Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AMARAH DESA JIN (Part 5)


JEJAKMISTERI - Suara tawa yang menggelegar itu seperti tak bersumber, lita dan bu RW hanya memandang satu sama lain mengisyaratkan kebingungan mereka. Bulu kuduk mereka berdiri dengan ngeri, suara siapa tadi yang menggelegar seperti itu.

Jeritan abi mengagetkan mereka, abi yang sedari tadi berada dipangkuan lita tiba-tiba menjerit dengan sangat keras. Anehnya, orang-orang diluar yang sedang membeli dan memakan bakso seolah tidak mendengar jeritan itu.

Bu Rw bingung ke heranan, tak ada satupun orang yang kaget atau bahkan menghampiri mereka kedalam. Sore itu sangat mencekam, dipegang eratnya tubuh abi oleh Lita, perlahan dia bangun dari duduknya kemudian membuka pintu dan pergi keluar. Bu Rw mengikuti lita dari belakang sambil gemetar memegangi tangannya yang masih terbungkus, bu RW terlihat seperti kesakitan.

Setelah di Teras Rumah, Lita seakan-akan sadar melihat Bu Rw yang terus saja memegangi tangannya dengan wajah yang kesakitan.

Nanah bening menembus kain perban yang sudah membungkus tangan Bu Rw, Lita spontan memegangi tubuh Bu Rw yang terlihat condong seperti akan terjatuh.

Semua orang Panik melihat apa yang terjadi kepada Bu RW, menantunya yang sedang asik mengobrol sambil memakan bakso yang dipesannya, tiba-tiba berlari menghampiri Bu RW yang masih dipegangi Lita dan Anto, mereka pun membawanya untuk duduk dikursi sementara Menantunya menelpon suaminya yakni anak dari Bu RW, Jaka.

Tak berselang lama, Jaka datang dengan mobilnya dan berwajah sangat panik. Dengan cepat ia keluar dari mobil dan langsung menghampiri ibunya, kemudian meminta anto untuk menggotong Bu Rw agar masuk kedalam mobil, Menantunya kemudian ikut masuk dan melambaikan tangan dari dalam mobil dengan kaca jendela yang setengah terbuka.

Lita hanya tertegun bingung, apa semengerikan itu yang dirasakan Bu RW?

Ia menengok ke arah abi yang sedang asyik bermain, tapi sendiri. Lita kemudian terduduk dilantai, sementara para pelanggan yang tadi ada disini satu persatu selesai makan dan kemudian pergi. Hingga tempat itu kembali sepi.

“Aya naon neng? Kok tiasa kitu?” (ada apa neng, kok bisa kaya gitu?) Tanya Anto menyelidik

“Duka a, abdi teh ngan rareuwas ningal si Bu RW!” (Gatau a, aku Cuma kaget aja ngeliat ibu rw!) terang Lita yang masih saja terduduk di lantai teras rumahnya.

Anto hanya mengangguk penasaran “terus, anjeun nyaho panangan si ibu rw teh kunaon?” (terus kamu tahu tangannya ibu rw tuh kenapa?) Tanya Anto Kembali.

Lita hanya mengangguk kemudian mulai bicara menceritakan apa yang Bu RW ceritakan kepada Anto. Anto dengan serius mendengarkan apa yang Lita bicarakan. Sementara Abi masih saja asyik bermain sendirian.

Ketika Lita serius bercerita kepada Anto, seorang wanita yang umurnya berkisar 25 tahunan datang menghampiri mereka.

“Teh, meser bakso!” (teh, beli bakso)
kata wanita itu lirih

Kemudian anto dengan cepat membuatkan pesanan si wanita itu.
Terlihat wanita itu dengan seksama memandangi ABi yang terlihat duduk sendiri, pandangan wnaita itu sangatlah berbeda dari kebanyakan orang. Dia serius melihat apa yang dilakukan Abi kala itu.

“Si dedek, nuju ameung sareng tetehna nyah?” (si dedek, sedang main bersama kakaknya ya?) Tanya wanita itu kepada Lita.

Lita terdiam memandang wanita itu kemudian mendekat menyelidik “Ha? Teteh tiasa ningal nu sareng si Abi?” (Ha? Teteh bisa melihat siapa yang sedang bersama abi?) Tanya Lita setengah berbisik

Wanita itu hanya mengangguk!

“Teh, saran ti abdi geura dicandak kanu pinter si dedekna, sanes hal nu bageur nu ngadeketan si dede teh!” (teh saran dari saya, cepat bawa ke orang pinter si dedeknya, bukan sesuatu yang baik yang mendekati si dedek teh!) lirih suara wanita itu sembari mengambil plastik yang berisi bakso dari tangan Anto, kemudian pergi.

Ketika Lita akan mengejar wanita itu, untuk menanyakan siapa yang harus mereka temui. Wanita itu seolah telah hilang begitu saja di telan senja berwarna jingga kala itu.

Sore itu, Anto memutuskan untuk tidak membuka warung baksonya sampai malam. Ia akan berdiskusi dengan Lita kemana mereka akan membawa Abi.
Ditengah diskusi mereka, Anto teringat kepada seseorang yang ia kenal yang tinggal tidak terlalu jauh dari pemukiman mereka, hanya saja jalan yang harus ditempuh agak terjal untuk menuju kerumahnya.

Tak berpikir panjang, Lita langsung mengambil tas yang berisi beberapa pakaian abi dan minyak kayu putih.
Di Gasnya motor oleh Anto dan melesat pergi menuju rumah paranormal yang dimaskud oleh Anto.

Di kegelapan malam dengan semak-semak dan pohon yang menemani setiap lajuan motornya Anto, Lita tak hentinya beristighfar dan meminta pertolongan dari Tuhannya. Tangannya memegang erat gendongan dari kain batik panjang berwarna coklat muda dengan motif bangau yang membuat Abi merasa gusar. Ia seolah tidak ingin pergi ke tempat yang mereka tuju.

Suasana semakin mencekam, terlebih Anto tidak terllau ingat jalan menuju rumah si paranormal itu. Mereka berkeringat dengan perasaan yang campur aduk. Sangat tidak bisa diterima akal suasana malam itu. Mereka hanya ingin menyembuhkan anaknya yang bersikap tidak pada biasanya.

“A, masih jauh teu nyah?” (A masih jauh ga ya?) Tanya lita terlihat panik
“keudeung deui neng!” (bentar lagi neng)
Lita hanya mengangguk sambil terus memegangi abi yang berada di gendongannya, tangan kirinya memegang erat jaket yang dikenakan Anto malam itu.

Semilir angin malam memeluk erat tubuh mereka bertiga, ranting-ranting pohon menjalar seperti tangan yang berusaha menggapai. Suara burung malam mengetuk ngeri perasaan mereka. Tak ada motor lain kala itu, suasana sangat sepi dan sunyi sekali. Hanya suara bising motornya yang bergejolak berharap cepat sampai.

Cahaya lampu yang terlihat dari kejauhan membuat Lita sedikit merasa lega, Anto terlihat tersenyum setelah melihat cahaya temaram berwana jingga itu menyeringai didepan mereka.

Terlihat sebuah rumah biasa yang bertembok batu bata dengan teras yang tidak terlalu besar dan tidak mempunyai pagar itu terlihat tak terlalu bersahabat. Lita mengernyitkan dahi tanda bahwa perasaannya tidak enak untuk masuk kedalam rumah itu.

Setelah memarkirkan motornya, Anto dan Litapun turun dnegan ABi yang masih ada digendongannya. Merekapun berjalan, tangan Lita masih saja menggenggam erat jaket yang dipakai anto. Lita terlihat gugup dan ketakutan.
Dilihatnya seorang wanita yang tidak terlalu Tua, berdiri menyeringai didepan teras rumahnya, seolah sudah siap menyambut Lita & Anto yang terlihat sangat berantakan dengan keringat yang membanjiri mereka.

“kadieu ucu, ieu di hareup tos aya nu ngantosan!” (Kesini nak, ini didepan udah ada yang nungguin!) tiba-tiba kata wanita itu

Lita dan Anto hanya memandang menelisik mencari sosok yang dimaksudkan wanita itu, siapa yang menunggu mereka? Jelas jelas wanita itu hanya sendirian di temaram lampu tempel yang menguning itu.

Anto pun langsung menyalami wanita itu begitupun Lita yang dengan gemetaran menyalami tangan renta yang cukup berkeriput diumurnya yang terlihat belum terlalu berumur itu.
“nya atuh yuk masuk ka leubet!” (yasudah, ayo masuk kedalam!) ajak wanita itu.

SAHA SIA?!!!! (SIAPA KAMU?!!!!)
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close