PETAKA MAHKUTOROMO (Part 2 AND)
JEJAKMISTERI - Ketika sedang tidur tiba-tiba Sari terbangun karena terasa seperti ada yang membangunkan, setelah membuka mata sayup-sayup terdengar ada orang yang memanggil-manggil namanya dari depan tenda.
Tanpa berfikir siapa itu yang memanggil dia langsung keluar tenda untuk memenuhi panggilan tersebut. Seperti ada yang mengendalikan dirinya.
Sesampai di depan tenda terlihat jelas ada sosok wanita yang memakai kemben khas jawa dan berselendang kuning, lengan dan kepalanya dihiasi emas.
Dengan sendirinya Sari mendekat kearah wanita itu dan terlihat wanita itu berparas sangat cantik dan berwibawa.
“Nduk panggonan iki suci, nanging kowe wes wani gawe rusuh, opo kowe gelem nrimo ganjarane?”, ucap wanita berselendang kuning.
(Nak, tempat ini suci tapi kamu sudah berani mengotorinya, apa kamu siap menerima akibatnya?)
Tanpa ada penolakan Sari mengangguk.
Jadi keadaannya Sari ini sebenarnya sadar tapi dia ini seakan terhipnotis, apapun yang diperintahkan otomatis Sari menurutinya.
Wanita itu meminta Sari untuk menggantung dirinya di hutan yang ditunjuk.
Dengan sendirinya Sari berinisiatif mencari tali untuk menggantung dirinya tapi karena dia tau disini tidak ada yang membawa tali, dia mendatangi tenda pendaki lain yang malam itu belum tidur untuk meminjam.
Dua tenda berwarna hijau dan kuning dia datangi,
“Mas, ada tali? Aku mau pinjam”, ucap Sari dengan nada datar.
“Ada mbak, sebentar ya”, jawab salah satu pendaki itu.
Setelah dipinjamkan Sari langsung berjalan kearah hutan yang disana sudah terdapat wanita berselendang kuning tadi.
Sesampai di hutan Sari memasang tali itu di pohon dan akan menggantung dirinya, tapi sebelum dia akan melakukan aksinya itu tiba-tiba ada yang mencegahnya, setelah dilihat ternyata mereka adalah beberapa pendaki yang meminjamkan tali tadi.
“Mbak, mau ngapain?” ucap pendaki itu dengan panik.
“Aku mau mati!”, jawabnya dengan nada datar.
“Loh, jangan bercanda mbak!, mbaknya dari rombongan mana?”, tanya pendaki itu dengan panik.
“Itu...”, jawab Sari sambil menunjuk kearah tendanya.
Pendaki itu kemudian menggandeng Sari menuju ke tendanya.
“Permisi mas, ada yang bisa dengar?”, ucapnya dengan nada keras.
Amir yang mendengar suara itu langsung terbangun dan lekas keluar tenda untuk melihat siapa yang memanggil itu, setelah keluar terlihat ada Sari dan beberapa pendaki lain,
“Mas, ini temannya bukan?”, ucap pendaki itu sambil menunjukan Sari pada Amir.
“Iya mas, kenapa sama teman saya?”, jawab Amir masih ngantuk.
“Dia mau gantung diri tadi, untung kita langsung lari dan kita cegah”, jelas pendaki itu.
“Hah? Yang bener mas?”, tanya Amir heran.
Rasa ngantuk seketika itu hilang, Amir coba bertanya ke Sari,
“Sari, kenapa mau gantung diri?”
Sari hanya mengangguk dengan tatapan kosong.
Disini Amir bingung, kenapa tiba-tiba Sari ingin melakukan itu, dia segera membangunkan Roni dan memberitahukan hal itu.
Roni yang baru bangun pun sangat kaget, dia segera beranjak dari tidurnya dan mendatangi Sari,
“Yank, kenapa?”, tanya Roni.
Dan Sari hanya menggelengkan kepalanya.
Amir bertanya lebih lanjut tentang kejadian ini pada pendaki itu dan pendaki itu menjelaskan kalau tadi dia sempat meminjamkan tali ke Sari, tapi setelah dipinjamkan tanpa berucap apapun Sari langsung beranjak pergi.
Melihat kondisi Sari yang aneh mereka pendaki itu heran dan memperhatikan gerak-gerik Sari hingga masuk kedalam hutan, didalam hutan itu ternyata Sari akan melakukan aksi gantung diri dengan tali itu dan mereka pendaki itu langsung lari menyusulnya.
Mendengar penjelasan dari pendaki itu Amir mengucapkan terima kasih karena sudah mau menolongnya kemudian pendaki itu pamit untuk kembali ke tendanya sendiri.
Setelah pendaki itu pergi Roni mendudukan Sari di depan tenda dan ditanya,
“Yank, ngapain kamu mau gantung diri?”
Sari hanya menggelengkan kepala dengan tatapan kosong.
Disini mereka mengira kalau mungkin Sari kesurupan.
“Yank, kamu ini kenapa sih? Jangan buat kita bingung”, tanya Roni yang sudah mulai panik.
Sari masih juga tidak menjawab apapun dan hanya menggelengkan kepala tapi, kali ini dia sambil menggaruk-garukan tangannya ke tanah seakan mau membuat lubang.
Melihat tingkah laku Sari yang seperti itu Roni dan Amir tidak berkata apapun dan saling memandang.
Sambil terus menggaruk-garukan tangannya ke tanah Sari berucap,
“Aku akan mati disini!”,...
Mendengar ucapan itu Roni syok dan langsung memeluk Sari sambil nangis, dia menahan tangannya Sari yang terus menerus menggaruk tanah, hingga semakin dalam.
Pandangan Sari masih kosong dan kembali diam, lalu Amir menyarankan Roni agar Sari ditidurkan kedalam tenda dan mereka berdua berencana tidak tidur untuk menjaga diluar tenda.
Amir tidak ingin memberitahu yang lain dulu soal ini karena tidak ingin membuat mereka panik, setelah ditidurkan didalam tenda mereka berdua menyalakan kompor untuk membuat kopi sambil menunggu pagi.
Malam itu terlihat waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari.
Sambil minum kopi Amir bertanya pada Roni apakah mereka berdua ada masalah tapi Roni bilang tidak ada masalah sama sekali, malahan dia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba Sari menjadi seperti itu.
Ketika sedang sibuk membahas soal itu tiba-tiba Sari keluar dari tenda dan berjalan ke arah hutan. Melihat itu mereka berdua kaget dan Roni langsung menahannya sambil bilang,
“Yank, kamu mau kemana?”
“Aku mau mati disana”, ucap Sari sambil menunjuk kearah hutan tadi.
“Kenapa mau mati? Kamu ada masalah apa, bilang ke aku”, tanya Roni.
“Aku disuruh mati”, jawab Sari dengan nada datar sambil terus melihat kearah hutanyang akan di tuju.
Mendengar jawaban itu mereka berdua syok dan saling memandang, Amir ikut bertanya,
“Siapa yang nyuruh?”
“Itu...”, jawab Sari sambil menunjuk kearah hutan.
Sontak Roni dan Amir melihat kearah yang ditunjuk Sari tapi disana tidak ada siapapun dan gelap. Amir lanjut berucap,
“Sari, disana gak ada orang, tidur lagi ya”
“Itu.. nyai melambaikan tangan ke aku...”, jawab Sari yang masih terus menunjuk kearah hutan.
Mendengar itu mereka berdua benar-benar merinding, Roni kembali mendudukan Sari dan memeluknya sambil berucap,
“Nyai, yen panjenengan butuh nyowo, kulo purun panjenengan pundhut, nanging sampun mundhut nyowone Sari”
(Nyai, kalau anda butuh nyawa, saya bersedia di ambil, tapi jangan ambil nyawanya Sari)
Mendengar perkataan Roni itu Amir merinding lalu dia berinisiatif untuk mencari bantuan. Dia membangunkan anak-anak yang cowok untuk membantu Roni menjaga Sari sedangkan dia pergi mencari bantuan.
Dia berjalan menuju ke Altar Wahyu Mahkutoromo dan disitu dia bertemu dengan laki-laki paruh baya yang sepertinya hais membakar dupa,
“Pak, saya minta tolong, teman saya ada yang kesurupan”
“Dimana temanmu?”, tanya orang itu.
“Itu disana pak”, jawab Amir sambil menunjuk kearah tendanya.
Mereka berdua berjalan menuju ke tenda tempat camp, sesampai disitu si bapak langsung duduk di sebelah Sari dan memegang tangannya, setelah itu beliau berucap,
“Temanmu ini tidak kesurupan, jiwanya di kendalikan sama nyai Dewi Kunthi. Mestinya salah satu dari kalian ini ada yang membuat kesalahan”.
Mendengar ucapan dari bapak itu Roni langsung ingat dengan perbuatannya tadi dengan Sari,
“Apa mungkin ini sebab dari perbuatanku sama Sari tadi?”, ucapnya dalam hati.
Sebelum yang lain curiga, Roni langsung bilang,
“Iya pak, saya sudah berbuat kesalahan dan saya sudah menyesal”.
