Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MATI SEBELUM KEMATIAN (Part 2 AND)

JEJAKMISTERI - Meskipun rencanaku untuk takziyah ke rumah duka di rumah orang tua Dahlia tertunda karena kedatangan dua orang tamu di rumahku, tapi putri keduaku Tiara berangkat untuk bertakziah ke sana. Kebetulan antara Tiara dan Mawar masih punya hubungan kerabat , karena suami Mawar adalah paman dari suami Tiara.

Sesampainya di rumah duka, Tiara pun disambut oleh Mawar, dan dia bersalaman sambil berpelukan, Tiara mengucapkan rasa belasungkawanya kepada Mawar atas meninggalnya Dahlia,

"Mbak Mawar... Tiara turut berduka cita atas meninggalnya Mbak Dahlia ya...," Ucap Tiara bersedih.

"Ya Tiara, terima kasih...," Jawab Mawar.

Setelah bersalaman dan berpelukan dengan Mbak Mawar, Tiara pun disambut oleh ibunya Mawar sekaligus ibu dari Dahlia. Dan tidak jauh dari Mawar berdiri seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang, dan dia sepertinya masih kerabat Mawar. Dia langsung menghampiri Mawar dan bertanya,

"Maaf Mbak Mawar... dia itu putrinya Pak Ustadz Adi ya ?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah Tiara.

Mendengar namanya disebut, Tiara pun menghampiri gadis itu dan mengajak untuk berjabat tangan.

"Benar Mbak... saya putri dari Pak Ustadz Adi ?" Kata Tiara sambil menahan rasa heran, karena gadis cantik itu mengenal nama Abahnya.

"Maaf Mbak... kamu kenal dengan Abah saya ?" Tanya Tiara.

"Benar Mbak... sebelumnya kami memang tidak saling mengenal, tapi semalam kami bertemu di dunia lain Mba, saat itu Pak Ustadz sedang menolong Mbak Dahlia yang sedang dikurung di dalam krangkeng besi, beliau sedang bertarung dengan makhluk berbadan manusia tapi berkepala Anjing," jelas Gadis Putri Indigo itu.

"Tolong nanti sampaikan maaf saya kepada beliau, jika semalam mungkin sikap saya telah membuat hati Pak Ustadz tersinggung, tapi maksud saya adalah agar Pak Ustadz tidak terlibat terlalu dalam, karena nanti pasti akan berlanjut terus, saya tidak ingin orang baik dan jujur seperti beliau berurusan dengan dukun dukun durhaka berhati iblis, seperti mereka" jelas Gadis Putri Indigo itu lagi.

"Ya Mbak tidak apa apa, saya percaya Abah juga mungkin sudah memahami sikap kamu," kata Tiara berusaha untuk tetap bersikap santun.

Tiara masih penasaran dengan gadis cantik berambut panjang itu,

"Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku adalah putri dari Pak Ustadz Adi," gumamnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian Tiara melihat Gadis Cantik itu mendekati jenazah Dahlia di atas keranda yang masih berada di dalam ruang tamu, dan menyuruh Mawar untuk mengambil segenggam beras. Setelah Mawar membawa segenggam beras, lalu diletakkan di atas piring keramik, dan Gadis Cantik yang berkulit putih dan berambut panjang itu, meletakkannya persis di bawah keranda jenazah Dahlia yang mulai membiru.

Tiara melihat Gadis itu duduk bersilah di depan jenazah Dahlia yang berada di atas keranda itu, dan belum lama Gadis itu membaca beberapa untaian kalimat do'a, tiba tiba beras itu bergetar dan bergerak gerak ke atas dan jatuh lagi ke piring keramik itu. Tiara juga melihat ada keringat yang keluar dari kening jenazah Dahlia.

"Aneh... padahal Dahlia kan sudah meninggal, kok keningnya masih bisa mengeluarkan keringat...?" Tanyanya dalam hati keheranan.

Semua orang yang bertakziah saat itu ikut menyaksikan kejadian aneh itu.

Ibu Dahlia yang ikut menyaksikan kejadian itu pun menangis dan bertanya kepada Gadis itu,

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan anakku Dahlia ?" Tanyanya sambil menangis dan menatap Gadis Indigo itu.

"Mohon maaf Bude... saat ini saya belum bisa menjelaskan peristiwa yang sebenarnya menimpa kepada Mbak Dahlia," jawab Gadis itu.

