Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AMARAH DESA JIN (Part 3)


JEJAKMISTERI - Binatang malam mulai beraktifitas seperti biasanya, angin berhembus dingin menelisik setiap celah daun-daun kelapa. Suara decit alat timba di sumur umum itu terdengar lebih sepi dari biasanya. Goresan daun-daun waru merobek pelan diatas tanah. Adzan baru saja berhenti berkumandang.

Mak Ida, baru saja selesai mandi petang itu, ember berisikan air ia tumpahkan kembali ke dalam ember yang lebih besar sebagai tampungan air untuk mencuci esok hari.

Tak ada orang lain kala itu, ia hanya sendiri melakukan aktivitas mengisi penuh ember tampungannya. Matanya perlahan melihat nanar ke bawah sumur yang sangat dalam. Entah apa yang ia pikirkan, ia hanya merasa lain petang itu.

Setelah air memenuhi ember besar, ia berjalan keluar dengan membawa ember yang kecil berisi air. Dengan memakai handuk yang ia pakai menutupi bagian dada sampai diatas lutut, ia perlahan meninggalkan sumur umum tersebut.

Jarak sumur ke rumahnya mungkin tidak terlalu jauh, tapi kala itu ia merasa lama sekali untuk sampai ke rumahnya. Memeprcepat langkahnya pun terasa lamban.

JANGGAL, pikir mak ida.

Ia meneruskan perjalanan dengan perasaan yang kurang enak, ia tidak melihat orang sama sekali di sekitar sana. Hanya rumah-rumah warga yang lampunya sudah menyala. Angin dingin mencium pelan tengkuk mak ida, ia gemetar cemas merasakan suasana petang itu.

Setelah melewati mushola dan warung di sebelah pos ronda, ia merasa lega karena melihat orang lain sedang berdiri.

“Alhamdulillah, aya jalmi ogeh” (Alhamdulillah, ada orang juga!) ucap mak ida dalam hati.

Tapi, ia sedikit mengangkat alisnya ketika memperhatikan bagian bawah orang itu, tidak menapak tanah!

Mak ida terdiam gemetar, ember yang ia pegang berisi air ikut bergetar dan menumpahkan sebagian airnya keluar.
Mata mak ida tak ayal hanya memandang pucat ke arah sosok itu yang masih berdiri ditengah remang gelap langit yang membiru, punggung yang membusuk dengan daging yang terkoyak, rambut panjang acak-acakan membuat Mak Ida berteriak keras.

“SUNDEL BOLOOOONGGGG!” Tak kuasa melihat pemandangan itu, Mak Ida lari sekencanganya menuju rumahnya dengan melepas ember yang berisi air yang tadi ia bawa. Ember itu terlempar jatuh hingga terbelah.

Ya, benar. Sosok sama yang dilihat Yanti beberapa hari lalu. Mak Ida syok setelah mengalami peristiwa mengerikan itu.
Tak Hanya Mak Ida, Dian seorang pemuda tanggung pernah melihatnya juga ditempat yang sama ketika ia pulang bekerja pada jam ketika awal sang malam melahap siang.

Semua warga yang awalnya tidak percaya itu, mereka mulai merasa menyesal dan mempercayai apa yang dialami Yanti waktu itu. Karena ada 3 korban disini yang pernah melihat makhluk iseng yang sangat mengganggu para warga itu. Semenjak saat itu, spot angker tempat itu menjadi ancaman serius untuk mental para warga dikampungku, terlebih spot yang hanya sebuah tunggul kelapa dengan selokan di pinggirnya itu diketahui adalah TALI ALAS, yang artinya tempat masuk atau keluarnya para dedemit, Jin, Lelembut dan sejenisnya itu ketika malam menjelang.

Kisah inipun bukan lagi menjadi fiktif belaka, menyebar menjadi buah bibir yang dibicarakan banyak orang sampai ke kampung lain yang masih satu desa dengan kampungku. Intensitas orang-orang untuk beraktivitas pada malam hari menjadi lebih jarang.

Ternyata itu hanyalah AWAL dari sebuah kengerian...

Beberapa Tahun berlalu...
Okta tak lagi tinggal bersama lita dan suaminya, dia memutuskan untuk hidup sendiri dengan bekerja dan lebih banyak melakukan hal yang positif. Di rumah lita ada beberapa orang yang mengontrak rumahnya.
Di depan Rumah Lita sekarang terdapat gerobak bakso yang menjadi usahanya dia dengan suaminya dalam mencari rezeki. Terlihat Anto terdiam menatap bagian depan sebrang rumahnya, banyak sekali pekerja sedang membabat habis pohon-pohon pisang yang ada dikebun itu. Ya kebun pisang yang di sebrang rumah lita.

“Mah, cepetan ih!” kata seorang anak kecil berbicara terbata-bata.

Terlihat lita sedang memakaikan celana kepada seorang anak kecil berumur sekitar 2 tahunan, anak itu terlihat risih ketika dipakaikan celana, dia hanya meronta meminta lita untuk melakukannya lebih cepat. Setelah celana terpakai, tak lupa bedak berwarna putih lita usapkan ke wajah anak itu.

Namanya Abi, anak lelaki buah dari cinta Lita dengan Anto. Anak yang superaktif dan sangat ceria berlari dari kamar menuju luar rumahnya. Ia sangat antusias ingin melihat para pekerja yang sedang membabat habis kebun pisang yang sudah ada berpuluh-puluh tahun yang lalu itu.

Abi masih berlari dengan kaki kecilnya, tak lupa sandal kecil kesayangannya menempel erat ditelapak kakinya. Ia terlihat sangat senang sekali karena dipinggir jalan kebun pisang itu sudah banyak temannya dan ibu mereka menonton proses pembabatan area itu.

Abi hanya sendiri menuju tempat itu, sementara Anto bapaknya sedang sibuk melayani pembeli dan Lita masih membereskan pakaian kotor bekas anaknya.
Tiba-tiba terdengar teriakan salah satu ibu-ibu ketika melihat Abi telentang diatas jalanan aspal kasar, ternyata Abi terjatuh dengan kepala belakangnya yang terbentur pertama kali keatas aspal jalan. Wajah Abi sangat syok dan memerah, matanya hanya melotot tajam dengan mulut yang menganga tanpa suara tangisan apapun, tapi airmatanya terurai keluar menetes.

Anto dan Lita yang mendengar itu kemudian langsung pergi berlari dan memangku Abi yang terlihat kesakitan tapi tanpa suara jeritan tangis sama sekali yang membuat semua orang kebingungan.

Dengan Nafas yang terengah-engah Anto langsung mengambil sepeda motornya, berusaha akan membawa Abi pergi ke puskesmas. Karena ini kampung kecil tidak ada tempat berobat lebih besar dari puskesmas, hanya itu andalan para warga jika sedang terkena sakit di kampung kami.
Lita memeluk dan memegang lengan Abi dengan erat, wajahnya masih saja seperti itu, menangis tanpa suara.
Setelah Lita dan Abi yang digendongnya naik diatas motor, Antopun berangkat melesat dengan cepat menuju puskesmas yang jaraknya lumayan jauh. Lita hanya menangis sepanjang jalan.

Setelah sampai di Puskesmas, Lita langsung berlari setelah turun dari motor dengan Abi yang berada dipelukannya.

Setelah menyelesaikan pendaftaran. Akhirnya...

*Pemeriksaan dilakukan*

Seorang laki-laki berkacamata kotak dengan badan yang gempal berwajah bulat serta berperangai ramah dengan jubah putih khas dokter telah selesai memeriksa keadaan Abi.

“Nya tos, dipariksa. Alhamdulillah nyah dedek kasep!” (Iya udah diperiksa. Alhamdulillah ya adek ganteng!) ujar dokter itu

Lita spontan bertanya dengan mata yang masih saja berkaca-kaca “si dedek kunaon nyah pak dokter?” (si dedek kenapa ya pak dokter?)

Abi terlihat sudah kembali normal, hanya saja masih terdiam tanpa ekspresi apapun.

“Teu kunanaon teh! Si dedek baik-baik aja, ngan tadi teh reuwas doang. Manehna teh syok, da ragag nyah!” (Gak apa-apa teh! Si dedek baik-baik aja, Cuma tadi kaget aja, syok dianya karena jatuh ya!)

Anto dan lita bersama-sama mengucapkan syukur karena anak mereka ternyata hanya kaget saja, jadi mereka tidak perlu khawatir lagi dengan keadaan Abi. Lgaipula abi sudah terlihat normal kembali.

Setelah itu merekapun pulang dengan perasaan yang sangat lega.

Langit ternyata sudah menggelap, aktivitas orang-orang diluar rumah sudah mulai berkurang, Kebun pisang yang sedari dulu beridiri dengan lebatnya, hanya sehari hilang begitu saja. Semua pohonnya dibabat, hanya menyisakan rumput-rumput liar dan beberapa tunggul pohon yang belum dibersihkan.

Konon katanya kebun itu akan dijadikan gedung oleh sang pemilik tanah, entah gedung apa? Tidak banyak orang yang mengetahuinya, terlebih pemiliknya jarang sekali muncul di hadapan para warga, ya paling hanya sesekali saja.

Anto, Lita dan anaknya sampailah di rumah mereka. Segera Lita membersihkan badan Abi agar ia bisa cepat untuk tidur.

Di Tempat Lain, di malam yang sama..

Di sebuah rumah yang bercat putih dengan halaman rumah yang luas menyambung dengan kebun yang ditumbuhi banyak sayuran, tanaman obat serta buah-buahan.
Didalam sebuah kamar, Seorang wanita kira-kira berumur 50 tahunan sedang tertidur pulas diatas ranjang kayu yang kokoh dengan kasur tebal diatasnya. Tidur wanita itu terlihat gusar dan tak nyaman, berkali-kali ia membolak-balikkan badannya ke kanan dan ke kiri.

Wanita itu ternyata sedang bermimpi buruk.
Begini Mimpinya...
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close