Mendengar itu Amir dan yang lain heran, kesalahan apa yang dilakukan Roni? Belum sempat Amir bertanya si bapak lanjut berucap,
“Yaudah kalau sudah mengaku salah, sebenarnya Nyai itu welas asih tapi kamu harus minta maaf pada beliau langsung”
“Bagaimana caranya saya minta maaf pak?”, tanya Roni.
“Ayo saya antar, kamu dan temanmu ini”, ucap bapak itu meminta Roni mengajak Sari.
Sementara Roni dan Sari ikut bapak itu yang lain menunggunya di tempat camp. Roni menggandeng Sari mengikuti bapak itu ke belakang Altar Wahyu Mahkutoromo, sesampai disana bapak itu melakukan ritual dan memperlihatkan sosok Dewi Kunthi kepada Roni.
Seorang wanita mengenakan kemben batik khas jawa dan berselendang kuning dengan mahkota emas dikepalanya perlahan muncul dari kegelapan.
Roni seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia terkagum karena sosok Dewi Kunthi itu terlihat sangat cantik dan berwibawa.
Spontan dia langsung bersimpuh mengakui kesalahannya dan meminta maaf dan kesalahannya itu dimaafkan oleh Dewi Kunthi, beliau juga memberi nasehat pada Roni dan Sari agar tidak melakukan hal seperti itu lagi di tempat suci lain.
Roni dan Sari mengangguk paham dan ketika mereka melihat kearah wanita tadi tiba-tiba beliau sudah tidak ada didepannya.
Disitu Roni benar-benar merasa sangat bersalah karena sudah berbuat kotor di tempat orang se-baik Dewi Kunthi.
Sari yang tadinya seperti orang linglung sekarang sudah kembali normal dan menangis menyesali kesalahannya itu, lalu si bapak meminta mereka berdua kembali ke tendanya dan berpesan agar mereka mengakui kesalahannya itu pada teman-temannya dan meminta maaf pada yang maha kuasa atas perbuatannya ini.
Mereka berdua bersalaman dengan bapak itu dan mengucap terima kasih, kemudian mereka berjalan kembali ke tempat camp, sesampai disana terlihat semua temannya sedang menunggunya di depan tenda termasuk Linda dan Iis yang tadinya masih tidur.
“Gimana Ron?”, tanya Amir.
“Udah aman, aku mau bilang sesuatu pada kalian semua tapi nanti dibawah”, jawab Roni.
Melihat keada’an Roni dan Sari malam itu sebenarnya Linda sudah mengira kalau mungkin kejadian ini ada hubungannya dengan yang dia lihat tadi tapi dia masih berusaha menutupinya. Malam itu mereka melanjutkan tidurnya yang tadi sempat tertunda.
Ke’esokan harinya tanpa sarapan mereka langsung berkemas dan kembali turun.
Sepanjang perjalanan turun mereka sudah tidak mendapat gangguan lagi dan sesampainya arah jalan menuju ke sendang Dewi Kunthi, Sari kembali melihat sebuah kain kuning yang tergelantung di pohon.
Melihat kain itu Sari flashback karena kain itu mirip dengan selendang yang dikenakan Dewi Kunthi semalam dan disini Sari beranggapan kalau mungkin kain itu melambangkan selendang sang Dewi.
Sesampai kembali di basecamp mereka bergegas pulang dan di perjalanan pulang Roni mengajak mereka untuk mampir di sebuah warung makan untuk menjelaskan kejadian itu sekalian makan.
Setelah selesai makan Sari menjelaskan semua tentang apa yang dialaminya di gunung itu pada yang lain, dari dia disuruh mati oleh Dewi Kunthi hingga Linda yang sebenarnya sudah tau tapi dia menutupinya sampai sekarang.
Nah, mendengar penjelasan dari Sari, sebenarnya Amir sempat emosi, tapi mengingat yang dialami Sari dan Roni malam itu cukup tragis dia tidak bisa melampiaskan emosinya.
Roni dan Sari benar-benar minta maaf atas perbuatannya itu dan teman-temannya mau memaafkannya.
Amir berpesan pada Roni agar tidak melakukan hal semacam itu lagi dan dia juga memberitahu teman-temannya Hasan agar kejadian ini dijadikan pelajaran, jangan sampai hal seperti ini dialami oleh mereka nanti kalau mendaki gunung lagi.
Dari warung itu mereka berpisah untuk pulang kerumah masing-masing dan kejadian itu benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk mereka semua, terutama Roni dan Sari.
[SEKIAN]
*****
Sebelumnya