BAJU DARI KAIN KAFAN (Part 1)
JEJAKMISTERI - Pesugihan.
Jika kita membicarakan tentang hal yang satu ini, pasti ujung-ujungnya adalah Uang.
Bagaimana tidak, dengan cara ini, manusia benar-benar menghalalkan segala cara demi mendapatkan sebuah kekayaan.
Bahkan, kitapun juga sudah banyak mengetahui tentang macam-macam pesugihan yang pernah juga beberapa kali JejakMisteri dibagikan.
Tapi,
Apakah kalian pernah mendengar jika ada pesugihan yang mengharuskan pelakunya memakai baju berbahan kain kafan dari orang yang sudah meninggal?
Jika kalian belum pernah mendengarnya, saya katakan, jika hal itu memang benar adanya.
Bahkan, menurut keterangan pelaku, jika kita mengenakkan baju berbahan kain kafan tersebut, kita tidak hanya sekedar berurusan dengan pesugihan, namun juga bisa digunakan sebagai pelet, jimat ataupun yang lainnya.
Apakah semua itu benar-benar bisa terjadi?
Untuk itu, mari kita simak cerita yang satu ini.
***
Langsung saja...
"Baju dari kain kafan"
Cerita ini sebenarnya bukanlah sebuah cerita baru ditelinga kami,
Bagi kami warga desa sini, cerita tentang pesugihan yang dilakukan oleh juragan Jani memang sudah sering sekali menjadi buah bibir diantara warga desa ini.
Namun sayangnya, tidak ada satupun dari kami yang berani membuktikannya karena selain juragan Jani adalah tokoh yang berpengaruh di desa ini, juragan Jani adalah orang yang terkenal sangat galak yang membuat siapapun enggan berurusan dengannya.
Untuk itulah, akhirnya gosip tentang pesugihan yang dilakukan oleh Juragan Jani, hanya berhenti sebagai sebuah gosip belaka yang kamipun sebenarnya tidak tau kebenarannya.
Namun seiring berjalannya waktu, Gosip yang sebelumnya semakin hilang, tiba-tiba kembali muncul kepermukaan sejak kematian Juragan Jani yang memang sempat menghebohkan warga yang tinggal disekitarnya.
Bagaimana tidak, sejak kematian Juragan Jani, kami warga desa diterror oleh penampakan sesosok pocong yang menurut kesaksian warga yang pernah melihatnya, wajah sosok pocong tersebut sangatlah mirip dengan wajah Almarhum Juragan Jani.
Dan tidak berhenti disitu saja, selain menampakan dirinya, konon sosok pocong juragan Jani kerap mengikuti warga desa sampai pulang kerumah warga dengan maksud ingin meminta bantuan karena perbuatan yang sudah dilakukannya.
Cerita tersebut, tentu saja sangat menakut-nakuti warga, hingga akhirnya wargapun tidak ada yang berani melakukan kegiatan dimalam hari ataupun yang lainnya.
Karena sejak kematian juragan Jani, saat itu kondisi desaku bisa dikatakan menjadi lebih sepi dari biasanya, semua kegiatan yang biasanya dilakukan, saat itu perlahan ditiadakan.
Dan seiring berjalannya waktu,
Akhirnya cerita inipun terjadi.
Ini semua adalah sebuah cerita tentang pengalamanku yang tanpa disangka-sangka, sejak terror yang kualami, misteri tentang penampakan Arwah Juragan Jani, akhirnya semuanya bisa berhenti disini.
***
Perkenalkan, namaku Asri, aku adalah seorang anak semata wayang dari kepala desa yang ada didesa ini.
Menjadi anak kepala desa, tentu saja menjadi kebanggan tersendiri karena selain dihormati warga, aku memang dijadikan sebagai salah satu panutan dalam hal pendidikan.
Semua itu tentu saja bukanlah tanpa alasan,
Karena didesaku, akulah satu satunya wanita yang menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Hal itulah yang akhirnya dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh warga, aku selalu dilibatkan dengan harapan aku bisa banyak memberi peranan.
Dan singkat cerita, akhirnya semua inipun terjadi.
Pagi itu, dirumahku memang sedang mengadakan rapat intern yang membahas tentang niat baik dari anak almarhum Juragan Jani yang ingin menyumbangkan rumah almarhum Juragan Jani kepada desa ini.
"Yang dikatakan Ilham benar yah ?" ucapku sambil ikut duduk bersama dengan beberapa perangkat desa yang saat itu memang sedang berkumpul dirumahku
"Iya nak, Ilham ingin menyumbagkan rumah ayahnya ke desa ini daripada kosong katanya" ucap ayahku,
"Bagus dong yah, kan nanti bisa dibuat masjid plus tempat belajar agama" usulku,
"Bukan itu masalahnya, kamu pernah dengar cerita tentang juragan Jani kan. Katanya dia jadi pocong nak, ini si Ilham beri rumahnya ke desa ini sepertinya karena sudah tidak kuat lagi tinggal didalamnya deh,, mau dijualpun gak ada yang mau beli, rumahnya angker banget" sahut ayahku.
"Terus bagaimana ini pak kades, kalau rumah itu kita tolak, sayang banget, kalau di biarkan kosong, kasihan warga banyak yang gak berani keluar malam" imbuh salah satu perangkat desa yang ikut duduk didalam rumahku.
"Bagaimana kalau kita ratakan saja dengan tanah, terus kita bangun masjid" usul bapak-bapak lain.
Dan dengan terus membicarakan hal itu, akhirnya pagi itu aku pergi meninggalkan rumahku tanpa ikut bermusyawarah mengenai hal itu karena akupun pagi itu memang ada keperluan lain yang lebih penting.
"Yah Asri mau keluar dulu ya, mau ke rumah Bu Retno lihat ibu ibu Posyandu" ucapku sambil berpamitan kepada orang-orang yang ada dirumahku yang saat itu masih sibuk membicarakan tentang rumah juragan Jani.
"Iya hati-hati" jawab ayahku
Pagi itu, aku memang berjalan pelan menyusuri jalan sambil sesekali menoleh kekiri dan kekanan hendak menuju rumah bu Retno karena memang sebelumnya aku sudah Janjian.
Namun anehnya, ditengah-tengah perjalanan, aku ketemu dengan Ilham yang akupun tau dia adalah anak dari Juragan Jani.
"Mbak Asri" sapa Ilham yang saat itu terlihat berhenti dari motornya dan menghampiriku,
"Oh iya mas, ada apa ya" jawabku sopan,
"Aku mau ngomong bisa mbak ?" Sahut Ilham sambil mengajakku agak sedikit minggir dari jalanan,
"Bisa mas, ada yang bisa dibantu" jawabku,
"Ini soal rumah bapakku mbak, aku ingin memberikannya kepada desa ini, tapi sepertinya pak kades gak mau menerimanya" ucap Ilham yang saat itu langsung ke topik pembicaraan.
"Waduh kalau itu saya gak ikut-ikutan deh mas, coba langsung saja ngomong ke ayah" ucapku,
"Mbak Asri kan anak pak kades, mungkin disini mbak Bisa membantu niat baikku,. Aku tau kok mungkin pak kades gak mau nerima rumah bapak karena rumahnya udah kosong dan serem, tapi kan sayang mbak kalau dibiarkan kosong" ucap Ilham jelas.
"Emang rumahnya bener-bener serem ya mas" tanyaku,
"Mbak kan wanita berpendidikan nih ya, masak percaya dengan hal-hal gituan. Bagaimana kalau saya ajak mbak Asri lihat rumahnya gimana, biar mbak tau dan mbak bisa meyakinkan pak kades jika rumah itu gak ada apa-apanya" usul Ilham.
"Boleh mas" jawabku singkat
Dan tanpa menolak ajakan Ilham, akupun pagi itu bersama dengan Ilham pergi kerumah tersebut untuk sekedar melihat lihat keadaan rumah juragan Jani sambil ingin mencari tau lebih dalam lagi tentang informasi mengenai keluarga Juragan Jani.
Sesampainya dirumah tersebut, tentu saja aku sudah disambut dengan rumah kosong khas jawa timur.
Sebuah rumah yang bisa dikatakan cukup besar dengan segala pernak perniknya yang sudah tidak terawat lagi.
"Rumah ini kosong sudah lama mas ?" Tanyaku,
"Sejak kematian Bapak, rumah ini sebenarnya sudah menjadi milikku mbak, tapi karena istriku sering kesurupan ketika tinggal disini, akhirnya aku memilih untuk meninggalkan rumah ini" terang Ilham Jelas,
"Kenapa gak dijual saja mas" sahutku,
"Gak ada yang mau beli mbak, semua warga disini takut. Ditambah kata warga, bapak jadi pocong gentayangan dan sering terlihat dirumah ini" terang Ilham cemas.
"Maaf ya mas sebelumnya, sebenarnya tadi dirumahku, orang-orang juga sedang membicarakan tentang hal ini. Namun karena aku gak enak sama masnya jadi aku diem aja" ucapku
"Iya mbak, aku sebenarnya ingin membersihkan nama orang tuaku, dengan memberikan Rumah ini kepada Desa. Mungkin dengan begitu orang tuaku tidak lagi dipandang jelek di desa ini." jawab ilham.
Dan dengan terus membicarakan hal itu, akupun pagi itu benar-benar diajak berkeliling oleh Ilham.
Semua seluk beluk rumah juragan Jani, pagi itu benar-benar kutelusuri.
Pernak perniknya, furniturenya dan segala macamnya, pagi itu benar-benar kulihat dengan mata kepalaku sendiri.
Dan singkat cerita, setelah puas melihat itu semua, akhirnya akupun bersama Ilham keluar dari tempat tersebut dan berpisah di depan Rumah juragan Jani untuk kembali melakukan aktifitas kami masing-masing.
Namun sayangnya, sejak aku keluar dari rumah Juragan Jani tersebut, aku tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan diriku,
Tubuhku yang sebelumnya baik-baik saja, saat itu tiba-tiba terasa berat seolah sedang menggendong seseorang.
Dan tidak berhenti disitu saja, pagi itu aku mencium aroma bangkai yang tercium kuat yang akupun tidak tau darimana asalnya.
Dan dengan terus memikirkan hal itu, akhirnya akupun melanjutkan semua aktifitasku dengan sesekali menoleh kekanan dan kekiri seolah aku memang merasa benar-benar sedang diikuti.
Dan singkat cerita, setelah semua kegiatanku hari itu telah selesai, akupun kembali pulang kerumahku dengan perasaan yang semakin aneh saja.
Kini bulu kudukku sudah tidak berhenti merinding dengan sesekali aku seperti mendengar suara orang berteriak kencang memanggil-manggil.
Dan dengan coba tidak menceritakan kepada siapapun, akhirnya akupun tetap diam dan langsung masuk kedalam kamarku ketika aku sampai didalam rumahku.
Malam harinya,
Semuanya semakin aneh saja,
Malam itu, ketika aku sedang beristirahat, aku tiba-tiba dikagetkan dengan suara tangisan perempuan yang terdengar jelas berasal dari samping rumahku.
Suara tersebut terdengar jelas diantara suara-suara jangkrik yang malam itu memang sedang berbunyi dengan sangat keras.
"Hi hi hiks hi hi hiks"
Mendengar hal itu, tentu saja aku yang sebelumnya tidur dengan tenang, malam itu langsung gemetar ketakutan karena aku mulai merasakan jika ada sesuatu hal yang sedang mengancam.
Dan dengan mencoba memberanikan diri, akhirnya akupun membuka jendela kamarku dan melihat bagaimana keadaan diluar rumahku malam itu.
Ketika jendela kubuka, tentu saja aku tidak melihat adanya siapapun yang ada di samping rumahku, karena selain disamping rumahku ini memang tidak ada apa-apa. Tepat disamping rumah memang hanya ada sedikit lahan kosong tempat tetanggaku menjemur pakaiannya.
Dan setelah puas melihat semua itu, akhirnya akupun kembali menutup jendelaku dengan tidak lagi mendengar suara tangisan yang sebelumnya kudengar.
Namun sayangnya, semuanya tidak berhenti disitu saja.
Ketika aku selesai menutup jendela kamarku, malam itu tiba-tiba pandanganku teralihkan dengan sesosok pocong yang saat itu tiba-tiba ada tepat dibelakangku.
Sosok tersebut berdiri tegak lebih tinggi dariku sambil menatapku dengan tatapan yang terlihat sangat sayu.
Wajahnya yang terlihat pucat dengan matanya yang terlihat seperti sedang menahan kesedihan, membuat moment itu hingga saat ini tidak akan pernah bisa aku lupakan.
Melihat hal itu, tentu saja akupun seketika berteriak sekuat tenaga sambil jantungku yang juga seketika berdetak kencang tidak karuan.
"Pocoooooonggg" teriakku sambil berlari keluar kamarku dan menuju kekamar orang tuaku.
Sesampainya dikamar orang tuaku, akupun seketika menangis tersedu sedu sambil menceritakan apa yang sudah aku lihat barusan.
"Hah, pocong" jawab ayahku kaget sambil berjalan cepat kearah kamarku,
"Iya yah, Asri takutt" rintihku,
Dan setelah puas melihat lihat sekitar, akhirnya ayahkupun duduk lemas sambil mengelus elusku yang saat itu memang tidak berhenti menangis tersedu sedu.
"Sepertinya apa yang dikatakan warga tentang pak Jani benar deh. Besuk ayah mau bicarakan ini semua kepada pak Lukman" ucap ayahku tiba-tiba.
Dan setelah obrolan kecilku malam itu, akhirnya akupun tidur bersama dengan ayahku diruangan tengah rumahku.
Singkat cerita,
Sekitar pukul 02.00 dinihari, aku tiba-tiba kembali dibangunkan oleh ayahku dengan nada yang sangat mencurigakan.
"Husttttt bangun nak" ucap ayahku sambil tanganya mengarah kemulutku.
Ketika aku membuka mata, pagi itu tiba-tiba mulutku seketika dibungkam oleh ayahku seraya memberi tanda jika ada sesuatu yang sedang melintas diantara rumahku.
Dan benar, beberapa saat setelah aku sedikit tenang, pagi itu aku benar-benar mendengar suara lompatan yang terdengar jelas berada di dalam rumahku.
Suara lompatan tersebut terdengar beberapa kali tepat berada didapur, ruang tengah hingga ruang tamu rumahku.
"Blek. Blek blek. blek"
Mendengar hal itu, tentu saja ayahku seketika terus menatap wajahku seraya memberi tanda agar aku tidak bergerak dari tidurku.
Waktu itu,
Adalah waktu yang tidak akan pernah kulupakan selama hidupku, aku dan ayahku tidur berbaring dengan dikelilingi sesosok pocong yang berputar putar didalam rumahku.
Bau busuknya, suara erramannya hingga kain lusuhnya hingga kini masih terbayang bayang olehku.
Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu aku juga sempat melihat sosok pocong tersebut lewat dan berhenti tepat dibelakang tubuh ayahku yang saat itu memeluk tubuhku dan melindungiku.
Dan dengan tetap menahan semua tangisan, dan rasa takut yang sangat luar biasa.
Malam itu aku mencoba bertahan dengan coba memejamkan mata sambil terus berdoa sebisanya.
Dan puncaknya, malam itu akhirnya bisa berhasil kulewati dengan keadaan yang baik-baik saja.
Keesokan harinya,
Aku terbangun dengan keadaan yang semakin aneh saja.
Bagaimana tidak,
Ketika aku membuka mata, aku tidak melihat adanya siapapun yang ada dirumahku.
Rumahku pagi itu terlihat sepi dengan tidak ada satupun orang yang terlihat ada disini.
"Kok sepi sih, ayah kemana ya pagi pagi gini" ucapku sambil menoleh kekanan dan kekiri.
Dan setelah mengetahui semua itu, akhirnya akupun melakukan aktifitasku seperti biasanya mulai membersihkan rumahku dan memasak makanan untuk ayahku.
Semua itu memang selalu kulakukan disetiap harinya karena akupun tau, sejak kematian ibuku, kini ayahku hanya tinggal bersamaku dengan aku yang harus mengurusi semua keperluan hidupnya.
***
Ditengah tengah aku sedang membersihkan rumahku, pagi itu aku kembali terkejut karena aku melihat adanya ceceran tanah yang terlihat di tiap-tiap sudut rumahku.
Dan tidak berhenti disitu saja, pagi itu aku juga melihat banyaknya potongan bunga melati disekitar rumahku yang kuduga kuat seperti sengaja ditaburkan oleh seseorang.
Melihat hal itu, tentu saja akupun seketika membersihkannya dan aku berniat untuk segera pergi kerumah Ilham karena aku mulai merasa sejak kepulanganku dari rumah juragan Jani kemarin, aku sepertinya sedang diikuti oleh makhluk yang tak kasat mata.
Setelah semua kegiatan dirumahku selesai, pagi itupun aku pergi kerumah Ilham seorang diri dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya.
Namun anehnya, baru saja aku sampai di depan rumah Ilham,
Pagi itu aku sudah melihat pemandangan yang sangat tidak masuk di akal dan fikiranku.
Bagaimana tidak,
Pagi itu aku melihat Ilham sedang melakukan Tindakan yang sangat tidak wajar didepan rumahnya.
Dia benar-benar sedang terlihat memakan ayam jawa hitam yang masih dalam keadaan hidup.
Leher ayamnya diremas, darahnya dihisap dengan mulutnya yang penuh dengan bulu-bulu ayam, pagi itu seketika membuat aku membatalkan niatku untuk melanjutkan langkahku.
Pagi itu aku hanya berhenti di depan pagar garasinya sambil terus memperhatikan aktifitasnya tanpa dia sadari.
Dan tidak berhenti disitu saja,
Disebelah Ilham, aku juga melihat adanya Anak kambing jantan yang sepertinya juga hendak dia makan mentah-mentah.
Pemandangan itu, benar-benar aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, betapa liarnya Ilham memakan hewan tersebut dengan nafsu yang sepertinya tidak layak untuk aku ceritakan disini.
Dan ketika aku sedang asyik melihat semua pemandangan tersebut,
Tiba-tiba aku melihat dari dalam rumah Ilham, keluar seorang laki-laki paruh baya yang ternyata tidak lain dan tidak bukan dia adalah pak Kades, yaitu ayahku sendiri.
Beliau terlihat membawa ayam jawa dari dalam rumah dan terlihat memberikannya kepada Ilham untuk dimakan.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya