AMARAH DESA JIN (Part 4)
JEJAKMISTERI - Begini Mimpinya,
Suatu sore wanita itu berjalan-jalan sore dengan perasaan yang sangat bahagia, suasananya sangat nyaman untuk menikmati daerah itu.
Wanita itu bermimpi berada di daerah kampung kami, kebetulan ia memang istri dari ketua RW didaerah kami. Wanita itu berjalan hingga berada didepan rumah lita, didepan rumah liita ia tersadar bahwa ada sebuah perumahan mewah dan megah. Bangunan rumah itu sangat bagus dan indah sekali. Tidak ada rumah di kampung ini yang bisa menandingi keindahan rumah-rumah yang berdiri kokoh itu.
Dengan berjalan hati-hati wanita itu pelan masuk kedalam perumahan itu, tak hentinya ia menatap takjub tempat itu, hingga perhatiannya tercuri oleh kumpulan tanaman Bungan yang tak kalah indah, dengan warna cerah nan berkilau dari kejauhan, daun hijaunya pun melengkapi keindahan yang tak bisa diutarakan dengan kata-kata.
Dia hanya memandangnya dari jauh, hingga ia memberanikan diri untuk meminta benih dari bunga itu agar dia bisa menanamnya di kebun miliknya sendiri.
Terlihat sosok lelaki paruh baya sedang berdiri memperhatikan wanita itu dengan sangat serius. Wanita itu berjalan cepat menghampiri pria yang sedari tadi melihatnya.
Wanita itu mulai mengucapkan kata-katanya
"Pak, abdi hoyong binih ieu kembang. Meni endahnya kembangna teh" (pak, saya ingin benih bunga ini, sangat indah ya bunganya) ucap wanita itu sembari setengah tersenyum dan menunjuk bunga itu.
"Ulah, Nu aing, sia ulah nyokot NU aing" (jangan, punya saya! Anda jangan mengambil milik saya!) Jawab pria itu dengan nada yang sangat kasar
Wanita itu memaksa, dia terus meronta menginginkan bunga itu. Tapi Pria itu tegas menolaknya mentah-mentah.
Kesal, wanita itu berjalan cepat dan memetik salah satu bunga yang indah itu. Dengan sigap pria itu memegang tangan wanita itu dengan keras bertujuan melindungi tanaman bunga miliknya.
Wanita itu meringis kesakitan.
Hingga dia terbangun.
Mimpi yang singkat tapi terasa lama itu membuat wanita itu bengong kebingungan.
Wanita yang diketahui Bu RW itu, bangun tidur dengan keringat yang terus mengucur. Ditatapnya jam dinding menunjukkan pukul 2 malam. Suasana masih gelap, semilir angin malam mengetuk jendela yang sedari tadi terbuka.
Bu RW hanya terdiam menatap kosong jendela itu, saat Bu RW akan turun dari ranjang untuk menutup jendela. Ia sontak meringis kesakitan, tangan kanannya bengkak memerah hampir melepuh. Ia merasa aneh bahkan bergidik ngeri.
Kenapa tanganku? Pikirnya
Sesaat dia teringat mimpi itu, ternyata mimpinya benar-benar terjadi karena tangannya benar-benar terasa sangat sakit sekali.
Dia berjalan tergopoh menahan sakit di tangannya, tetesan air matanya mengalir lamban mengusap pipinya yang sudah berkeriput. Ia keluar kamarnya mencari anaknya.
Bu RW memanggil anaknya yang tidur di kamar lain. Perlahan tangannya mengeluarkan bau yang sangat busuk, nanah melingkar erat mengalir ditiap bagian kulit tangannya. Ia semakin meringis kesakitan, mengapa harus seperti ini, bukankah itu hanya mimpi? Kenapa akibatnya sampai terasa kedalam dunia nyata? Ada apa dengan semua ini.
Bu RW tak kuasa menahan sakit hingga ia memutuskan untuk duduk di kursi dan masih terus menangis memanggil-manggil nama anaknya.
"Jaka... Jaka... Jaka" teriak Bu RW
Tak lama gontai terlihat seorang pemuda tampan berkulit putih berbadan tegap tinggi datang menghampiri Bu RW, dia tak kalah kaget melihat tangan ibunya yang membusuk. Diangkatnya ibunya dan membangunkan istrinya, dan langsung membawa Bu RW pergi menuju puskesmas.
Setelah diperiksa, ada hal yang janggal yang dirasa Bu RW. Sangat janggal, dia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi?
Selesailah, dokter membungkus tangan Bu RW itu. Dokter hanya bergidik ngeri setelah mendengar cerita dari Bu RW yang sangat tidak masuk akal.
PKL. 04:00 Dinihari,
Bu RW duduk di ranjangnya ditemani menantunya yang mencoba terlelap tidur disebelahnya.. Dengan tangan kiri yang dipegang erat oleh menantunya ia melamun memikirkan mimpi yang menjadi kenyataan itu.
Dia teringat dengan rumah lita yang didepannya ada perumahan yang bagus sekali.
Pagi menyingsing..,
Matahari mulai menunjukkan eksistensinya lagi setelah tertutup bulan semalaman, cahayanya begitu cerah menemani embun menetes dari daun ke daun. Para petani bersenda gurau berjalan menuju ladang mereka, gelak tawa menghias setiap langkah kaki mereka.
Terlihat Anto sibuk membersihkan gerobak bakso didepan rumahnya, Lita sedang berada di dapur fokus memilah-milah pakaian kotor yang akan ia cuci pagi ini. Daster coklat bermotif bunga kenanga itu sedikit basah karena keringat, ternyata ia baru saja menguras bak kamar mandi dan berniat melanjutkan untuk mencuci.
Hingga Lita terbengong mengingat-ingat sesuatu.
"Oh iya, baju si dedek" Lita langsung berlari mengambil baju kotor anaknya yang kemarin ia taruh diatas lemari kecil dikamarnya.
Saat lita membuka pintu kamarnya, dia terkaget melihat anaknya Abi sedang menangis keras sambil menunjuk sudut ruangan kamar. Lita sontak menarik badan Abi dan mencoba menenangkannya
"Ada apa dek? Teu Aya nanaon!" (Ada apa dek, gak ada apa-apa!) Ucap Lita menenangkan. Abi tak berhenti menangis, malah tangisannya semakin keras. Jari telunjuknya masih saja menunjuk-nunjuk sudut ruangan tersebut. Abi meronta-ronta ingin keluar dari kamar itu.
Lita pun membawanya keluar dan mencoba menghiburnya dengan melihat bapaknya yang sedang sibuk mencuci mangkok-mangkok.
"Kunaon si dedek teh?" (Kenapa si dedek tuh?) Tanya Anto setengah tersenyum kepada Abi
"Duka a, tadi teh nunjuk-nunjuk ka arah pojok kamar" (gatau a, tadi dia nunjuk-nunjuk ke arah sudut kamar) kata Lita sedikit ngeri..
Tiba-tiba Abi tertawa terbahak-bahak, arah matanya melihat ke arah belakang Anto yang terdapat pot daun Sri rezeki. Anto dan Lita bertatapan dan mengernyitkan dahi mereka, tanda bingung apa yang terjadi dengan Abi. Padahal dibelakang Anto itu tidak ada siapa-siapa, kenapa Abi tiba-tiba tertawa?
Lita dan Anto pun tampak sangat kebingungan. Mereka tidak mengerti apa yang dilihat Abi. Tersenyum Abi memandang Lita,
"Mah, itu ada teteh-teteh mau beli bakso" (ucapan anak kecil yang disempurnakan) kata Abi menunjuk ke gerobak bakso.
Lita spontan menengok ke arah gerobak, nyatanya tidak ada satu orangpun disana. Tidak ada siapa-siapa, Lita bergidik ngeri dia langsung membawa lari Abi kedalam rumah, Abi menangis histeris kembali. Dia menarik-narik kerah daster Lita
"Mamah takut, mamah takut" ucap Abi meronta-ronta.
Lita tak menghiraukan perkataan Abi. Takut apa pikir lita disini tidak apa-apa, Lita emosi saat itu dengan keanehan Abi yang tidak masuk akal. Apa yang dia lihat? Sungguh merepotkan dipagi hari seperti ini. Terpaksa Lita menidurkan Abi dikamar yang berbeda, jika tidak tidur Lita tidak akan bisa membereskan rumah, mencuci dan memasak. Ketika sedang mencoba menidurkan Abi, Lita melamun memikirkan apa yang terjadi dengan Abi, mengapa dia aneh sekali seolah-olah dia melihat sosok yang tidak bisa kami lihat. Dia terkadang menangis, terkadang tertawa seperti ada yang mengajaknya bermain.
Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin?
Waktu berjalan begitu cepat, sore hari menelungkup siang.
Ramai sekali pembeli yang mengerumuni gerobak baksonya Anto. Terlihat Lita sibuk memblender buah mangga yang dipesan seorang pembeli, Anto juga sama ia sibuk memasukkan sayuran, bihun dan mie kuning kedalam mangkuk baksonya.
Abi terduduk disebuah kursi kecil dengan tusukan bakso di tangan kanannya, ia terlihat tenang sambil tersenyum-senyum memandangi pohon melati yang masih saja betah berdiri dihalaman rumah Lita. Tak mengerti apa yang Abi lihat.
Seketika pandangannya teralihkan dengan kedatangan seorang wanita dengan tangan yang dibungkus kain kasa dituntun oleh seorang wanita lebih muda disampingnya.
Ya Bu RW datang kerumah Lita.
Abi langsung berlari ketakutan dan memeluk kaki Lita yang baru saja selesai membuat jus untuk pelanggannya.
Ternyata Lita pun melihat kedatangan Bu RW yang sepertinya memang sangat jarang sekali terlihat berjalan-jalan disekitaran kampung.
"Eh ibu, Bade meser bakso sanes nya Bu?" (Eh ibu, mau beli bakso ya Bu?) Tanya Lita sembari memandangi tangan Bu RW yang terbungkus itu.
"Nya, ieu minantu ibu hoyong bakso cenah!" (Iya ini, menantu ibu pengen bakso katanya) jawab Bu RW sembari mempersilakan Menantunya untuk memesan bakso.
Bu RW berjalan mendekati Lita sambil membisikkan sesuatu, hingga Lita mempersilahkan Bu RW masuk kedalam rumahnya diikuti Abi yang berjalan dibelakang Lita.
Lita menutup pintu rumahnya, duduklah mereka di ruang tamu.
Bu RW kembali berbisik...
"Anu bener Bu? Lita teh sieun!" (Yang bener Bu? Lita takut!) Ucap Lita sembari memeluk Abi yang ada dipangkuannya.
"Nya geulis, ibu ge teu terang ieu kumaha bisa kieu! Dina impian ibu teh nyah, dihareup rumah Lita teh anu kamari-kamari Aya kebon cau teh berubah jadi perumahan anu Alus pisan, Hade pisan neng" (iya cantik, ibu juga ga tau ini kenapa bisa seperti ini. Dalam mimpi ibu tuh, didepan rumah Lita yang kemarin ada kebun pisang itu berubah menjadi perumahan yang bagus banget, indah banget neng) cerita Bu RW sembari menunjuk ke arah sebrang rumah Lita dibalik jendela.
"Oh jadi, panangan ibu teh dicekeul ku bapak-bapak di impian, tapi pas bangun tidur teh malah busuk kawas kieu nyah Bu? Serem pisan Bu." (Oh jadi, tangan ibu tuh dipegang sama bapak-bapak di mimpi, tapi pas bangun tidur tangan ibu malah membusuk seperti ini ya Bu? serem banget bu) Jelas lita
Bu RW hanya mengangguk.
Lita pun menceritakan kejadian kemarin dan tadi pagi yang terjadi kepada Abi.
Bu RW langsung tersadar dan mengaitkan kejadian demi kejadian dengan lahan yang dulunya kebun pisang itu. Mereka berdua berpikir dengan apa yang sebenarnya menimpa mereka dan apa hubungannya dengan kebun pisang yang sudah 3 generasi berdiri itu.
"HA HA HA HA..." Tawa keras mengagetkan mereka berdua
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya