Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cokro Kolo Munyeng (Part 12)


JEJAKMISTERI - Mbok Nah terjengkang kebelakang begitu juga Srenggana Maruta, keduanya sama-sama memiliki tenaga dalam yang seimbang, Kali ini Srenggana Maruta memutar tubuhnya ekor yang lancip menyeluru menuju tubuh Mbok Nah, dengan sigap nenek tua bertubuh agak bongkok menghindar ke kiri serta memukulkan telapak tangannya kearah ekor milik Srenggana Maruta, tapi ekor itu seperti punya mata dengan meliuk lalu membelit pergelangan tangan Mbok Nah, laksana seekor ular terus merayap dan membelit tubuh Mbok Nah.

Aku meninggalkan ular bertanduk dan segera menebaskan pedang Sirr Yasin kearah ekor yang membelit tubuh Mbok Nah, sebelum Sirr Yasin menyentuh ekor Srenggana Maruta, aku merasakan ada sebuah kekuatan yang melindungi ekor itu hingga aku terpental, Mbok Nah semakin tersengal, lehernya terbelit oleh ekor Srenggana  maruta, di saat kritis Nyai Kantil Semayang tiba-tiba muncul dari arah belakang tubuh Srenggana Maruta dan menusukan Konde bunga Kantil di kedua bahu dan memukul punggung srenggana Maruta, tubuhnya terdorong kedepan berlumuran darah dari kedua bahunya, dengan cepat Srenggana Maruta mengangkat tangannya, tongkat Naga tiba-tiba sudah dalam genggaman tangannya, dengan gerakan memutar dikibaskan tongkat naga kearah Nyai Kantil Semayang, Nyai Kantil Semayang segera menangkis deru tongkat dengan tangannya.. "prakkk.." tubuh Kantil semayang sempoyongan akibat benturan, tidak sampai disitu Srenggana Maruta segera menerjang memburu tubuh Kantil semayang, ujung tongkat berkepala Naga menghantam dada Kantil Semayang hingga ambruk dan memuntahkan darah segar, mbok Nah yang terbebas dari belitan ekor Srenggana Maruta segera terpejam merapatkan dua telapak tangannya depan dada, tak lama kemudian berkata,

"Wi.. keluarkan Selendang itu cepat.." seru Mbok Nah.

Aku segera mengeluarkan Selendang merah darah dan memberikan sama Mbok Nah,

"Cepat serang dengan selendang itu sebelum dia kembali menggunakan ekornya" ucap Mbok Nah.

Melihat aku yang diam segara mbok Nah menyambar selendang dari tanganku dan mengikatkan ujung selendang hingga berbentuk bulatan diujungnya disusul dengan gerakan memutar mutarkan selendang di atas kepalanya lalu.. "wishhh" ujung selendang kini bergantian dan membelit tubuh Srenggana Maruta, semua tubuhnya terbungkus selendang merah darah.

"Cepat.. tebas ekornya Wi.." seru Mbok Nah.

Aku segera meloncat dan menebaskan pedang Sirr yasin, "crasss.." ekor itu terputus, seperti ekor cicak, meski terputus masih bergerak dan menyerang kearahku, satu dua tebasan pada akhirnya menghentikan gerakan ekor Srenggana Maruta.

Tubuh Srenggana Maruta yang terbungkus selendang merah tampak memberikan perlawanan dengan menjadikan tubuhnya membesar, Kantil Semayang yang melihat itu dengan sisa kekuatan yang masih ada segera menghampiri dan memeluk leher Srenggana Maruta.

"Mbak yu Nah... cepat lakukan" teriak Kantil Semayang, sambil mengalungkan tangannya dileher Srenggana Maruta, aku yang mendengar itu benar-benar tidak faham dengan maksud Kantil Semayang yang aku lihat wajah Mbok Nah terlihat Sedih.

