Cokro Kolo Munyeng (Part 13)
JEJAKMISTERI - Melihat wujud Srenggi Pati, aku betul-betul dihadapkan pada seorang makhluk astral yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan kesaktian yang begitu tinggi, aku berusaha untuk tenang dalam menghadapi Srenggi pati.
Srenggi Pati benar-benar menjelma menjadi sosok yang menakutkan dengan empat tangannya yang memegang senjata berbeda, dua tangan kanan memegang gada dan cambuk, dua tangan kiri memegang pedang dan tombak.
Keris itu masih berputar mengitari tubuhku, Srenggi Pati datang dan menerjang dengan keempat senjatanya, aku benar-benar repot dan seluruh tenagaku terkuras habis, keris terbang datang menyeruak dari samping, kali ini aku tidak menangkisnya dengan Sirr Yasin tapi memukulnya dengan doa Jibril sekaligus untuk menghentikan langkah Srenggi Pati yang juga datang dan menyerang dari arah yang sama disertai dengan ayunan gada juga lecutan cambuk, pedang dan tombak sudah siap menikam, setelah pukulan Jibril segera ku susul dengan guncangan Zalzalah dengan cepat energi Hijib qursi,
Ku siapkan untuk membentengi diri dan yang terakhir menyatukan hati dengan zat yang maha besar.. larut dalam kemaha esaan, dalam qalam ilahiah.. sebagai makhluk yang tiada daya dan upaya.
Dua kekuatan besar saling berbenturan hawa begitu panas menyengat menyebar dikalangan pertempuran sebuah dentuman dahsyat membuat tubuhku jungkir balik aku segera duduk bersila menahan napas dan menyimpannya di rongga dada sementara itu Srenggi Pati terjajar beberapa langkah dan langsung melecutkan cambuk api angin, disusul gada betoro yang menghantam bumi, pedang dan tombaknya terpental dan berubah menjadi asap yang kemudian asap itu masuk kedalam tubuh tuannya.
Api dan angin yang keluar dari lecutan cambuk, seperti lidah api yang merangsak maju kearah tubuhku, Hijib qursi yang sudah kupersiapka sejak tadi, dengan hembusan napasku yang tertahan dalam rongga dada kudorongkan bersama hijib qursi dua hawa panas yang sama-sama keluar seakan seperti lidah api saling menjilat.
Udara semakin panas dentuman Gada Betorob membuat tanah yang dipijak bergoncang hebat.
"Kepalang basah.." batinku sambil menghantamkan Guncangan Zalzalah untuk menyongsong guncangan Gada Betoro, sebuah pertempuran yang dahsyat... kali ini membuat tubuhku terpental jauh ujung tanganku terbakar hingga kulitnya melepuh.
Srenggi pati tertawa terbahak bahak menyaksikan tubuhku yang terkapar dan dengan cepatnya, lecutan cambuk api angin kembali terdengar, "swiiit... ctarr... ctaaaaarrr..."
"Ini saatnya kamu gunakan selendang merah darah.m dengan doa Jibril Wi.." suara mbok Nah jelas terdengar ditelingaku dengan sisa tenaga aku berusaha bangkit untuk melepas selendang merah darah dipinggangku.
Lecutan cambuk kuhadang dengan doa jibril, dua kekuatan saling kembali berhadapan, deru gada menyeluru terayun siap menghantam tubuhku putaran selendang merah meluncur mengincar kaki Srenggi Pati, satu tangan Srenggi Pati meraih ujung selendang yang berbentuk bulatan selendang merah.. malah meliuk membelit tangannya dan terus menjalar melilit leher juga tubuhnya, akhir dari beradunya cambuk api angin dan doa jibril menghasilkan sebuah benturan desingan Gada Betoro, tiba-tiba terpental saat satu larik sinar ungu menghantam pangkal lengan Srenggi Pati.
Tubuh Srenggi Pati berusaha untuk keluar dari belitan selendang merah dengan menjadikan dirinya berubah wujud menjadi asap, kembali satu larik sinar ungu menghantam tubuh Srenggi Pati.. "blarrr..." separuh tubuh yang dihantam sinar ungu hancur seiring lilitan selendang merah yang mengendur.
Satu kepala dengan dua tangan dengan dada yang gosong melesat kearah dimana asal sinar ungu.
"Cepat bocah jangan melongo.. hantam dengan doa jibril" suara nenek tua berbadan bungkuk, sambil kembali menyerang dengan pukulan sinar ungu untuk menghalau separuh badan Srenggi Pati.
"Hehehe... iya mbok" jawabku sambil menoleh ke arah mbok Nah, dua larik sinar menghantam separuh badan milik Srenggi Pati hingga menyisakan kepala yang terbungkus api menyala.
Kepala itu terbang dan menyambar siap menghujamkan kedua pasang taringnya.
"Sudah aku mau pulang, kepala itu urusanmu.." seru mbok nah.
"Tunggu mbok.." jawabku sambil menoleh ke arah mbok Nah, tapi sosok nenek bungkuk itu sudah tak ada lagi.
Kepala terbang itu mengitari tubuhku, aku yang sudah kehabisan tenaga secepatnya memutar-mutarkan selendang diatas kepalaku dan menunggu kesempatan hingga.. "slappp" kepala terbang milik Srenggi terbungkus selendang dengan tenaga yang tersisa aku kembali memutarkan selendang Merah Darah..
"Pergi dan pulang ke asalmu..." disertai satu hempasan kepala Srenggi melesat kearah laut.
"Wi.. kini saatnya kamu harus tahu, kunci membebaskan Hamidah, malam ini adalah malam ke 40 bisa jadi dia keluar untuk meminta tumbal yaitu Suaminya Hamidah, usahakan kamu bersama temanmu untuk berada disamping tubuh Hamidah jangan lengah apalagi tidur, karena kalau sudah keluar dan kembali masuk lagi semuanya akan sia-sia dan Hamidah tidak akan terbebas, juga bisa jadi temanmu yang binasa.." ucap mbok Nah saat berbicara bersama Atun dan Hamidah.
"Iya mbah.. eh..mbok.." jawabku sambil tersenyum ke arah mbok Nah.
"Ndok.. ini demi keselamatanmu, simbok cuma minta satu hal saja..." kata mbok Nah sama Hamidah.
"Iya Mbok.. apa itu yang mbok maksudkan.." jawab Hamidah.
"Malam ini atau malam besok.. ndok tidur jangan pake selimut ya..." balas mbok Nah.
"Nggeh mbok..." Tukas Hamidah.
"Kanggo sampean mas Atun, simbok mau nanya, kalau Hamidah tidak cantik juga tidak kaya lagi masih mau jadi suaminya Hamidah.." tanya mbok Nah.
"Sudah kepalang mbok.. saya sudah puasa 40 hari... masa waktunya istri saya terbebas saya mau mundur... tidak jadi saya makan Hamidah.." cetus Atun sambil cengengesan.
"Ya wes.. kalau gitu sekarang Mas Atun sama ndok pergi kepasar untuk membeli perlengkapan buat nanti malam yo ndok..." Ujar Mbok Nah.
Atun dan Hamidah segera berpamitan untuk membeli semua yang di minta mbok Nah sepeninggal mereka, mbok Nah kembali berkata,
"Wi... simbok gak yakin kawanmu sanggup untuk menangkap makhluk itu, maka dari itu simbok sangat berharap kamu yang jadi suaminya Hamidah.. tapi bagaimana lagi.. jalannya sudah begini" ucap mbok Nah.
"Saya jadi penasaran memang ratu yang hendak ditangkap itu berwujud apa? Dan keluarnya dari mana?" tanyaku.
"Sebelum mengatakan ini padamu, simbok sudah bicara sama ndok Hamidah dan dia tidak keberatan.m Wi.." jawab Mbok Nah.
"Sebentar mbok, maksudnya tidak keberatan gimana mbok.." ujarku dengan nada yang sangat heran.
"Baiklah Wi.. kenapa suami Hamidah semuanya meninggal belum genap dua bulan hidup bersama Hamidah.." ucap mbok Nah.
"Kenapa itu mbok" tanyaku semakin heran.
"Setiap suami Hamidah melakukan kewajibannya pada Hamidah maka sari-sari kehidupan suami Hamidah akan dihisap oleh makhluk itu" jawab mbok Nah.
"Kalau makhluk itu mau mengambil nyawa suami Hamidah kan bisa mengambil begitu saja, kenapa harus mengambil sari-sari kehidupan suaminya seakan-akan ini memberi kenikmatan lalu mengambil kehidupan" Ujarku.
"Wi.. dengan perlahan lahan maka masyarakat tidak akan pernah curiga pada awalnya, tapi semakin kesini semua orang akan tahu karna setiap suami Hamidah pasti akan mati" ujar mbok Nah.
"Lalu apa hubungannya kematian mereka dengan hubungan sebadan semua suami Hamidah.." tanyaku.
"Kamu benar mau tahu Wi..??" ucap mbok Nah.
"Sangat ingin tahu mbok.." jawabku.
"Halah... kamu tuh kepo hehehe.." ujar mbok Nah jadi nenek gaul.
"Hadeeeehhhhh..." kataku sambil menepuk jidat.
"Gini Wi... setiap laki-laki yang bersetubuh dengan Hamidah pasti akan menemui ajal karena Hamidah punya tanda putih di selangkangan, tanda itulah yang dinamakan 'Cokro Kolo Munyeng' dan tugasmulah untuk menangkap Makhluk itu, yang bersarang dalam Farji atau vagina Hamidah.." ucap mbok Nah.
"Apa...!!!!" aku begitu kaget dan...
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya