berbolang membujuk Bang cendol mengurungkan niatnya untuk membunuh Risma di alam sebelah.

"Waktunya kembali, Rizka, Sulaiha dan nenek khawatir melihat kamu tidak sadarkan diri." Pinta Nyi Selaras

Bang cendol yang tergolong memiliki emosi sangat tinggi saat situasi seperti ini sangat sulit membujuknya, apalagi perbuatan Risma sangat kelewatan batas kepada anaknya.

"Kembali, Nak. Kasian sulaiha sangat cemas aku lihat." Suara yang sangat tidak asing bagi Bang cendol tidak salah lagi, saat menoleh ke belakang seorang laki-laki tua tersenyum dengan wajah bersinar. 
Dia Abah Sulaiha ternyata ikut datang membujuk biar Bang cendol kembali ke alam dunia secepatnya. Nyi selaras memegang pundak Bang cendol dalam hitungan detik sudah kembali ke depan pintu bertirai kuning.
Terlihat jelas nek Hindun, Rizka dan Sulaiha menampilkan wajah cemas.

"Terima kasih, kamu sudah membantu Rizka," ucap Nyi Selaras.

"Aku kembali dulu." Bang cendol pun kembali ke badan asalnya,

"Alhamdulillah, Bang. Udah sadar," ucap Sulaiha serta Rizka dan nek Hindun.

"Ini Susuk yang ada di badan Rizka semua." Bang cendol memperlihatkan di dalam genggaman tangan.

**

Risma Arjanti sampai sekarang masih tetap menebarkan kesesatan, menawarkan jalan yang sesat menjauhkan manusia dari jalan Allah.

Setahun kejadian itu Rizka akhirnya menikah bahkan memiliki anak laki-laki, walaupun kembali kandas rumah tangganya di tengah jalan karena suatu yang alami tidak ada campur tangan ibunya Risma Arjanti,
Nek Hindun setiap hari kondisi kesehatannya menurun akhirnya meninggal dunia setelah lahir cicit pertamanya.
Alfatihah khususon nenek Hindun.

Sebenarnya selama menulis cerita ini banyak gangguan, berkat doa perlindungan Allah SWT akhirnya bisa diselesaikan, walaupun masih banyak cerita yang di potong untuk mempersingkat cerita.

Bang cendol hanya manusia biasa tidak ada kelebihan apapun, kekurangan hanya ada diri si penulis, kesempurnaan hanya dimiliki Allah SWT.
[SEKIAN]

*****
Sebelumnya

close