Lalu terdengar suara teriakan mbok Nah disusul satu Hentakan terlihat selendang itu terbungkus oleh api yang berwarna Ungu merambat dari ujung tangannya menjalar dan terus membakar dua sosok, Kantil Semayang dan Srenggana Maruta dan... "darrrr" tubuh keduanya hancur menyisakan bau daging terbakar.

Malam ketiga tujuh saat aku dan Atun tengah asyik bermain catur, suara ketukan pintu terdengar, aku yang berada tidak jauh dari pintu segera membukakan pintu, sosok nenek tua dengan tubuh bongkok tersenyum, aku segera mempersilahkan mbok Nah untuk masuk, dan langsung duduk dihadapanku sambil memegang buah catur, Atun segera masuk kedapur untuk membuatkan teh manis juga kopi hitam kesukaanku.

Mbok Nah.. menaruh buah catur, raja dan patih bergandengan, dan menyingkirkan buah catur yang lain, kecuali benteng dengan posisi terbalik.

"Ini raja atau ratu punya kuasa.. tapi hanya bisa jalan satu langkah dan yang ini adalah patih punya jalan yang bebas dan yang ini Benteng tapi posisinya sudah terbalik artinya sudah sirna semua tinggal bagaimana kamu untuk menghentikan Patih itu serta menangkap Ratunya.." ucap mbok Nah dengan memakai bahasa kiasan hebat juga batinku.

"Terus" jawabku.

"Tugasku hanya sampai disini untuk menghentikan Patih, semua akan kembali pada caramu berpikir, gunakan selendang merah darah dipadu dengan doa Jibril, kamu harus tenang dan usahakan hatimu untuk mengingat gusti Allah meski kondisimu tengah bertempur hanya dengan cara itu, kamu bisa menghentikan-nya" ujar mbok Nah.

Hamidah dan Atun datang dan duduk bersama kami, mbok Nah segera mengalihkan percakapan,

"Ndo.. kemarin ada yang datang untuk menanyakan masalah rumah yang mau dijual, ini kartu namanya.. katanya besok akan menghubungi" ucap mbok Nah.

"Iya mbok.. terima kasih, besok kalau Rumahnya laku mbok tinggal disini" jawab Hamidah.

"Ngak.. ndok.. simbok mau pulang saja ke jawa,, mudah-mudahan ndok sehat terus ya" jawab mbok Nah dengan mata yang berkaca-kaca, Hamidah memeluk erat tubuh mbok Nah yang puluhan tahun menemaninya.

"Kalau rumah itu laku nanti kita sekalian pulang bareng ya mbok... ndok antar sampai rumah simbok.." ucap Hamidah.

Malam itu mbok Nah tidur bersama Hamidah, sedikitpun tidak ada gangguan hingga pagi hari.

Selepas subuh aku sudah duduk sambil minum kopi.. mbok Nah menghampiri dan berkata,

Besok malam ketiga sembilan, persiapkan dirimu Wi.." kata Mbok Nah.

"Insya Allah, mbok" jawabku.

"Bisa jadi ratunya akan keluar, dimalam ke empat puluh satu, hanya saja simbok bingung mau ngasih tahunya.." ujar mbok Nah.

"Apa yang membuat mbok bingung" tanyaku.

"Ach... sudahlah.. Wi.. nanti saja mbok kasih tahu kalau kamu sudah bisa mengalahkan Patih Srenggi Kolo pati" jawab mbok Nah.

"Banyak sekali mbok.. sebenarnya mereka itu Siapa dan kenapa berada dalam tubuh Hamidah.. terus Dayang Wungu itu wujudnya seperti apa ?" tanyaku.

"Dayang Wungu beserta pembantunya adalah Sosok yang ditanam oleh mendiang ibunya Hamidah yang memberikan kecantikan dan kemolekan untuk Hamidah dengan imbalan nyawa dari suami Hamidah, beda lagi dengan jungjungan pesugihan Hamidah yang sampai Saat ini masih mengincar Hamidah" ujar mbok Nah.

