SEKELUMIT CERITA DARI TANAH PENGAMPON
CeritaRakyat - "Mendung bergelayut syahdu di bumi Pengampunan.."
"Ketika rindang sinar mentari sedikit berjingkrak menyiku hari.."
"Kutemui tanah-tanah basah dan terbata-bata satu-satu menyibak sebuah misteri.."
Dimana, sang tokoh yang beparas cantik ayu nan rupawan, terhempas dan terjatuh ke tanah akibat lilitan sebuah tanaman rambat Waluh Siyem. Tak henti-hentinya dari mulutnya berkata lirih mengucap kata istigfar tiada henti, tuk memohon keridhoan dan ampunanNYA pada Sang Khalik Sang Maha Pengampun.
Di tanah itulah sang Gusti Ayu terjatuh, dan beliau itu adalah Nyi Endang Geulis, yaitu istri dari Mbah Kuwu Cirebon yang tak lain adalah Pangeran Cakra Buana. Maka, di tanah itulah di mana beliau terjatuh menjadi cikal bakal awal mula sejarah berdirinya kampung yang bernama "Pengampon".
Kata "Pengampon" di ambil dari sebuah kata "Pengampun", konon, tanah tersebut di prediksi luasnya tidak lebih hanya berdiameter seukuran alat tradisional dari bambu untuk pemilah padi atau beras yaitu tampir atau tampa/tebok (jawa;red)
Menurut cerita nara sumber dari seorang tokoh sesepuh asli putra daerah, yaitu Bapak Jari yang sekarang sudah almarhum, dan beliau pernah bercerita kepada bapak Basyar (abdi dalem pendopo buyut Pengampon) bahwa, sepesifikasi jenis dari tanah Pengampon cirinya adalah, di bawah kedalaman di tempat tersebut ada lapisan tanah liat putih juga ada lapisan lagi yaitu berupa pasir putih.
Menurut cerita bapak Jari sewaktu beliau masih hidup mengatakan bahwa, tanah Pengampon dimana beliau atau Nyi Endang Geulis pada saat terjatuh, lokasi tanah Pengampon di prediksi berada di sekitar tanah pribadi milik bapak Basyar itu sendiri, dan pembuktian itu secara tidak sengaja di saat putra dari bapak Basyar sendiri yaitu saudara Mustari hendak membangun sebuah rumah.
Di kala tanah tersebut hendak di bangun oleh bapak Basyar, terbersit keraguan dan kekhawatiran, karena di tanah milik pribadinya tersebut di percaya terdapat lokasi "Tanah Asli Pengampon", kemudian yang beliau lakukan adalah untuk mengukur ukuran luas pondasi bangunan kembali, karena ada kekhawatiran apabila benar, maka tanah Asli Pengampon tersebut yang di maksud nanti akan tertutup oleh bangunan rumahnya yang akan di bangun.
Akhirnya degan keyakinan istikhoroh dan sugestinya, denah bangunan rumahnya oleh beliau di geser kesebelah Barat (jawa;kulon).
Setelah rumah tersebut selesai di bangun, bapak Basyar kemudian membuat sumur bor di luar bangunan sekitar rumahnya yang baru saja di bangun. Beliau lalu degan rasa yakin di dalam hatinya, apabila kalau memang benar adanya tanah Asli Pengampo di sekitar rumahnya yang baru selesai di bangun, maka beliau berharap untuk menemukannya atau mendapat petunjuk.
Ternyata, saat pengeboran pipa pertama masih belum ada kejelasan ciri yang di maksud, hingga terus pengeboran di lanjutkan dan di perdalam lagi, hingga akhirnya beliau merasa terkejut begitupun para pekerja sumur bor, terlihatlah keluar tanah liat berwarna putih kemudian semakin dalam pengeboran muncullah keluar pasir berwarna putih pula hingga sampai selesai pengeboran. Alhasil, air keluar sangat bagus bening dan deras.
Kemudian untuk pembuktian selanjutnya yaitu membuka kran air pertama, lalu airnya di cicipi degan lidah dan belum ada sesuatu yang berasa atau berbeda, selanjutnya air terus di biarkan keluar mengucur dari krannya dan pada tahapan selanjutnya, air yang keluar dari kran itu di cicipi kembali rasanya degan lidah ternyata, rasa air itu ada perbedaan seperti airnya berasa dan baunya seperti bau "Ampo" (tanah liat kering yg sudah di olah secara khusus) dan menurut beliau, tentang kebenarannya hanya Allah SWT yang Maha tahu (Wallahu'aklambhishowab).
Di sini saya selaku sang penulis, adalah hanya sekedar sebuah tulisan untuk meretas sebuah legenda atau cerita turun temurun, peristiwa dari sebuah sejarah awal mula berdirinya kampung bernama "Pengampon" yang sekarang menjadi sebuah desa yang terletak di Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon yaitu Desa Danawinangun.
Maka di harapkan, bagi seluruh pembaca atau pemirsa apabila pernah tahu beberapa cerita dari peristiwa sejarah yang terkait sejarah tanah Pengampon dan Nyi Endang Geulis, di persilahkan datang kependopo Petilasan Nyi Endang Geulis Pengampon Desa Danawinangun Kec.Klangenan Kab.Cirebon untuk memperkaya Khazanah Alur Cerita sebuah mitologi dari sejarah Pengampon dan keterkaitannya baik baik dari para sesepuh ataupun tokoh dari Blok Tegalan, Lebak Lor Ds.Jamblang dan Blok Pandean Ds.Serang yang masih merupakan anak putu dan bagian dari sejarah tanah Pengampon. Monggo di tunggu partisipasinya..
Tradisi masyarakat Pengampon kemudian mulai berkembang di antaranya untuk mengenang beliau Nyi Endang Geulis, yakni di adakan arak-arakan degan membawa tandu mengarak keliling benda pusaka hingga menjelang subuh yang di dalamnya merupakan benda Pusaka Nyi Endang Geulis berupa Pusaka Gamelan dengan di kawal di iringi pusaka Tombak pada setiap malam 17 Maulid yang biasa kita sebut "Mider Buyut". Hingga sekarang Tradisi Adat istiadat masyakat Desa Danawinangun dan blok Tegalan Desa Jamblang terus di adakan dan di lestarikan, agar supaya kelak anak cucu beliau tidak melupakan sejarah dari moyangnya yaitu Nyi Endang Geulis.
Konon, menurut bapak Basyar yang pernah melihatnya secara langsung dengan mata kepalanya sendiri, dulu benda pusaka gamelan tersebut pernah muncul atau pernah ada dengan bejumblah 9 buah pada saat Desa Ciawi Palimanan di bakar oleh gerombolan perusuh, bahkan pada saat itupun Desa Danawinangun pada masa itu juga menjadi target para gerombolan perusuh, karena konon, minyak tanah sudah di siramkan di balai desa, dan dengan berkaitan munculnya sebuah benda pusaka 9 buah gamelan yang secara tiba-tiba itu adalah sebagai isyarat pertanda dari Sang Maha Kuasa bahwa, di balai desa bakal aman dan juga termasuk di Petilasan Nyi Endang Geulis yang sejatinya dulunya terletak di belakang balai desa Danawinangun itu sendiri yang konon, merupakan rumah beliau Nyi Endang Geulis saat tinggal di Pengampon.
Kemunculan pusaka gamelan pada saat itu ada 9 buah yang berarti melambangkan Sang Wali Sanga (sembilan), Namun entah mengapa pada saat ini, benda pusaka tersebut hanya ada menjadi tinggal 3 buah. Kita tidak tahu sisanya entah kemana, apakah hilang akibat ulah oknum atau menghilang degan sendirinya...
Wallahu'aklambishowab..
Nara sumber : Bapak Basyar.
Sumber : Juru Kunci Pendopo Pengampon