Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cokro Kolo Munyeng (Part 14 END)


JEJAKMISTERI - Hamidan dan Atun baru balik dari pasar dan memberikan semua pesanan yang diminta mbok Nah. Mbok Nah langsung menata semua piranti untuk sesaji dalam satu tampah dan menaruhnya di kamar.

"Mas Atun.. tolong carikan daun kelor sama empat buah kelapa gading dan jangan lupa mintakan daun bidara segenggam" pinta Mbok Nah.

"Iya mbok.. ayo Wi.. antar aku.." jawab Atun sekalian mengajak aku.

"Siap Komandan.. hehehe" jawabku sambil memberi hormat dan berdiri tegak.

Sepulang memenuhi permintaan mbok Nah, aku diminta untuk membelah kelapa Gading dan menuang airnya dalam baskom plastik yang sudah berisi daun bidara juga daun kelor lalu mbok Nah masuk kamar mandi bersama Hamidah dan sepertinya mbok Nah sedang melakukan ritual dengan memandikan Hamidah, itu semua terdengar dari suara Air di kamar mandi dengan berkain jarik, Hamidah keluar dari kamar mandi aku terkesiap saat melihat sedikit perubahan dari tubuh Hamidah kulit Hamidah kini sudah tidak sekencang sebelumnya garis-garis tua terlihat dari kulit wajahnya yang mulai bergelambir aku cuma diam menyaksikan perubahan pada diri Hamidah, entah dengan yang dilihat sahabatku Atun, yang jelas dia berbisik ditelingaku,

"Wi.. setelah istriku mandi kok ada yang lain.. apa mataku salah lihat ya Wi.." 

"Apa yang kamu lihat Tun.." tanyaku.

"Istriku terlihat tua Wi.." jawab Atun.

"Berarti penglihatan kita sama Tun.." ujarku.

"Ko bisa gitu ya.." ucap Atun dengan nada heran.

"Katanya siap., waktu ditanya mbok Nah, kepalang basah mandi saja.. hehehe" ujarku.

"Iyalah tanggung.." ujar Atun sambil menyulut ujung rokoknya.

Setelah selesai mandi Hamidah dan mbok Nah duduk bersama di ruang tengah berbincang-bincang.

"Wi.. melihat Ndok Hamidah saat ini simbok yakin kalau nanti malam makhluk itu akan keluar karena dengan terlihatnya perubahan, pada kulit dan Wajah ndok Hamidah, simbok harap kalian berdua jangan lengah.. kalian berdua paham kan.." ujar Mbok Nah memastikan kami berdua.

Sehabis isya aku dan Atun duduk diruang tengah, Hamidah dan mbok Nah lagi ngobrol dalam Kamar terdengar suara mbok Nah meyakinkan Hamidah, bahwa semuanya akan baik-baik saja, juga meyakinkan Hamidah bahwa semua akan aman dan selamat.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 01:45 rasa kantuk datang begitu hebat, aku duduk ditepi ranjang sebelah kanan tepat di samping Hamidah, Atun berada disisi kiri terlihat mata Atun sudah merem, aku beberapa kali bangunkan Atun dan Atun seakan kena sirep.

"Mbok.. mbok NAH.." panggilku.

Tak lama kemudian mbok Nah datang sambil mengucek dua matanya dengan tangan.

"Ono opo wi..?? tanya mbok Nah.

"Aku mau ke kamar mandi sama bikin kopi ngantuk banget mbok, bangunkan ini.. gak bangun.. bangun.. tolong mbok jaga sebentar" jawabku sambil berdiri dan mempersilahkan mbok Nah untuk duduk.

Ketika tengah asyik menyeduh kopi terdengar suara mbok Nah berteriak memanggilku.

"Wiii..wi.. cepat kemari.." teriak mbok Nah.

Aku yang tengah menyeduh kopi terperanjat dan setengah berlari menghampiri.

Aku telah berada di samping mbok Nah dibalik daster Hamidah, dan tepat diselangkangannya sesuatu benda bergerak dan tak lama kemudian satu sosok berwarna ungu dengan ukuran yang cukup besar merayap keluar dari arah selangkangan Hamidah, aku kaget dan betul-betul tidak menyangka kalau yang keluar dari selangkangan Hamidah adalah seekor KELABANG dengan ukuran besar dan cukup panjang dari biasanya, Kelabang itu merayap mendekati tubuh Atun yang tengah tidur.

"Cepat tangkap kelabang itu Wi.." mbok Nah menyuruhku.

Aku segera mengulurkan tanganku untuk menangkap kelabang itu.

"Kamu mau mati ya.." cetus mbok nah sambil memukul tanganku.

"Gunakan selendang merah Wi.. Untuk menangkapnya" ucap mbok Nah yang sudah mengurung Kelabang itu dengan toples yang dibalikan.

Aku segera membungkus tanganku dengan Selendang Merah Darah, melihat itu Mbok Nah segera mengangkat toples dan tanganku langsung menangkap Kelabang yang besarnya sebesar telunjuk tengah orang dewasa dengan panjang kurang lebih 25 cm, tanganku merasakan satu hawa panas dan tanganku seakan ada yang menarik tubuhku terbawa kedepan dan juga terdorong kebelakang Kelabang itu sendiri bergelinjal seakan ingin melepaskan diri dari cengkeraman tanganku, aku semakin merasakan hawa panas keringat berjatuhan dari keningku, aku menyatukan kedua tanganku untuk menahan energi kelabang Ungu, tanganku bergetar juga seluruh tubuhku, mbok Nah kekamar mandi dan membawa air dalam Gayung lalu komat kamit dan membasahi tangannya lantas mengusap wajah Hamidah juga Atun sontak keduanya terbangun dan terperanjat saat melihat tanganku yang bergetar sambil mencengkram seekor Kelabang, aku segera mengheningkan cipta dan memohon perlindungan dari yang kuasa, aku seakan berada dalam dimensi lain, seorang wanita dengan gigi bertaring juga bermahkota terbelit oleh selendang merah, wanita yang juga Ratu siluman dari kerajaan siluman Kelabang berusaha melepaskan diri dengan menggerakan badannya.

"Aku menerima Kalah, tapi ingat besok kembalikan aku kelaut parang tritis, larung aku disana agar tak ada lagi manusia yang menjadikan aku sebagai sesembahan" ucap Dayang Wungu.

"Baiklah... besok-besok aku akan mengembalikan dirimu ketempat asalnya, selanjutnya apa yang harus aku lakukan padamu..?" tanyaku.

"Masukan aku kedalam gentong atau sejenisnya yang terbuat dari tanah merah setelah tujuh hari, ambil aku dan kembalikan keasalku." Ujar Dayang Wungu.

Aku segera membuka mata dan memasukan kelabang itu dalam Gentong yang sudah disiapkan mbok Nah.

Keesokan harinya, Rumah megah Hamidah telah laku dan uang penjualan rumah megah, disedekahkan untuk kemaslahatan umat.

HAMIDAH memutuskan untuk pulang Kampung dan berencana membangun sebuah panti asuhan anak Yatim.

Tepat hari ketujuh aku berkemas untuk ikut mengantar Atun dan istrinya juga mbok Nah pulang kampung, aku merasakan sesuatu yang tidak enak, aku cuma diam karena mungkin ini hanyalah perasaanku saja.

Setelah Sampai pulau jawa aku menetap di rumah Mbok Nah, sementara Atun Dan Hamidah langsung menuju kampungnya, aku segera menuju pantai parang tritis, setelah berjalan kearah agak tengah, aku membuka balutan selendang merah dan Kelabang itu telah berubah Wujud menjadi sebilah keris, keris itu sangat terkenal dalam dunia spiritual dan banyak para spiritual yang mencari keberadaan keris yang kini berada dalam genggamanku... keris itu lebih dikenal dengan sebutan KERIS KOLO MUNYENG.

Setelah dua hari dirumah Mbo Nah atun menberitahu bahwa Hamidah sedang  membangun panti asuhan juga membeli sebidang tanah yang cukup luas dan mewakafkan tanah itu untuk dijadikan tanah kubur bagi warga sekitar kampungnya.

Hari sabtu badan Hamidah demam tinggi aku mencoba untuk komunikasi dengan Hamidah

"Mas.. aku bahwa suatu saat aku akan dijemput oleh penguasa kegelapan yang telah memberiku kekayaan, tiga tahun aku berusaha dan berjuang untuk menebus kesalahanku dan semua yang kulalukan belum bisa menebus semua dosa-dosaku, aku tahu waktuku cuma malam ini, tolong doakan aku mas.. dan aku mohon disaat aku sudah tiada.. kirimi aku alfatiha.. tolong maafkan semua salah dan dosaku" ucap  Hamidah terbata-bata.

Aku hanya tersenyum.. dan mengatakan bahwa dia Hamidah akan sehat tapi aku sadar bahwa diatas sana, sebuah kereta kencana tengah datang untuk menjemputnya.

Sehabis sholat subuh, Atun mengirim pesan bahwa Hamidah telah berpulang dan menjadi makam pertama diatas tanah pekuburan yang Hamidah Wakafkan.

---==TAMAT==---

*****
Sebelumnya
close