Malam ketiga puluh sembilan, Srenggi kolo pati datang dengan wujud seorang laki-laki tampan, dipinggangnya terselip satu buah keris yang cukup panjang, berhiaskan batu permata digagangnya dengan berkacak pinggang sikapnya begitu jumawa senyum sinis tersungging dibibirnya.

"Aku akan mengabdikan diriku kepadamu jika kamu bisa mengalahkanku.. hahaha.." ucap Srenggi kolo pati.

"Kita lihat saja.." jawabku sambil menyiapkan diri.

"Bagus.. keluarkan semua ilmu-mu.." Ujar Srenggi kolo pati sambil mencabut kerisnya, saat keris itu keluar dari sarungnya langit menjadi hitam, petir menyambar, sebuah pusaran angin berputar mengelilingi dirinya, dan Wujud Srenggi berubah menjadi sosok yang tidak jauh beda dengan Srenggana Maruta.. 'malih wujud'.

Keris dari Srenggi diarahkan kepadaku dan dari ujung keris keluar satu larik sinar hitam menderu dengan hawa panas yang begitu menyengat, aku tidak ingin beradu kekuatan, aku pejamkan mata hatiku menyebut Asma Gusti Allah dan mulut mengucap dan menyanjung dalam tasbih jibril, satu hawa yang begitu sejuk mengalir dalam jiwaku kedua tanganku terangkat keatas layaknya orang yang tengah berdoa dan segera aku turunkan kedua tangan menepuk tanah.. "Allah..hu..akbar.." satu hawa dingin menyongsong larik sinar dari ujung keris.. 'desss...' perlahan lahan larik sinar panas terdorong.. hingga kembali masuk ujung keris.

"Setan alas.. ilmu apa yang kamu pake hingga bisa menahan kerisku.." seru Srenggi kolo pati.

"Ilmuku ilmu Tuhan, ilmuku ilmu sang pencipta.. dasar setan..." jawabku.

Srenggi kolo segara mengacungkan jari telujuknya, dari menarik tangannya kearah kanan, satu putaran angin puting beliung, menyapu tubuhku dan aku terperangkap dalam pusaran Angin, dalam pusaran Angin aku terus berusaha untuk tetap tenang dan tetap melakukan apa yang diucapkan Mbok Nah., ingat sama yang Maha Kuasa dan kembali bertasbih dalam tasbih nabi Yunus.. pusaran angin tiba-tiba mereda dan mengembalikanku, tidak jauh dari Srenggi kolo pati yang tengah tertawa terbahak bahak, tawanya langsung hilang saat melihatku tengah duduk bersila.

"Edan... dua kali.. kamu.. mampu keluar dari seranganku.." ucap Srenggi.

Ini yang dimaksud oleh mbok Nah.. ketenangan jiwa dan tidak terbawa emosi saat menghadapi  Patih Srenggi Kolo Pati.

Srenggi pati segera bersila mulutnya komat kamit lalu meniup kerisnya, Dan keris itu terbang.. mengarah kedadaku, aku segera mengayunkan sirr Yasin untuk menangkis tusukan atau sabetan keris terbang,

"Trang... trang... tranggg...."

Getaran dari energi keris itu begitu kuat, itu begitu terasa oleh jemariku yang terasa sakit dan bergetar, kali ini Srenggi Pati memang mengajakku untuk bertempur, mengadu kekuatan.. mau tidak mau aku harus melayani Dua pukulan sudah kusiapkan doa jibril dan guncang az zalzalah, keris itu terbang meliuk liuk serta menyambar sementara Srenggi pati tengah bersiap dan merapalkan mantra.. dan tiba-tiba wujudnya berubah, tangannya kini menjadi empat dengan tambahan satu mata di keningnya, setiap tangan memegang senjata yang berbeda, aku betul-betul terkejut dan terkesiap dengan perubahan Wujud Srenggi pati..

"Celaka..." gumamku.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close