"Saat ini saya hanya sedang berusaha untuk merebut Sukma dari jenazah Mbak Dahlia yang telah mereka ambil, dan untuk lebih jelasnya nanti Bude bisa menanyakan kepada Pak Ustadz Adi, sepertinya beliau tahu masalah ini," jelasnya lagi.

"Ya sudah... tolong kalau ritualmu sudah selesai, tolong segera hubungi Pak Lebe untuk mempersiapkan pemakaman jenazah Dahlia," kata Ibunya Dahlia sambil terisak dan masuk ke dalam kamarnya.

"Baik Bude...," Jawab Gadis itu singkat.

Setelah ritual yang dilakukan Gadis Indigo itu selesai, bersamaan dengan itu pula putra sulung dari Almarhumah Mbak Dahlia tiba dari Jakarta di ruang tamu, dan langsung menghampiri jenazah ibunya sambil dipeluk dan menangisinya. Maka orang orang yang sedang takziyah yang berada di ruang itu pun ikut meneteskan air mata, terharu.

Setelah semua keluarga dan kerabat dari Almarhumah Dahlia berkumpul, maka mereka pun segera menutup kerandanya, lalu dibawa ke Musholla terdekat untuk disholati.

*******

Seusai disholati, jenazah Dahlia langsung diberangkatkan menuju pemakaman umum yang berjarak dua kilometer dari tempat tinggal ibunya itu. Anakku Tiara meneleponku memberitahukan keberangkatannya ke pemakaman, tapi aku tidak bisa ikut untuk mengantarkan jenazah Dahlia ke pemakamannya. Karena aku masih harus menemui kedua orang tamuku sampai urusan mereka selesai.

Setelah kedua orang tamuku berpamitan, aku segera bersiap siap untuk menyusul ke pemakaman. Aku pun menelpon Tiara untuk menanyakan pemakamannya, tapi ternyata pemakaman jenazah Dahlia sudah selesai, bahkan Tiara juga sudah sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumahku.

"Hmmm... terlambat...," Bisikku.

Tidak lama kemudian kulihat Tiara telah kembali dari pemakaman dan memasuki rumahku.

"Assalaamu'alaikum...," Uluk salam Tiara sebelum masuk ke dalam rumahku.

"Wa'alaikum Salaam...," Jawabku.

"Bagaimana proses pemakaman jenazah Dahlia, Tiara ?" Tanyaku.

"Alhamdu lillaah lancar Abah, tidak ada kendala apapun," jawab Tiara.

"Hmmm... syukurlah...," Gumamku lirih.

"Memang ada apa Abah ?" Tanya Tiara penasaran.

"Tidak ada apa-apa... oh iya, apakah Tiara bertemu dengan gadis cantik, berkulit putih dengan rambutnya yang lurus panjang pada waktu di rumah duka ?" Tanyaku mulai menyelidik.

"Oh iya Abah... dia namanya Mbak Putri, dia juga mengenal Abah, katanya sempat bertemu dengan Abah ketika sedang berusaha untuk menyelamatkan Mbak Dahlia di dunia lain," jelasnya.

"Siapa sebenarnya dia Abah, karena pada saat melihat Tiara di rumah duka, dia bisa langsung tahu bahwa Tiara ini putri Abah ?" jelasnya lagi sambil bertanya.

"Dia gadis indigo, dan menurut pengakuannya dia masih kerabat dari keluarga Almarhumah Dahlia, kami bertemu di dunia lain pada saat sama sama ingin membantu menyelamatkan Sukma Dahlia dari cengkraman makhluk ghaib yang berbadan manusia tapi berkepala anjing." jawabku.

"Mohon maaf Abah... sebenarnya apa yang terjadi dengan Mbak Dahlia ?" Tanya Tiara.

"Ceritanya cukup panjang, suatu saat nanti Abah akan menceritakannya kepadamu, tapi tidak bisa sekarang, karena masih ada urusan yang berhubungan dengan kematian Dahlia yang harus Abah selesaikan, nanti," jawabku.

"Oh iya Abah...," Kata Tiara menimpali jawabanku.

Pada sore harinya, seusai sholat isya aku pun berangkat menuju rumah duka, untuk mengikuti acara Do'a bersama dan tahlilan atas meninggalnya Dahlia. Aku datang terlambat, karena sesampainya di sana acara itu pun sudah dimulai. Aku pun mengikuti acara tersebut sampai dengan selesai.

Pukul 21.00 wib aku pun berpamitan kepada keluarga Almarhumah Dahlia untuk kembali pulang ke tempat tinggalku. Dan pada malam harinya aku bermimpi, dan dalam mimpiku itu aku mendatangi rumah Dahlia. Kulihat banyak orang berkerumun di halaman atau tepatnya di jalan raya di depan rumah Dahlia.

Aku pun memasuki rumah Dahlia dan sesampainya di dalam rumah itu, aku hanya melihat suami dan anak-anak Dahlia. Kulihat suami dan anak-anaknya sedang tertunduk menangis. Tidak lama kemudian aku pun keluar dari rumah itu dan berjalan menuju halaman rumahnya. Kulihat orang-orang itu tiba-tiba meninggalkan rumah Dahlia dan berjalan menuju rumah masing-masing..

Beberapa saat kemudian, ada seorang kakek tua memanggil manggil namaku.

"Pak Ustadz... Pak ustadz, hati-hati ya, karena orang yang mengambil sukmanya Dahlia itu adalah seorang Dukun yang sangat tinggi ilmu kesaktiannya, bahkan dia bisa tahu dan mengenal Pak Ustadz, sejak pak Ustadz didatangi Mawar dan Dahlia pertama kalinya di rumah Pak Ustadz," jelas lelaki tua itu.

Bahkan dalam mimpiku itu, beliau menyebutkan nama Dukun itu, sekaligus menyebutkan sebuah nama kota asal Dukun itu yang berasal dari propinsi sebelah barat. Beberapa saat kemudian, aku pun terbangun dari tidurku. Aku masih mengingat ingat tentang mimpiku baru saja.

"Hmmm... sudah kuduga dari semula, Dukun itu memang berasal dari daerah sana...," Bisikku.

Kulihat jam dinding di kamarku telah menunjukkan pukul 02.00 wib, aku pun segera bangkit dari tempat tidurku dan langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Setelah mengambil air wudhu, aku pun kembali ke dalam kamar untuk melaksanakan beberapa sholat Sunnah.

Seusai sholat Sunnah, berdzikir dan berdo'a, aku pun menyempatkan diri lagi untuk bermeditasi. Terlebih setelah aku mendapatkan informasi sebuah nama seorang Dukun dari mimpiku beberapa saat yang lalu. Karena aku masih berharap untuk bisa menyelamatkan Sukma dari Dahlia.

Aku mulai bermeditasi seperti biasa, dengan posisi duduk bersilah menghadap ke arah kiblat, dengan kedua tanganku kuletakkan di atas lutut masing-masing. Kedua mataku pun mulai kupejamkan. Kupusatkan pikiranku pada sebuah titik cahaya. Dan beberapa saat kemudian, perlahan lahan aku mulai bisa melihat sebuah tempat seperti ruang tamu.

Aku melihat seorang lelaki setengah baya mengenakan kopyah putih sedang duduk dan berbicara dengan seorang wanita yang masih muda, sepertinya seumuran dengan Almarhumah Dahlia. Dari pembicaraan mereka, akhirnya aku mengetahui, ternyata lelaki setengah baya itu adalah seorang dukun, dan namanya sama dengan nama yang aku tahu dari mimpiku semalam. Dan wanita itu ternyata adalah mantan istri pertama dari mas Ajiz, suami almarhumah Dahlia.

*******

Dari penuturan Maryati, nama mantan istri pertama Aziz kepada Dukun Tua yang bergelar Mbah Haji atau Mbah Ji itu, aku menyimpulkan bahwa dia sebenarnya masih mencintai Aziz mantan suaminya, tapi karena kedua orang tuanya sudah tidak suka dengan Aziz hanya karena Aziz seorang kuli/ buruh montir di sebuah bengkel mobil, maka menyuruh mereka untuk bercerai. Dan sejak itulah Maryati merasa tidak rela dengan wanita manapun yang akan menjadi istri Aziz.

Dengan Aziz, Maryati telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang saat itu telah berumur dua tahun. Dan Aziz pun tetap bertanggung jawab dengan selalu mengirimi uang untuk kebutuhan putranya itu, bahkan hingga saat usia putranya itu tujuh belas tahun.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa tahun setelah Aziz menikah dengan Dahlia, mereka pun telah dikaruniai tiga orang anak dan kehidupan ekonomi mereka pun mengalami kemajuan, sehingga hal ini membuat Maryati merasa menyesal dan sakit hati. Dan entah siapa yang telah memprovokasi hatinya, akhirnya Maryati pun mulai merencanakan niat jahatnya untuk melenyapkan Dahlia.

Suatu hari Maryati pun mencari seorang Dukun Santet, dan dengan diantar oleh seorang teman dekatnya yang telah memberikan informasi tersebut, dia pun pergi mendatangi Dukun Santet yang tempat tinggalnya di luar kota, bahkan di luar provinsi tempatnya tinggal. Dari sinilah niat jahat Maryati mulai dijalankan.

Itulah cerita yang aku dengar dari penuturannya Maryati istri Aziz, kepada Dukun Santet itu. Dan setelah aku mendapatkan informasi itu, aku pun segera kembali dan mengakhiri ritual meditasiku. Perlahan lahan kedua mataku kubuka, dan kucoba untuk mengembalikan kesadaran ku dari alam bawah sadarku secara pelan pelan. Kuhirup nafas dalam dalam untuk menstabilkan pernafasanku, dan kulihat jam di dinding telah menunjukkan pukul 04.00 wib.

Tanpa kusadari, ternyata aku telah berada di dalam dimensi alam meditasiku selama sembilan puluh menit.

"SubhanAlloh... walhamdu lillaah...," Bisikku lirih.

Beberapa menit kemudian, aku pun mendengar suara kumandang adzan dari sebuah masjid yang ada di kampung tempat tinggalku. Maka aku langsung segera bangkit dari tempatku bersilah menuju ke belakang rumah untuk mengambil air wudhu kembali. Kemudian setelah merapikan baju gamisku, aku pun berangkat menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat Shubuh secara berjama'ah.

Beberapa hari telah berlalu, bahkan acara Do'a bersama dan tahlilan di rumah duka pun telah selesai selama tujuh malam berturut turut. Dan pada hari yang kesembilan, pada sore hari aku kedatangan tamu beberapa orang wanita. Mereka adalah Mawar, adik Almarhumah Dahlia, bersama ibunya serta Melati kakak Mawar.

Setelah menjawab uluk salam dari mereka, aku pun mempersilahkan kepada mereka untuk memasuki ruang tamu rumahku.

"Bagaimana kabar Mbak Mawar, ibu dan Mbak Melati, sehat semua ?" Tanyaku kepada mereka membuka percakapan.

"Alhamdu lillaah... kami sehat semua Pak Ustadz, cuma ibu yang mungkin masih kurang sehat, karena selama beberapa hari ini beliau kurang istirahat...," Jawab Melati, kakak Mawar.

"Syukur Alhamdu lillaah...semoga ibu pun segera pulih dan sehat kembali seperti sedia kala," kataku berharap, sambil mengatupkan kedua telapak tanganku yang kutujukan kepada ibu Mawar.

"Terima kasih atas do'a dari Pak Ustadz...," Kata Melati.

"Begini Pak Ustadz, kedatangan kami ke rumah Pak Ustadz, pertama adalah silaturrahmi, dan yang kedua adalah untuk mengantar ibu kami yang ingin bertemu dengan Pak Ustadz, kata beliau ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan kepada Pak Ustadz, seputar tentang kematian Mbak Dahlia," jelas Mawar kepadaku.

"Betul Pak Ustadz, saya sebagai ibu kandung dari Almarhumah Dahlia, sampai saat ini masih kepikiran terus dengan dia, sepertinya ada sesuatu yang janggal dengan kematiannya," kata ibu dari Mawar dan Melati itu.

"Saat itu ibu pernah menanyakan hal ini kepada Putri, keponakan ibu yang indigo itu, tapi kata Putri... ibu disuruh menanyakan langsung kepada Pak Ustadz, katanya Pak Ustadz yang tahu lebih banyak tentang masalah ini...," Jelas ibu mereka yang usianya hanya terpaut empat tahun lebih tua dariku.

Akhirnya dengan bekal informasi yang aku dengar dan aku dapatkan, baik dari Aziz suami Almarhumah Dahlia, maupun ketika aku bermeditasi, aku sampaikan semuanya kepada beliau, ibu Almarhumah Dahlia.
Dan tanpa sengaja aku telah membuat ibu mereka kembali meneteskan air matanya, karena merasa sedih telah kehilangan salah satu putri kandungnya.

"Trus bagaimana keadaan Almarhumah Dahlia saat ini Pak Ustadz, apakah dia sudah meninggal dalam arti yang sesungguhnya ataukah sukmanya masih berada di dalam kerangkeng Ghaib mereka atau bagaimana ?" Tanya ibu mereka lagi.

"Insya Alloh... Almarhumah Dahlia, telah kembali kepada Alloh dengan sebenarnya, dan sukmanya yang sempat terpenjara oleh makhluk-makhluk ghaib atas perintah Dukun Santet itu pun, insya Alloh sudah kembali kepada jazadnya," jelasku kepada mereka.

"Mohon maaf... bagaimana Pak Ustadz bisa tahu, jika memang keadaan dia demikian ?" Tanya Melati masih ragu.

"Dan kapan Almarhumah telah meninggal dunia dalam arti yang sebenarnya Pak Ustadz ?" Tanya Mawar ikut mendesak ku.

Aku pun langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka,

"Pada hari yang kelima sejak meninggalnya Almarhumah Mbak Dahlia, saya bangun tengah malam pada pukul dua dinihari, dan pada saat saya berjalan menuju ke kamar mandi, lalu mengambil air wudhu, saya merasakan kehadiran Almarhumah saat itu, hingga saya mengerjakan beberapa sholat Sunnah, berdzikir dan selesai berdo'a, saya pun masih merasakan keberadaannya dekat dengan posisi saya duduk bersilah," jelasku.

Aku pun melanjutkan penjelasanku kepada mereka.

*******

Aku pun melanjutkan penjelasanku kepada ibu Mawar, Melati dan Mawar, tentang Sukma Almarhumah Dahlia ;

Untuk lebih meyakinkan bahwa Sukma Dahlia saat ini sedang berada di dekatku, maka seusai sholat-sholat sunnah, berdzikir dan berdo'a, aku pun bermeditasi agar bisa terhubung dengannya. Seperti biasa, aku mengambil duduk bersilah menghadap kiblat, dan kedua telapak tanganku kuletakkan di atas kedua lutut masing-masing. Dengan posisi punggung tegak dan pandangan lurus ke depan, pelan-pelan kututup kedua kelopak mataku.

Aku memusatkan pikiran dan hatiku pada sebuah titik cahaya yang tampak saat setelah kupejamkan kedua mataku. Kuhirup dan aku keluarkan udara melalui hidungku selaras dengan detak jantungku. Keharmonisan pikiran, hati, alur nafas yang teratur dan detak jantungku, menghasilkan kesempurnaan konsentrasi.

Beberapa saat kemudian, aku pun telah berada di alam bawah sadarku dan masuk ke dalam alam dimensi meditasiku. Perlahan lahan aku melihat sosok seorang wanita dengan wajah pucat pasi. Yah benar... dia adalah Dahlia. Kulihat dia langsung mendekatiku dan berkata sambil memohon,

"Tolonglah saya Pak Ustadz, hari ini adalah hari keMATIanku yang sesungguhnya dari Tuhan, untuk itu saya mohon pertolongan yang terakhir kalinya kepada Pak Ustadz...," Kata Dahlia.

"Insya Alloh... saya siap menolongmu, tapi apa yang harus saya lakukan agar bisa menolongmu," tanyaku kepada Dahlia.

"Sebentar lagi malaikat maut akan menjemput rohku yang masih menyatu dengan sukmaku , maka pada saat itulah tolong Pak Ustadz mendo'akan untukku, sebagaimana do'a ketika Pak Ustadz mendo'akan untuk mayyit," jelas Dahlia kepadaku.

"Baiklah... aku siap," jawabku.

Dahlia pun memberiku isyarat untuk mengikuti langkahnya. Hingga sampailah kami di sebuah tempat keberadaan tubuh Dahlia yang tergeletak tidak berdaya di dalam sel makhluk ghaib itu. Bersamaan dengan itu pula sukma Dahlia telah menghilang dari hadapanku. Kulihat masih ada beberapa makhluk berbadan manusia tapi berkepala anjing di depan sel itu.

Sebelum aku berdo'a, aku pun melindungi seluruh tubuhku dengan ilmu Hijib Syakron, untuk mengantisipasi serangan dari makhluk-,makhluk ghaib yang masih berjaga di depan sel itu, tentunya agar aku bisa lebih khussyuk dalam berdo'a di sini. Ilmu Hijib Syakron ini fadhilahnya adalah untuk menahan serangan, sekaligus mengembalikan serangan lawan, dengan tanpa bergerak sedikit pun. Maka selanjutnya aku pun mulai berdo'a dengan khussyuk dan sungguh-sungguh, sesuai dengan permintaan Dahlia.

Setelah selesai berdo'a, aku melihat tubuh Dahlia bergetar dan mengeluarkan cahaya hitam pekat. Dan tidak lama kemudian terpancar sinar putih yang sangat menyilaukan kedua mataku, hingga aku pun menutup kedua mataku karena tak kuat untuk melihatnya. Dan tiba-tiba sinar putih yang sangat menyilaukan tadi lenyap dari pandanganku, bersamaan dengan lenyapnya Sukma Dahlia dari dalam sel itu.

Bersamaan dengan itu pula lenyaplah sel Ghaib itu bersama dengan makhluk-makhluk ghaibnya, entah kemana, aku tidak tahu.

"Alhamdu lillaah...," Bisikku bersyukur.

Dalam keyakinan ku, semua kejadian itu menunjukkan, bahwa ruh dan Sukma Dahlia telah kembali ke tempat asalnya dengan kuasa Tuhan.

"WAllohu a'lam bish showab...," 
Hanya Tuhan yang tahu segalanya.

Maka aku pun segera mengakhiri ritual meditasiku. Pelan-pelan kubuka kedua kelopak mataku, dan kuhirup nafas dalam-dalam untuk menstabilkan kembali sistem pernafasanku. Pada saat itu aku pun mencium bau aroma bunga melati yang sangat jelas menusuk hidungku. Mungkin itu adalah aroma Sukma Dahlia yang telah kembali kepada jazadnya di kuburannya.

"Demikianlah kejadian yang saya alami pada malam yang kelima sejak meninggalnya Mba Dahlia Bu...," Jelasku kepada ibu dari Almarhumah Dahlia, sekaligus ibu dari Mawar dan Melati.

"Jika memang seperti itu kejadiannya, saya bersyukur Alhamdu lillaah, setidaknya saat ini arwah anak saya sudah bisa tenang, karena sudah kembali kepada Alloh SWT ya Pak Ustadz," kata ibu mereka.

"Insya Alloh ibu, kita do'a kan saja, agar arwah Almarhumah Dahlia akan diterima di sisi Alloh SWT, diampuni segala dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya dan dilindungi dari fitnah kuburnya... Aamiin...," Jawabku sambil mendo'akan Almarhumah Dahlia.

"Aamiin... Ya sudah Pak Ustadz, terima kasih atas bantuan dan penjelasannya, semoga segala hajat Pak Ustadz akan dimudahkan dan dikabulkan oleh Alloh SWT... aamiin..., kami mohon pamit...," Kata Melati sambil bangkit dari tempat duduknya yang diikuti Mawar dan ibu mereka.

Kulihat wajah mereka sekarang lebih cerah dan lebih fresh dibandingkan saat pertama kali mereka datang di rumahku tadi. Semoga pikiran dan hati mereka pun, sekarang benar-benar lega, setelah mendengar beberapa penjelasan dariku mengenai keadaan Dahlia yang sesungguhnya saat ini.

Sejak peristiwa itu, akhirnya Mawar, Melati maupun ibu mereka sering bertandang ke rumahku, sekedar untuk silaturrahmi maupun musyawarah tentang masalah apapun yang sedang mereka hadapi. Hingga hubunganku dengan mereka pun sudah seperti keluarga sendiri. Aku pun bersyukur, karena dibalik sebuah musibah pasti ada hikmah.

Tiga tahun telah berlalu, Mas Aziz pun (suami Almarhumah Dahlia) telah menikah lagi dengan seorang janda tidak beranak, dan dari berita yang aku dengar, mereka pun hidup bahagia bersama anak-anak Almarhumah Dahlia. Dan pada minggu awal Desember tahun 2021 yang lalu, aku mendapat kabar, bahwa putra Mas Aziz dari mantan istri pertamanya, yakni Maryati, telah meninggal dunia karena sakit.

"Innaa lillaahi wa innaaa iLaihi rooji'uuN,"

Apakah musibah atas meninggalnya anak Maryati itu merupakan karma dari ulah Maryati yang telah berbuat jahat kepada Almarhumah Dahlia atau bukan ??? Aku tidak tahu dengan pasti tentunya. Karena segala musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah atas kehendak TUHAN, dan jika pun sekilas terlihat ada hubungan sebab akibat dari terjadinya musibah itu, biasanya jalan kisah manusia itu hanyalah sebagai washilah (perantara) semata dari-NYA.

Sebagaimana Firman Alloh SWT di dalam Al qur'an Surah At Taghobun ayat 11;

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Alloh; dan barangsiapa beriman kepada Alloh, niscaya Alloh akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu."

"Maha Benar Alloh dengan segala firman-NYA."

Semoga kisah nyata ini bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya (pelajaran) untuk kita semua... Aamiin...🤲
[TAMAT]

*****
Sebelumnya
close